Raih Cumlaude di UNY, Priti Dobrak Stereotip Dunia Otomotif

Perempuan ini hobi mengulik mesin sejak kecil

Yogyakarta, IDN Times - Dunia otomotif terkenal didominasi kaum pria. Sementara perempuan sering kali dianggap kurang cakap soal mesin dan kendaraan. Namun, Priti berhasil mendobrak stereotip tersebut. 

Perempuan asal Gesikan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, ini, berhasil meraih Cumlaude dalam waktu 3,5 tahun di Prodi Pendidikan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). 

1. Senang membengkel sejak kecil

Raih Cumlaude di UNY, Priti Dobrak Stereotip Dunia OtomotifIlustrasi Alat Perkakas. (IDN Times/Aditya Pratama)

Priti mengungkapkan awal mula kecintaannya terhadap otomotif. Sejak kecil, ia terbiasa mengamati ayahnya bekerja di bengkel. “Saya suka melihat bapak saya membengkel. Praktik pertama kali yang diingat adalah saat SD saya bisa untuk memperbaiki rantai sepeda baik milik sendiri maupun teman. Tambal ban motor merupakan kegiatan yang sering saya lakukan” ucapnya pada Senin (5/6/2023) dilansir laman resmi UNY.

Priti mengaku kerap membantu ayahnya memodifikasi Harley Davidson dan melakukan perbaikan pada mobil. Bagi Priti, menghadapi kendaraan yang bermasalah atau mogok bukanlah sesuatu yang menakutkan, malah terkadang terasa menyenangkan, karena dia harus mampu mendiagnosis masalahnya dan berani mendorong kendaraan ke tepi jalan.

Priti mengambil jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) di SMKN 2 Yogyakarta. Sejak kelas 10, ia selalu berusaha meraih rangking untuk mempermudah dirinya saat mengikuti SNMPTN. “Alhamdulillah saya bisa masuk UNY melalui jalur SNMPTN di kelas A1 JPTO (Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif)” katanya.

Menurutnya, terdapat tiga mahasiswa perempuan di kelas A1 yang semuanya berasal dari SMK. Namun secara keseluruhan, ada sembilan mahasiswa perempuan di satu jurusan angkatannya.

2. Tak kalah dari laki-laki

Raih Cumlaude di UNY, Priti Dobrak Stereotip Dunia OtomotifPriti saat mengajar di SMK 2 Yogyakarta. (Dok. Humas UNY)

Pada awal semester satu, Priti menyadari bahwa pengetahuan dan keterampilan harus ditunjukkan sejak awal karena persaingan akademik di kelas A sangat ketat. Sebagai perempuan, ia sering kali dipandang sebelah mata.

“Saya masih ingat dulu ketika praktik pengelasan. Banyak teman laki-laki yang menganggap saya tidak bisa dengan skill tersebut bahkan teman perempuan juga menganggap saya sama dengan mereka yang tidak bisa pengelasan. Namun saya dengan sangat mudah menyelesaikan job pengelasan baik asetilin dan listrik. Hal ini karena saya sudah terbiasa mengelas dirumah, bahkan seperti mengulangi praktik saya di SMK dulu” ujar Priti. 

Pada suatu ujian praktik, ketika harus mengganti distributor, dosen dan teman-teman ragu apakah seorang perempuan seperti Priti mampu menyelesaikannya. Namun, Priti berhasil membuktikan kemampuannya dalam ujian tersebut. Menurutnya, di SMK, baik praktik maupun ujian, lebih sulit daripada di JPTO.

Selama pandemi Covid-19, pembelajaran praktik juga dilakukan di luar kampus. “Karena di rumah saya memiliki kendaraan dan perlengkapan bengkel yang lengkap saya tidak merasa kesulitan mengerjakan tugas tersebut. Namun terdapat tugas yang mewajibkan dilakukan di bengkel ternama, saat itu saya ke bengkel Jogja DAB untuk memenuhi tugas bodi kendaraan,” terangnya.

Di tempat itu, mekanik-mekanik juga terkejut melihat perempuan yang tertarik pada bidang otomotif. Namun, pihak bengkel dan para karyawan sangat terbuka dan menerima mahasiswa seperti Priti untuk belajar.

