Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pakar UMY: Penonaktifan DPR Cuma Pencitraan, Tak Sentuh Akar Masalah

Aksi demonstran menginjak foto Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dan Eko Patrio (IDN Times / Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Aksi demonstran menginjak foto Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dan Eko Patrio (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Intinya sih...
  • Penonaktifan anggota DPR tidak menyelesaikan akar persoalan bangsa
  • Langkah partai dinilai lebih untuk menjaga citra ketimbang tanggung jawab politik
  • Publik berhak mendapatkan penjelasan transparan dari partai politik terkait penonaktifan anggota dewan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bantul, IDN Times – Lima partai politik memutuskan menonaktifkan sejumlah anggotanya di DPR RI, termasuk nama publik figur seperti Uya Kuya, Eko Patrio, dan Ahmad Sahroni. Kebijakan ini dipandang sebagai cara meredam amarah masyarakat, namun dinilai belum menyentuh persoalan utama yang membuat rakyat kecewa terhadap wakilnya di parlemen.

1. Masalah bangsa lebih kompleks dari sekadar nonaktifkan anggota

Dr. Nanik Prasetyoningsih, S.H., M.H. (umy.ac.id)
Dr. Nanik Prasetyoningsih, S.H., M.H. (umy.ac.id)

Pakar hukum sekaligus dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Nanik Prasetyoningsih, menegaskan penonaktifan anggota DPR tidak menyelesaikan akar persoalan.

“Masalah Indonesia itu bukan sesederhana menonaktifkan anggota dewan. Akar persoalannya meliputi kesenjangan sosial, fenomena oligarki politik, dan sikap anti-kritik yang semakin menguat di kalangan elite. Rakyat menginginkan wakil yang lebih responsif, visioner, dan punya empati,” ujar Nanik, Rabu (3/9/2025), dilansir laman resmi UMY.

2. Penonaktifan dianggap hanya selamatkan citra parpol

Ilustrasi bendera parpol peserta pemilu 2024. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ilustrasi bendera parpol peserta pemilu 2024. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Nanik menilai langkah partai lebih ditujukan menjaga citra ketimbang tanggung jawab politik. Ia mengingatkan, kursi parlemen tidak berkurang meski ada penonaktifan anggota.

“Ini berbahaya. Masyarakat Indonesia hari ini semakin cerdas. Publik bisa menilai bahwa sikap partai seperti ini hanya kosmetik belaka,” tegasnya.

3. Publik berhak dapat penjelasan transparan

WhatsApp Image 2025-08-31 at 12.00.26 (1).jpeg
Rumah artis sekaligus anggota Komisi IX DPR RI, Surya Utama alias Uya Kuya di Kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, dijarah massa, Sabtu (30/8/2025) malam. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Menurut Nanik, partai politik seharusnya memberi penjelasan terbuka soal alasan penonaktifan karena anggota dewan dipilih rakyat, bukan ditentukan partai.

“Rakyat berhak tahu. Yang memilih Eko Patrio dan lainnya itu rakyat, bukan parpol. Jadi harus ada pertanggungjawaban kepada konstituen. Kalau tidak, rakyat hanya dijadikan alat untuk memilih, sementara setelahnya dianggap tidak mengerti apa-apa,” ujarnya.

Nanik menyimpulkan penonaktifan ini tidak menyentuh persoalan fundamental bangsa. Kebijakan tersebut lebih sebagai upaya mengurangi gejolak publik.

Menurutnya, langkah ini tidak bisa dijadikan solusi jangka panjang bagi demokrasi di Indonesia. “Langkah ini hanya menekan kemarahan sesaat, bukan solusi jangka panjang bagi demokrasi kita,” pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest News Jogja

See More

FOYB Ajak Kembali ke Marwah, Suarakan Aspirasi Tanpa Provokasi

04 Sep 2025, 17:34 WIBNews