Fenomena Bendera One Piece, Teguran Simbolis untuk Pemerintah?

- Bendera bajak laut One Piece sebagai bentuk kritik sosial dan politik terhadap ketimpangan sosial dan dominasi kekuasaan.
- Masyarakat gunakan momen kemerdekaan untuk menyuarakan kegelisahan terhadap arah bangsa saat ini melalui simbolis pengibaran bendera bajak laut.
- Pentingnya penghormatan terhadap bendera negara serta pendekatan regulatif dalam menanggapi fenomena ini, agar pemerintah dapat menangkap pesan kritik sosial dan politik dari masyarakat.
Yogyakarta, IDN Times - Menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-80, pemandangan tak biasa mulai muncul di sejumlah daerah. Warga mengibarkan bendera bergambar tengkorak khas bajak laut dari serial anime One Piece di depan rumah, kendaraan, hingga perahu.
Tindakan ini menuai perhatian publik. Di satu sisi dinilai sebagai bentuk ekspresi budaya pop, namun di sisi lain memicu perdebatan soal potensi pelanggaran terhadap simbol negara. Pakar pun angkat bicara menanggapi makna simbolis di balik aksi tersebut.
1. Bendera bajak laut dianggap bentuk kritik sosial

Dosen Hubungan Internasional UMY, Dr. Ade Marup Wirasenjaya, mengatakan pengibaran bendera bajak laut dari serial One Piece tak bisa langsung dimaknai sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara. Ia menilai aksi ini sarat pesan simbolis dan menjadi bentuk kritik atas ketimpangan sosial dan dominasi kekuasaan yang dirasakan masyarakat.
“Pengibaran bendera bajak laut ini lebih tepat dilihat sebagai bentuk kritik sosial politik, bukan ancaman terhadap kedaulatan. Selama bendera One Piece itu tidak dikibarkan lebih tinggi dari Merah Putih dan hanya diposisikan sebagai simbol kritik terhadap penyelenggaraan negara, saya tidak melihat itu menggerus kedaulatan. Ini adalah ekspresi teguran terhadap dominasi kekuasaan dan ketimpangan sosial yang dirasakan masyarakat,” jelas Ade pada Sabtu (2/8/2025) dilansir laman resmi UMY.
2. Masyarakat gunakan momen kemerdekaan untuk bersuara

Ade menjelaskan bahwa pengibaran bendera bajak laut justru muncul karena masyarakat merasa kehilangan ruang untuk menyampaikan aspirasi. Maka, momen kemerdekaan dijadikan ajang simbolis untuk menyuarakan kegelisahan terhadap arah bangsa saat ini.
“Pesan simbolisnya jelas kok, yaitu kemerdekaan jangan dibajak oleh segelintir elite. Istilah bajak laut di sini menjadi sindiran bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan pendiri bangsa jangan sampai dinikmati hanya oleh kelompok kekuasaan saja,” ujarnya.
3. Pentingnya refleksi dan pendekatan regulatif

Meski demikian, Ade tetap menekankan pentingnya penghormatan terhadap bendera negara. Ia mendorong agar pemerintah tidak langsung bersikap represif, melainkan memperkuat sosialisasi aturan tentang simbol negara serta menangkap pesan mendalam di balik ekspresi warga.
“Regulasinya sudah ada, posisi bendera negara itu diatur dalam undang-undang. Pemerintah harus aktif mensosialisasikan ini. Tapi saya kira fenomena ini juga harus dilihat sebagai ekspresi budaya pop yang memuat pesan kritik sosial dan politik,” paparnya.
“Masyarakat masih memiliki rasa cinta dan bangga terhadap negeri ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tidak sekadar merespons simbol, tetapi juga menangkap pesan-pesan substantif di baliknya,” tutup Ade.