Mahasiswa UNY Curhat Terbebani UKT, Jual Motor hingga Pindah Kampus

Menjual aset yang dimiliki hingga pilih pindah kampus

Sleman, IDN Times - Permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) seperti fenomena gunung es. Kisah mendiang Nur Riska Fitri Aningsih yang berjuang membayar UKT hingga tutup usia, membuka cerita sejumlah mahasiswa yang juga bernasib serupa.

Cerita-cerita mahasiswa yang tercekik besaran UKT terungkap dalam diskusi bertajuk "Ada Apa dengan UNY?" di salah satu kafe di Sleman, Senin (16/1/2023) malam. Beberapa mahasiswa yang memiliki pengalaman kesulitan biaya UKT bercerita dalam sambung daring, dengan identitas yang dirahasiakan.

1. Kerja sampingan hingga jual sapi

Mahasiswa UNY Curhat Terbebani UKT, Jual Motor hingga Pindah KampusUniversitas Negeri Yogyakarta (UNY) (wikimapia.org)

Salah satu mahasiswa yang merasakan tingginya biaya kuliah ini menyebut ia mulai berkuliah saat pandemi COVID-19 mengganas. Sang ayah yang bekerja serabutan, dan ibunya yang bekerja sebagai buruh pabrik merasakan dampak pandemi COVID-19.

"Bapak kerja serabutan, lebih sering kerja di angkringan, saat pandemi penghasilan menurun, langganan bapak berkurang. Ibu buruh pabrik, diberikan cuti beberapa hari, sehingga gaji kepotong," ujar mahasiswa UNY angkatan 2020 itu.

Sayangnya, di tengah ekonomi yang sedang sulit itu, ia justru mendapat beban UKT yang tinggi baginya, yaitu Rp4,2 juta. "Padahal penghasilan bulanan kedua orang tua tidak sampai sebesar itu," ujarnya.

Untuk bisa membayar UKT tersebut dirinya mencoba bekerja sampingan sebagai buruh di perkebunan. "Saya kerja agar gak merepotkan orang tua. Aset sapi juga dijual untuk biaya kuliah. Padahal untuk tabungan adik saya sekolah nanti (sapi yang dijual). Biaya pendidikan juga dari berhutang di bank," ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Pilu Mahasiswa UNY Berjuang Kuliah hingga Tutup Usia

2. Jual sepeda motor untuk UKT

Mahasiswa UNY Curhat Terbebani UKT, Jual Motor hingga Pindah Kampusilustrasi transaksi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Cerita lainnya datang dari mahasiswi UNY angkatan 2021. Akibat beban UKT, ia terpaksa harus mengambil cuti kuliah. Besaran UKT yang harus dibayarkan Rp3,6 juta. Saat awal diterima, kondisi ekonominya juga sedang berat, ayahnya terdampak gelombang PHK akibat pandemi COVID-19 dan tidak mendapat pesangon.

Kondisinya memang terbilang berat, karena orang tua juga harus membiayai sekolah kedua adiknya, di bangku SMP dan SMK. Satu motor yang dimiliki pun terpaksa harus dijual untuk biaya pendidikan. Ia sempat memutuskan tidak kuliah, namun orang tua yang mendapat pinjaman uang dari tetangga membuatnya tetap bisa melanjutkan kuliah. Semester pertama pun ia lalui, ia juga sempat mendapat beasiswa dari kampus yang bisa untuk semester dua dan tiga.

Tidak semulus yang diharapkan, saat akan masuk semester ketiga, beasiswa yang seharusnya ia peroleh, gagal didapatkan. Ia menyebut penyebab dirinya tidak bisa mengambil beasiswa itu dikarenakan ada pergantian pimpinan kampus dan ada kebijakan baru.

Kebijakan baru tersebut, membuat beasiswa yang seharusnya bisa didapat pada semester tiga, hanya baru bisa diambil pada semester tujuh. Ia pun sempat berusaha mengupayakan keringanan biaya kampus. "Setelah semester tiga berjalan, permohonan keringanan saya baru direspons tidak bisa dikabulkan. Sehingga saya memutuskan cuti sampai sekarang, dan sembari bekerja di restoran," ujarnya.

Baca Juga: UNY Bergerak: Besaran UKT Mencekik Mahasiswa Bertahun-Tahun

3. Memilih untuk pindah kampus

Mahasiswa UNY Curhat Terbebani UKT, Jual Motor hingga Pindah KampusDiskusi bertajuk "Ada Apa dengan UNY?" di salah satu kafe di Sleman, Senin (16/1/2023) malam. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Kisah lainnya dari mahasiswa angkatan 2020 asal Jakarta. Ia yang merasa keberatan dengan besaran UKT saat itu memilih untuk pindah kampus dengan biaya yang lebih terjangkau.

"UKT saya Rp3,6 juta. Buat saya dan keluarga terasa berat, karena harus biaya kos, biaya makan, kebutuhan sehari-hari. Tidak ada saudara juga di Jogja. Pernah mencoba mengajukan keringanan UKT juga," ujar dia.

Dikatakannya ia juga sempat mengajukan beasiswa. Namun, usahanya juga gagal. Persyaratan beasiswa dirasanya tidak relevan. Salah satu syarat, orangtua harus dalam kondisi bangkrut. Padahal, kondisinya sudah sangat pas-pasan. "Satu porsi soto ayam saya itu hanya Rp20 ribu, jadi penghasilan pas-pasan. Berat jika harus bayar kos dan lainnya," ujarnya.

Baca Juga: Mahasiswa Jogja, Bekerja hingga Jual Barang demi Bayar UKT

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya