5 Fakta Coklat Monggo, Produk Lokal Jogja dengan Sentuhan Belgia

- Coklat Monggo merupakan coklat premium dengan cita rasa khas Belgia, dibuat dari biji kakao lokal pilihan yang diproses dengan keahlian dan ketelitian.
- Pendiri Coklat Monggo, Thierry Detournay, merindukan coklat Belgia di Jogja sehingga mencoba membuatnya sendiri dan akhirnya mendirikan merek 'monggo' pada tahun 2005.
- Coklat Monggo tidak hanya menawarkan beragam varian rasa coklat, tetapi juga memproduksi gelato, biskuit, dan hampers untuk berbagai event. Mereka juga memiliki museum edukasi tentang sejarah coklat.
Warga lokal dan para perantau Jogja pasti sudah tidak asing lagi dengan Chocolate Monggo. Pasalnya, merek coklat ini banyak dipasarkan di toko oleh-oleh khas Jogja. Coklat Monggo adalah merk coklat premium yang lahir di Jogja yang memiliki cita rasa khas Belgia.
Monggo dibuat dari biji kakao lokal pilihan yang diproses dengan penuh keahlian dan ketelitian, untuk menjaga kualitas dan keasliannya. Tidak heran, coklat Monggo berhasil memikat hati para konsumen yang melancong ke kota istimewa.
Yuk, intip fakta-fakta menarik di balik kelezatan dalam tiap gigitan coklat Monggo pada ulasan berikut.
1. Berawal dari rasa rindu pada coklat khas Belgia

Pada tahun 2001, seorang pria Belgia bernama Thierry Detournay yang bekerja di Jogja merindukan coklat Belgia karena stok coklat yang dibawanya dari kampung halaman habis. Setelah mencari kemana-mana, dia tidak berhasil menemukan produk coklat yang memiliki cita rasa sama seperti coklat Belgia yang sering dikonsumsi.
Berbekal hobi masaknya, Thierry mencoba membuat coklat sendiri dengan bahan yang didapat dari pabrik coklat di kawasan Jogja. Produk pertama yang dibuatnya adalah coklat truffle yang dia bagikan secara gratis ke teman-temannya. Setelah mendapatkan testimoni yang positif terkait rasa coklat tersebut, pria itu akhirnya terbersit niat untuk menjualnya. Thierry pun menjual coklat-coklat tersebut di pasar Sunday Morning (Sunmor) UGM di atas lapak vespa berwarna pink.
Pada tahun 2005, ia mendirikan merek yang diberi nama 'monggo', yang dalam bahasa Jawa memiliki arti 'silahkan'. Hal ini karena coklat dimaksudkan untuk menjadi produk oleh-oleh khas Yogyakarta. Coklat monggo dikemas dalam kertas dengan aksen berupa ikon Jawa untuk menunjukkan identitas lokal.
2. Proses produksi dapat disaksikan langsung oleh pengunjung

Coklat Monggo diproduksi menggunakan biji kakao dan bahan alami yang semuanya adalah hasil petani lokal pilihan. Dipadukan dengan keahlian dan kreativitas para pembuat coklat, tercipta coklat monggo berkualitas tinggi dengan cita rasa khas coklat Belgia yang mengagumkan.
Menariknya, proses produksi bean-to-bar (dari biji kakao hingga menjadi coklat siap konsumsi) dapat disaksikan secara langsung oleh pengunjung di Museum Monggo. Kamu dapat menyaksikan mulai dari pemanggangan biji kakao, hingga lelehan coklat yang siap dikemas. Proses produksi memadukan mesin canggih dan teknik buatan tangan hingga menghasilkan berbagai macam varian produk.
Sebelum mengunjungi museum untuk menyaksikan proses produksi coklat monggo, kamu harus melakukan reservasi dulu di situs resminya, chocolatemonggo.com/id/reservasi. Jadikan pengalaman seru dalam membuat coklat sebagai agenda wajib untuk kunjunganmu berikutnya ke kota istimewa.
3. Punya berbagai varian rasa yang memikat

Coklat Monggo menawarkan beragam varian rasa yang menarik, mulai dari coklat hitam premium, coklat putih, coklat susu, hingga pilihan dengan isian kacang, rempah, atau buah-buahan tropis. Setiap varian dirancang untuk memenuhi berbagai selera penggemar coklat.
Selain coklat, merek ini juga memproduksi berbagai varian gelato dan biskuit. Coklat Monggo juga tersedia dalam bentuk hampers untuk berbagai event, seperti hari Valentine, Halloween, Chinese New Year, dan hampers Ramadan. Terdapat total ratusan varian coklat monggo yang dapat kamu lihat di situs resminya.
4. Mendirikan museum edukasi pada tahun 2012

Pada tahun 2017, sang pendiri coklat monggo mendirikan museum edukasi dengan konsep rumah joglo. Didukung arsitekturnya, konsep ini dipilih untuk menghargai budaya lokal dan menciptakan suasana dengan nuansa sejarah coklat.
Museum ini memang bertujuan untuk mengenalkan coklat pada pengunjungyang datang, mulai dari sejarah ditemukannya coklat hingga menyaksikan secara langsung proses pembuatannya.
Selain museum dengan diaroma tentang asal-usul coklat, masih dalam sekitar area tersebut terdapat juga pabrik coklat. Bagian yang paling menarik adalah kedai coklat dan showroom coklat. Setelah belajar tentang coklat bersama tour guide, kamu bisa membeli berbagai varian coklat di showroom.
Adapun kedai coklat disediakan untuk para pengunjung yang ingin menikmati berbagai sajian olahan coklat, seperti minuman coklat, kue, dessert, dan gelato. Tempatnya yang cozy sangat nyaman untuk istirahat dan mengobrol bersama keluarga dan teman.
Museum monggo terletak di Jl. Bangun Jiwa Sejahtera, Kenalan, Bangunjiwo, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tiket masuk museum berada di harga Rp40 ribu dan tiket untuk aktivitas cetak coklat sebesar Rp15 ribu.
5. Memiliki komitmen tinggi pada lingkungan

Tidak hanya berkomitmen pada kualitas produknya, coklat Monggo juga memiliki kepedulian yang tinggi pada lingkungan. Sebagian besar kemasan coklat menggunakan kertas daur ulang dan menghindari pemakaian plastik.
Coklat Monggo menggunakan bahan-bahan alami lokal Jogja sehingga mengurangi dampak negatif lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan transportasi. Mereka juga menggunakan panel surya untuk mendukung aktivitas pabrik.
Beberapa kali, pihak Monggo menyelenggarakan pembersihan sampah pada sungai dan desa, melakukan penanaman pohon, membantu petani kakao, dan mempromosikan wayang kulit sebagai budaya lokal.
Monggo bukan sekadar coklat manis ala Belgia, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal, kualitas dan dedikasi, dan kepedulian akan lingkungan dan masyarakat. Dengan menikmati sepotong Monggo, tidak hanya menikmati rasa yang lezat, tetapi juga mendukung sebuah perjalanan panjang sarat makna.