Pada awalnya, mekanik ragu memberikan alat poles kepada Priti untuk dicoba. Namun setelah meyakinkan bahwa ia mampu, Priti diberi izin dan mulai melakukan proses poles kendaraan dengan hasil yang memuaskan. Priti juga mengikuti Uji Kompetensi untuk mendapatkan sertifikat. Pada ujian tersebut, ia diuji dalam bidang rem tromol dan cakram dengan batasan waktu 30 menit. Akhirnya, Priti berhasil meraih sertifikat tersebut dan tidak kalah dengan mahasiswa laki-laki lainnya.

Baca Juga: Mahasiswa UNY Anak Buruh Bangunan Cum Laude dalam 3,5 Tahun

3. Lulus dalam 3,5 tahun

Raih Cumlaude di UNY, Priti Dobrak Stereotip Dunia OtomotifPriti bersama saudari kembar dan ayah ibunya saat kelulusan. (Dok. Humas UNY)

Sejak jadi mahasiswa semester awal, Priti sering diminta bantuan oleh dosen, baik secara sukarela maupun dengan imbalan. Kemudian, pada semester kelima, dia mulai terlibat dalam penelitian dosen yang berkaitan dengan sistem kontrol elektronik untuk mengedit video pembelajaran dan mengumpulkan data angket.

Selain itu, putri pasangan Sisnanto dan Titik Sulastri ini juga menjalani praktik industri di Nissan Mlati. Pada hari pertama, Priti ditempatkan di bagian depan dan membantu dalam pekerjaan CRO (Customer Relations Officer) dan SA (Service Advisor).

“Peraturan praktik industri adalah seluruh mahasiswa akan melakukan perputaran job namun khusus untuk saya tidak diperbolehkan untuk diputar, hal ini atas permintaan front office. Saya diberikan tanggung jawab langsung menangani customer. Terdapat beberapa pekerjaan CRO yang tidak pernah dilakukan atau sering keteteran seperti estimasi biaya, reminder, hadiah service oli dan sebagainya,” ungkapnya.

Pihak front office melihat bahwa Priti memiliki kemampuan yang mampu mengatasi tugas-tugas di bagian depan, sehingga ia dipertahankan dalam peran tersebut. Mereka juga menjelaskan bahwa gelar S1 tidak sama dengan lulusan SMK.

Pada semester 7, Priti menjalani Praktik Kependidikan (PK) di SMK Negeri 2 Yogyakarta dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Giwangan. Priti diberikan tanggung jawab mengajar mata pelajaran chassis untuk kelas 11 dan 12.

“Selama saya mengajar siswa kadang malah tertarik dengan alasan saya sekolah di otomotif, mereka heran bahkan menduga saya salah jurusan,” ucap Priti sambil tertawa.

Beberapa guru SMK menyarankan agar Priti mengajar di sana, namun ia ingin melanjutkan pendidikannya. Pada semester 7, Priti melakukan penelitian skripsi yang dilakukan secara bersamaan dengan PK sambil mengumpulkan data. Skripsi yang ia selesaikan berjudul "Evaluasi Program Kelas Industri Pada Program Keahlian Teknik Otomotif SMK Negeri 2 Yogyakarta". Pada awal bulan Mei, Priti ditugaskan untuk mengajar Lomba Kompetensi Siswa (LKS), dan hasilnya sangat memuaskan dengan siswa meraih juara 1 di tingkat kota Yogyakarta dan juara 4 di tingkat provinsi DIY.

Perjuangan Priti membuahkan hasil yang manis. Ia berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,91 dan meraih predikat Cum Laude dalam waktu hanya 3,5 tahun pada saat wisuda baru-baru ini di UNY. Priti juga menjadi wisudawan terbaik di program studi dan berhasil membawa nama baik SMK-nya masuk dalam 10 besar di Yogyakarta.

“Setelah ini saya ingin melanjutkan S2 teknik bidang otomotif ke luar negeri dengan beasiswa, dan saat ini sedang berjuang untuk memenuhi persyaratan tersebut” tutup Priti. 

Baca Juga: Bathtub asal Bantul Melanglang Buana Sampai ke Eropa

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya