Hama Ancam Ekspor Salak, UGM-BRIN Manfaatkan Teknologi Nuklir

- Teknologi nuklir untuk mematikan lalat buah
- Kolaborasi UGM-BRIN untuk meningkatkan devisa negara
- Potensi besar pemanfaatan nuklir dalam perlindungan tanaman
Sleman, IDN Times - Tim Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI menjalin kerja sama riset di bidang perlindungan tanaman. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan teknologi nuklir untuk mengendalikan lalat buah, yang selama ini menjadi hama utama komoditas hortikultura dan kerap menghambat ekspor.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hama Tanaman Faperta UGM, Suputa, menyebut kolaborasi ini diarahkan untuk meningkatkan daya saing hortikultura lokal, khususnya salak pondoh sebagai ikon Yogyakarta. “Serangan lalat buah menjadi hambatan serius dalam ekspor buah Indonesia,” ujar Suputa saat menerima kunjungan tim peneliti BRIN di Joglo Fakultas Pertanian UGM, Sabtu (23/8/2025).
1. Matikan hama pada buah

Suputa menuturkan, pada 2016 pernah terjadi kasus ekspor salak ke Australia yang akhirnya dimusnahkan karena ditemukan belatung lalat buah. Sejak saat itu, Australia tidak lagi menerima salak dari DIY. Padahal, menurutnya, penggunaan teknologi nuklir dapat mematikan telur maupun larva lalat buah di dalam salak.
Dengan cara itu, produk hortikultura dalam negeri diharapkan bisa kembali diterima pasar luar negeri. “Kita harapkan produk buah kita diterima negara mitra dagang,” ujarnya.
2. Tingkatkan devisa negara

Suputa menegaskan, tujuan utama kolaborasi ini adalah meningkatkan devisa negara lewat ekspor sekaligus menjaga keberlangsungan buah lokal. “Kolaborasi ini wujud interdisiplin dan multidisiplin, agar tidak ada ego sektoral. Tujuan utamanya adalah kemaslahatan bersama, terutama meningkatkan kesejahteraan petani,” ucapnya.
Ia menilai, riset bersama ini bisa menjadi langkah awal membangun sinergi dalam penerapan fitosanitari dan Teknik Serangga Mandul (TSM) berbasis teknologi nuklir. Upaya tersebut diharapkan mampu memperkuat keamanan pangan sekaligus meningkatkan daya saing hortikultura Indonesia.
3. Peluang pemanfaatan nuklir sangat besar

Perwakilan BRIN, Murni Indarwatmi, menilai pemanfaatan teknologi nuklir di bidang perlindungan tanaman memiliki potensi besar, terutama pada tahap pascapanen untuk memenuhi standar ekspor. “Peluangnya itu besar sekali. Untuk bagian pascapanen, pemanfaatan iradiasi khususnya untuk buah-buahan adalah untuk perlakuan fitosanitari. Dengan iradiasi, radiasi bisa menembus hingga ke dalam buah dan membunuh telur maupun larva hama lalat buah yang tersembunyi,” jelasnya.
Namun, Murni mengakui masih ada tantangan terkait persepsi masyarakat terhadap nuklir yang sering dikaitkan dengan bom atau kecelakaan reaktor. “Sebenarnya iradiasi ini tidak ada bahan radioaktif yang menempel sama sekali di produk. Dosisnya kecil dan aman, justru memastikan buah yang diekspor bebas dari hama,” pungkasnya.