Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

PMK Kembali Mewabah, Pakar UGM Desak Vaksinasi Ternak Menyeluruh

Petugas sedang memeriksa sapi yang terpapar PMK.(Dok.Istimewa)
Intinya sih...
  • Jumlah kasus PMK meroket sejak awal Desember 2024, mencapai 8.483 kasus di 9 provinsi dengan 223 kematian dan 73 pemotongan paksa.
  • Pakar mendesak pemerintah melakukan vaksinasi menyeluruh pada hewan ternak, karena kesadaran peternak menurun setelah wabah PMK tahun 2022 mereda.
  • Penyakit PMK disebabkan oleh virus RNA dari genus Apthovirus yang sangat cepat menular pada hewan ternak, dan penyebarannya bisa melalui udara.

Sleman, IDN Times - Pakar sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Aris Haryanto, mendesak pemerintah melakukan vaksinasi menyeluruh pada hewan ternak milik masyarakat imbas munculnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali merebak di Indonesia. 

Jenis wabah yang menyerang hewan berkuku belah macam sapi, babi, kerbau, hingga domba ini meroket jumlah kasusnya sejak awal Desember 2024 lalu. Total kasus PMK yang telah dilaporkan mencapai 8.483 kasus di 9 provinsi, termasuk Jateng dan Jatim dengan jumlah kematian 223 kasus, serta pemotongan paksa sebanyak 73 kasus hingga saat ini.

1. Vaksinasi belum menyeluruh, singgung kesadaran peternak

Proses vaksinasi. Dok. Dispertan Banyuwangi

Aris menuturkan, lonjakan kasus PMK kemungkinan imbas proses vaksinasi yang belum menyeluruh dan dilakukan secara berkala. Selain itu juga ada faktor menurunnya kesadaran para peternak untuk melaksanakan vaksinasi secara mandiri pada ternak masing-masing sejak wabah PMK tahun 2022 mereda.

"Kasus PMK kali ini merupakan gelombang kedua, sebelumnya sudah pernah (vaksinasi) dan peternak sekarang sudah terinformasi. Namun karena kasusnya mereda, jumlah vaksinasinya juga menurun," kata Aris dalam keterangannya.

2. Penularan berjarak 200 km

Ilustrasi ternak sapi. (Dok. Fakultas Peternakan UGM)

Aris menjelaskan, penyakit PMK atau yang disebut juga apthae epizootica (AE), aphthous fever, dan foot and mouth disease (FMD) disebabkan oleh virus RNA dari genus Apthovirus. Virus ini, kata Aris, memiliki beberapa serotipe yakni O,A,C Southern African Territories (SAT – 1, SAT – 2 dan SAT – 3) dan Asia – 1 dan kasus di Indonesia diyakini bertipe O.

Penyakit PMK ini sangat cepat menular pada hewan ternak. Penularannya bisa secara langsung, tidak langsung, atau melalui udara. 

Aris menekankan, penyebaran lewat udara itulah yang membedakan virus penyebab PMK tersebut dengan jenis virus lainnya.

"Virus ini bisa menyebar secara langsung melalui udara. Jika hewan itu ditempatkan berdampingan, kemungkinan tertularnya besar. Bahkan ada kasus di mana penularannya bisa sampai 200 km jaraknya," papar Aris.

Aris menyebut, kasus pertama PMK ditemukan pertama kali di Jawa Timur dan Nanggroe Aceh Darussalam. Gelombang kedua wabah tersebut pun muncul di dua daerah tersebut.

3. Produksi vaksin belum mencukupi dan mitigasi bertahap

Foto hanya ilustrasi (IDN Times/Riyanto)

Pada satu sisi, Aris menyayangkan produksi vaksin di dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan vaksinasi hewan ternak yang rentan terkena PMK.

"Vaksinasi itu harus dilakukan dua kali minimal. Jarak antara vaksin pertama dan kedua itu sebulan. Tapi setelah itu tetap harus divaksin setiap enam bulan sekali," tegasnya.

Sementara mengenai mitigasi wabah, Aris menilai perlu dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan gejala yang muncul.

Menurutnya, hewan terjangkit PMK mengalami demam pada tahap pertama. Peternak bisa memberikan analgesik dan antibiotik untuk meredakan nyeri dan demam. Kemudian, hewan tersebut dipisahkan dengan hewan lain untuk mencegah penularan.

Tahap berikutnya, kata Aris, pada hewan yang terkena PMK akan muncul lepuh atau lesi atau sariawan di rongga mulut dan luka di kuku. 

"Hewan yang terinfeksi harus diberi antibiotik dan vitamin secara berkala, ini untuk mencegah munculnya infeksi sekunder akibat luka yang terbuka," papar Aris.

Aris menegaskan, peternak harus segera melapor pada satgas PMK atau dokter hewan terdekat apabila menemukan kasus PMK pada hewan ternaknya.

"Tidak perlu panik, utamanya segera lapor dan lakukan mitigasi. Pemerintah saat ini sudah menutup beberapa pasar hewan di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Harapannya masyarakat bisa menaati karena ini bersifat sementara," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tunggul Kumoro Damarjati
EditorTunggul Kumoro Damarjati
Follow Us