Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tantangan Besar Guru: Teknologi, Jaga Relevansi Diri di Era Digital

UNU Yogyakarta memfasilitasi guru menciptakan konten digital demi kemajuan pendidikan.
UNU Yogyakarta memfasilitasi guru menciptakan konten digital demi kemajuan pendidikan. (Dok. UNU Yogyakarta)
Intinya sih...
  • Guru di era digital harus menghadapi tantangan teknologi dan menjaga relevansi diri
  • Guru perlu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan memastikan digitalisasi tidak menghilangkan jati diri pendidikan
  • Pentingnya memilah konten digital yang bermanfaat untuk keberlangsungan pendidikan Indonesia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times - Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta memfasilitasi guru menciptakan konten digital demi kemajuan pendidikan. 'Seminar Nasional Hari Guru 2025:  Guru dan Pelajar Kreatif Menguasai Konten Digital' terselenggara bersama GuruInovatif.id di Kampus UNU Jogja, Gamping, Sleman, DIY.

Seminar ini menyongsong Hari Guru Nasional yang diperingati pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Melalui program ini, guru dan pelajar diajak untuk mengasah kemampuan kreatif dalam merancang konten pembelajaran yang menarik, inovatif, dan bermakna.

1. Guru di persimpangan sejarah

pexels-haidar-azmi-2148111388-32394664 (1).jpg
ilustrasi guru dan murid (pexels.com/haidar azmi)

Guru masa kini seolah berdiri di persimpangan sejarah. Mereka menghadapi generasi yang tumbuh dalam dunia digital, sementara nilai-nilai luhur pendidikan tetap berakar pada tradisi kemanusiaan, kebijaksanaan lokal, dan adab.

Tantangan terbesar guru bukan hanya menguasai teknologi, tetapi menjaga relevansi dirinya di era digital. Refleksi situasi para pendidik itu mengemuka dalam acara Seminar Nasional Hari Guru 2025.

Plh Rektor UNU Yogyakarta, Suhadi Cholil, menyatakan peringatan Hari Guru menjadi momen penting untuk merefleksikan sekaligus mengapresiasi peran guru selaku ujung tombak pendidikan di negeri ini.

Suhadi bilang, dunia pendidikan mendapat tantangan besar di era digital ini.

"Layar digital masih ditemukan konten-konten yang belum memberi muatan pendidikan. Dengan acara ini, kita maksimalkan layar digital untuk  pendidikan, sehingga kita tidak sekadar menjadi konsumen digital, tapi kreator pendidikan yang inspiratif," tuturnya.

Seminar ini menghadirkan Aulia Rizsa Wirizqi, seorang kreator konten yang dikenal dengan nama beken Aulion. Lewat acara ini, dia membagikan beragam strategi memanfaatkan desain-desain visual untuk menciptakan konten bertema pendidikan secara kreatif, menarik, dan memiliki daya saing di dunia digital. Acara diikuti ratusan peserta dari kalangan guru dan pelajar secara daring maupun luring di kampus UNU.

Bersamaan dengan momen ini, UNU turut meluncurkan program Beasiswa Anak Guru. Beasiswa ini diberikan pada putra-putri kandung guru atau pensiunan guru berupa potongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) selama berkuliah di kampus tersebut.

Suhadi menyadari, di tengah terpaan berbagai tantangan dewasa ini, peran dan tugas guru juga tidak mudah. Oleh karenanya, beasiswa ini menjadi wujud apresiasi nyata UNU teruntuk para guru.

"Apresiasi ini tentu tidak cukup berupa kata-kata dan wacana, tapi berupa beasiswa untuk anak-anak guru.  Program ini wujud bukti dan bakti UNU Jogja untuk mendukung keberlanjutan pendidikan putra-putri guru di Indonesia," imbuhnya.

2. Pembelajar sepanjang hayat

ilustrasi guru (unsplash.com/Herlambang Tinasih Gusti)
ilustrasi guru (unsplash.com/Herlambang Tinasih Gusti)

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNU Yogyakarta, Mustaghfiroh Rahayu, menambahkan bahwa saat ini guru dituntut menjadi pengajar, pembimbing, penggerak, dan sekaligus penjaga di era digital. Maka dari itu, ia berpandangan, guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat.

"Pelatihan yang berkelanjutan, komunitas belajar yang hidup, serta dukungan institusi yang nyata akan membuat guru tidak berjalan sendirian. Teknologi perlu diperlakukan sebagai sahabat, bukan beban; alat bantu, bukan pusat dari segalanya," ujarnya.

Rahayu melihat, dunia pendidikan di era digital menghadapi tantangan yang jauh lebih besar ketimbang sekadar persoalan koneksi internet dan ketersediaan perangkat. Tantangan terbesar itu adalah memastikan bahwa digitalisasi tidak menghilangkan jati diri pendidikan itu sendiri.

"Kita sedang memasuki masa ketika informasi begitu berlimpah, tetapi kebijaksanaan semakin langka. Ketika teknologi dapat mempercepat pembelajaran, tetapi sekaligus memperlebar jurang mereka yang memiliki dan yang tidak memiliki akses. Ketika kecerdasan buatan mampu membantu, tetapi tidak pernah bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan dalam mendidik," papar Rahayu.

Dengan demikian, Rahayu berpendapat jika solusi yang ada sekarang harus bersifat menyeluruh. Literasi digital perlu diperkuat, bukan cuma kemampuan menggunakan perangkat, tetapi juga bagaimana memilah makna, menjaga etika, dan membangun karakter.

"Kita harus memastikan pemerataan akses, agar tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal hanya karena wilayah dan keadaan. Dan kita perlu merumuskan kurikulum yang tidak hanya menyiapkan siswa menghadapi dunia digital, tetapi juga menjadi manusia yang utuh di dalamnya," tegasnya.

Ia menekankan, teknologi akan berubah seiring perkembangan zaman, tetapi misi pendidikan tetap sama: membentuk manusia yang beradab, berilmu, dan berakhlak.

"Di era digital sekalipun, nilai kebijaksanaan dan kemanusiaan itulah yang harus tetap kita jaga sebagai nafas dari seluruh proses pendidikan. Akhlak dan kebijaksanaan menjadi fondasi penting dalam proses pendidikan di era sekarang dan terus menjadi mercusuar dalam proses pendidikan di UNU Jogja," pungkasnya.

3. Pilah pilih konten digital

Ilustrasi guru dan siswa SD
Ilustrasi guru dan siswa SD (unsplash.com/Husniati Salma)

Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, Tukiman, sementara menilai UNU Yogyakarta telah menunjukkan perhatian dan semangatnya dalam memperjuangkan guru, mahasiswa, dan mereka yang berkiprah pada dunia pendidikan melalui peluncuran Beasiswa Anak Guru.

Menurut Tukiman, pendidikan harus selalu beradaptasi mengikuti perubahan dunia. Digitalisasi telah cukup menyokong berbagai aspek kehidupan, seperti di era pandemi Covid-19 lalu. Namun, perlu diingat bahwa tak semua yang ada di dunia digital merupakan hal positif.

"Kita berharap generasi muda mampu memilah dan memilih supaya konten digital dapat bermanfaat. Ambil yang positif, yang negatif difiter, sehingga digitalisasi mampu menguatkan pendidikan Indonesia," pesan Tukiman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest News Jogja

See More

Tantangan Besar Guru: Teknologi, Jaga Relevansi Diri di Era Digital

23 Nov 2025, 09:21 WIBNews