Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Warga di Jogja Kedinginan, Suhu di Pakem hingga 18 Derajat

termometer (unsplash.com/Jarosław Kwoczała)
termometer (unsplash.com/Jarosław Kwoczała)
Intinya sih...
  • Suhu terdingin terjadi di Pakem, Sleman
  • Suhu dingin dipengaruhi rendahnya kelembaban udara dan masa udara kering
  • Suhu dingin diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025

Yogyakarta, IDN Times - Suhu udara dingin terasa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beberapa hari terakhir. Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta Warjono menyebut suhu udara dingin dipicu menguatnya angin Monsun Timuran atau Monsun Australia yang membawa massa udara kering dan dingin.

"Kondisi suhu udara yang lebih dingin ini karena adanya pergerakan massa udara dari Australia yang membawa massa udara dingin dan kering melewati wilayah Indonesia atau disebut dengan Monsun Dingin Australia," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta Warjono dalam keterangannya, Sabtu (12/7/2025). Fenomena ini dalam istilah lokal dikenal sebagai mbediding dan lazim terjadi selama puncak musim kemarau.

1. Suhu terdingin terjadi di Pakem

ilustrasi kedinginan (freepik.com/stoccking)
ilustrasi kedinginan (freepik.com/stoccking)

Menurut Warjono suhu minimum terendah yang tercatat di wilayah DIY dalam periode 30 hari terakhir terjadi pada 9 dan 10 Juli 2025 di wilayah Pakem, Kabupaten Sleman yang menyentuh 18 derajat Celsius.

Suhu dingin yang terasa di kota gudeg, kata dia, juga turut dipengaruhi rendahnya kelembaban udara, karena kandungan uap air di dalam tanah dan udara yang menipis.

"Tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima di siang hari tidak tertahan oleh awan, tetapi langsung terlepas dan hilang ke angkasa," ujar Warjono.

2. Suhu dingin diperkirakan sampai Agustus

termometer untuk mengukur suhu di sekitar (pixabay.com/geralt)
termometer untuk mengukur suhu di sekitar (pixabay.com/geralt)

Warjono menambahkan fenomena mbediding ini diperkirakan akan berlangsung selama periode puncak musim kemarau pada rentang Juli hingga Agustus 2025.

"Kami mengimbau masyarakat menjaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat, cukup minum air, menjaga pola tidur, serta mengenakan pakaian hangat saat malam hingga pagi hari," katanya.

3. Angin dari Australia bersifat kering

Peringatan BMKG untuk Masyarakat
Logo BMKG

Sementara itu, Prakirawan Stasiun Meteorologi Yogyakarta Yudhit Adiyatma menambahkan angin Monsun Timuran secara umum bertiup dari Benua Australia ke Benua Asia pada periode April hingga Oktober setiap tahun.

Angin tersebut bersifat kering karena berasal dari wilayah bertekanan tinggi dan tidak banyak mengandung uap air.

"Bayangkan rambut kita yang kering setelah berenang di laut, begitulah udara yang dibawa oleh angin Monsun Timur. Angin Monsun Timuran ini adalah indikator musim kemarau bagi wilayah Indonesia," kata Yudhit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us