Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Deklarasi seniman dukung Cak Imin jadi Capres 2024 (dok. PKB)
Deklarasi seniman dukung Cak Imin jadi Capres 2024 (dok. PKB)

Yogyakarta, IDN Times - Manuver Partai Nasdem yang kemungkinan besar membuka peluang Cak Imin sebagai Cawapres berpasangan dengan Anies Baswedan, potensial menimbulkan gempa politik cukup besar. Dosen Komunikasi Politik FISIPOL UGM, Nyarwi Ahmad mengatakan meski bakal muncul dinamika, namun blok koalisi di Gerindra maupun PDIP kecil kemungkinan bubar.

"Kecil kemungkinan koalisi perubahan persatuan ataupun blok-blok koalisi lainnya, khususnya blok koalisi yang dinahkodai oleh Partai Gerindra dan blok koalisi yang dinahkodai oleh PDIP akan bubar. Kemungkin terbesar yang ada di masing-masing blok koalisi tersebut, hanya perubahan komposisi partai-partai pendukungnya saja," ujar Nyarwi Ahmad, Jumat (1/9/2023).

1. Bisa memunculkan blok koalisi baru

Pakar Komunikasi Politik UGM, Nyarwi Ahmad. (Tangkapan layar YouTube.com/IDN Times)

Menurut Nyarwi, jika Partai Demokrat lepas dari Koalisi Perubahan Persatuan (KPP), ada kemungkinan akan mencari mitra koalisi lainnya yang lebih menjanjikan untuk memberikan tiket cawapres. " Jika Sandiaga Uno peluangnya kecil untuk mendapatkan tiket cawapres Ganjar Pranowo, bisa juga akan mendorong PPP untuk mencari mitra koalisi dari partai-partai lainnya yang bisa menawarkan tiket cawapres atau bahkan Capres," terangnya. 

"Bahkan masih terbuka peluangnya untuk bersama-sama dengan Partai Demokrat membangun blok koalisi baru. Meski keduanya masih belum aman memenuhi syarat Presidential Threshold. Namun, kemungkinan ini, masih terbuka untuk terjadi," imbuh Nyarwi.

2. Guncang dua blok koalisi sekaligus

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

Terkait KPP, diketahui Nasdem merupakan partai pertama yang menggagas koalisi, dan mengundang PKS dan Partai Demokrat bergabung hingga melakukan deklarasikan bersama melalui piagam koalisi. Bergabungnya PKB ke koalisi perubahan yang diinisiasi Nasdem, sangat terbuka. Apalagi jika Cak Imin mendapatkan tawaran tiket cawapres dari Nasdem dan Anies Baswedan.

"Ini tentu membawa konsekuensi politik lanjutan. Jika Cak Imin (PKB) benar-benar gabung ke Nasdem mengusung Anies, maka sangat besar peluangnya terjadi perubahan komposisi blok koalisi partai kubu Prabowo dan blok KPP sendiri. Manuver Cak Imin ini mengguncang dua blok koalisi sekaligus, koalisi partai-partai pendukung Prabowo sekaligus partai-partai yang selama ini menominasikan Anies sebagai capres," ungkap Nyarwi.

3. Pasangan Anies - Cak Imin berpotensi mendongkrak elektabilitas

Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/Reno Esnir)

Mengacu pada data survei yang dirilis oleh lembaga survei kredibel, elektabilitas Anies tertinggal cukup jauh dari Prabowo maupun Ganjar Pranowo. Mayoritas data survei dari lembaga tersebut juga menunjukkan elektabilitas Cak Imin sangat rendah.

"Jika keduanya dipasangkan, bukan tidak mungkin, daya elevasi elektabilitas Anies meningkat cukup tajam. Sebagaimana kita tahu, PKB yang saat ini dipimpin oleh Cak Imin, memiliki basis pendukung inti yang sangat kuat di Jawa Timur, dan cukup kuat di Jawa Tengah. Ini dua provinsi dengan basis NU yang sangat kuat," ujar Nyarwi.

Dari data-data survei yang ada, elektabilitas Anies di kedua provinsi ini sangat rendah, tertinggal jauh dibandingkan Ganjar dan Prabowo. Di sini, peluang Cak Imin untuk membantu akselerasi elektabilitas Anies Baswedan di kedua provinsi ini masih terbuka lebar.

"Baik Nasdem dan Cak Imin (PKB) mampu menjalankan manuver politik yang sangat cerdik. Momentum yang mereka pilih untuk bermanuver juga cukup tepat, dimana manuver ini dijalankan beberapa minggu setelah PAN dan Golkar bergabung ke koalisi blok pengusung Prabowo dan setelah acara perayaan ulang tahun PAN yang ke-25 kemarin," ujar Nyarwi.

Editorial Team