Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Harga Pangan Naik Saat Ramadan, Ini Solusi dari Guru Besar UGM

Ilustrasi sembako (IDN Times/Yuko Utami)
Intinya sih...
  • Harga komoditas pangan naik saat Ramadan, meski stok bahan pangan cukup
  • Ketidakstabilan harga disebabkan terganggunya rantai pasok, perlu sinergi stakeholders untuk memperbaiki ekosistem rantai pasok pangan
  • Perlu kerja sama antar Kementerian dan Lembaga pemerintah, pemda, serta swasta untuk mengatasi masalah ketersediaan dan fluktuasi harga pangan

Sleman, IDN Times - Sejumlah harga komoditas naik saat Ramadan meski pemerintah memastikan stok bahan pangan aman dan tercukupi. Di sejumlah daerah masih ditemukan beras yang dijual di atas harga eceran tertinggi (HET). Ditambah harga komoditas pangan lainnya seperti cabai, daging sapi dan telur cenderung meningkat tajam karena tingginya permintaan sementara produksi belum mampu mencukupi kebutuhan konsumen.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Prof. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng., ketidakstabilan harga pangan ini disebabkan terganggunya rantai pasok meski pemerintah telah melakukan kebijakan operasi pasar maupun kebijakan harga eceran tertinggi untuk pangan tertentu seperti beras. “Di semua tingkatan,  pelaku dan penyedia rantai pasok pangan tersebut memiliki potensi kontribusi terhadap fluktuasi produksi, ketersediaan dan harga produk pangan,” katanya, Senin (10/3/2025).

1. Perlu perbaikan ekosistem rantai pasokan

Ilustrasi cabai (IDN Times/ Riyanto)

Pemerhati logistik pangan itu menambahkan meski pemerintah sudah membuat kebijakan untuk mengatasi ketidakpastian dan fluktuasi harga, melalui penyediaan cadangan pangan dan operasi pasar. Akan tetapi, kondisi sekarang ini menurutnya diperlukan perbaikan ekosistem rantai pasok pangan yang lebih baik.

“Semua pihak yang merupakan stakeholders dari sistem rantai pasok pangan dari hulu sampai hilir ini seharusnya bisa lebih saling bersinergi,” ujarnya.

2. Perlu sinergi sejumlah pihak

Pedagang daging ayam potong di Pasar Karangayu Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Kuncoro menambahkan perlu bersinergi antar Kementerian dan Lembaga pemerintah, kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, begitu pula antar pemda serta antara pemerintah dengan swasta untuk mengatasi masalah itu. “Kerja sama ini bisa mendorong ekosistem rantai pangan di level nasional dan daerah makin kuat,” jelasnya.

Untuk rantai pasok di sektor hulu, kata Kuncoro, pemerintah perlu memastikan tingkat produksi pangan sesuai dengan target swasembada pangan. Sementara di tingkat hilir, pemerintah perlu memastikan semua kebutuhan bisa terpenuhi dengan mengandalkan produksi dan cadangan pangan.

Namun semua itu tidak cukup, harus dibarengi dengan transparansi dan berbagi informasi yang semakin lebih baik, real time dan mudah diakses selama produksi, penyimpanan, dan distribusi pangan. “Dengan begitu, keberlanjutan serta kestabilan produksi, ketersediaan pangan dan kestabilan harga pangan bisa menjadi lebih baik dan stabil,” ucapnya.

3. Program MBG ikut berpengaruh

Ilustrasi pelaksaan program MBG di SDN 29 Pontianak (IDN Times/Teri)

Kuncoro juga menyoroti dampak bagi program Makan, Bergizi, Gratis (MBG) juga ikut mempengaruhi tingkat kebutuhan dan persediaan pangan. Pasalnya program MBG tentunya hal ini berpotensi menambah problem yang sudah ada sebelumnya, terutama dari sisi ketersediaan dan kebutuhan komoditas pangan.

“Program ini berlaku nasional, diprediksi akan sangat mempengaruhi profil kebutuhan dan ketersediaan pangan yang sudah ada sebelumnya dan berpotensi turut mempengaruhi fluktuasi harga yang terjadi,” ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us