4 Upaya untuk Mendorong Ekonomi DIY Pasca Pembangunan Bandara YIA
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times-Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan pertumbuhan positif pada Triwulan II 2019. Capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,80 persen ini sebagian besar disumbang dari sektor usaha konstruksi.
"Ekonomi DIY pada Triwulan II 2019 tumbuh solid karena didorong oleh aktivitas konstruksi," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY, Hilman Tisnawan, Rabu (7/8).
Hilman menambahkan ke depan yang perlu diperhatikan adalah upaya untuk terus menjaga agar konsumsi rumah tangga tetap kuat. Salah satunya dengan mendorong pertumbuhan pada sektor non konsumsi rumah tangga.
1. Mendorong industri pengolahan
Hilman mengatakan industri pengolahan merupakan salah satu kekuatan ekonomi DIY. Industri ini masih memegang kontribusi terbesar bagi perekonomian DIY hingga Triwulan II 2019.
Berdasarkan data BPS DIY, meski termasuk dalam lima kategori dengan pertumbuhan terbesar, namun pertumbuhan industri pengolahan sebesar 5,16 persen masih lebih baik dibandingkan triwulan di tahun 2018, yaitu 5,0 persen.
"Melambatnya industri pengolahan pada triwulan ini disebabkan berkurangnya working day pada saat bulan puasa dan Lebaran. Untuk itu, ke depan industri ini harus lebih didorong," ungkap Hilman.
Baca Juga: BPS: Garis Kemiskinan di Yogyakarta Turun 4,13 Persen
2. Perbankan harus manfaatkan peluang di industri pengolahan
Upaya mendorong perekonomian DIY, bukan hanya peran pemerintah daerah dan stakeholder yang berkaitan. Perbankan juga dinilai dapat mengambil peran untuk turut mendukung pengembangan ekonomi daerah.
Industri pengolahan kulit dan furnitur juga masih menjadi andalan ekspor bagi Yogyakarta. Hilman menambahkan ini peluang menarik bagi bank untuk dibiayai. Apalagi industri pengolahan kulit dan furnitur bisa menjadi sektor unggulan bagi perbankan.
Lebih lanjut Hilman mengatakan masih banyak industri pengolahan yang belum tersentuh pembiayaan oleh bank. Bahkan untuk industri pengolahan makan dan minum berdasarkan hasil survei yang dilakukan, kebanyakan masih menggunakan dana sendiri.
"Seharusnya ini peluang yg menguntungkan bagi perbankan DIY," imbuh Hilman.
3. Pasca konstruksi jangan sampai penggerak ekonomi kosong
Lapangan usaha konstruksi di Yogyakarta menggeliat pesat sejak pembangunan sejumlah proyek besar dilakukan. Di antaranya pembangunan Yogyakarta International Airport yang masih berlangsung hingga saat ini, pembangunan underpass, jalan jalur lintas selatan hingga proyek Bedah Menoreh.
"Kalau konstruksi yang merasakan hanya kalangan tertentu, sedangkan untuk sektor lain kontribusinya masih kecil. Namun demikian, yang harus dipikirkan adalah pascakonstruksi, jangan sampai ada kekosongan [pendongkrak] ekonomi DIY setelah konstruksi bandara rampung," papar Sekda DIY, Gatot Saptadi.
4. Geliat semua sektor harus dipacu pasca konstruksi
Setelah pembangunan Yogyakarta International Airport di Kulon Progo, dampak pariwisata di Yogyakarta akan semakin terlihat. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan diprediksi akan mengalami lonjakan.
"Penumpang yang masuk [ke Yogyakarta] akan semakin banyak, tidak hanya domestik tetapi juga internasional," imbuh Gatot.
Gatot mengungkapkan tidak hanya sektor pariwisata yang perlu didorong. Akan tetapi, sektor-sektor lain yang bisa mendongkrak geliat pertumbuhan ekonomi.
"Seperti sektor transportasi, akomodasi termasuk perhotelan, kerajinan dan UMKM. Semua harus bergerak bersama. Jangan sampai ada kekosongan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pascakonstruksi bandara dan infrastruktur lainnya," jelas Gatot.
Baca Juga: Merasa Tidak Miskin, Puluhan Warga Gunungkidul Kembalikan Dana Bantuan