Benarkah Ampo Sehat Dikonsumsi? Ini Pendapat Pakar Gizi UGM

- Ampo tidak memiliki nilai gizi karena sulit dicerna
- Keamanan ampo tergantung pada sumber tanahnya
- Risiko iritasi jika dikonsumsi berlebihan, terutama bagi balita dan lansia
Yogyakarta, IDN Times – Ampo, camilan tradisional dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, sudah lama dikenal sebagai makanan khas yang terbuat dari tanah liat yang dipotong tipis. Secara turun-temurun, ampo dipercaya memiliki khasiat, mulai dari mengurangi rasa pahit pada makanan, menyerap racun, hingga menyehatkan pencernaan.
Pada tahun 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI menetapkan ampo sebagai warisan budaya takbenda. Penetapan ini menegaskan bahwa ampo tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga bagian dari tradisi dan identitas budaya masyarakat.
Namun, bagaimana pakar gizi memandang ampo sebagai makanan? Sehat gak, ya?
1. Tidak memiliki nilai gizi karena sulit dicerna
Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, menjelaskan bahwa ampo sebagian besar tersusun dari silika dan alumina. Kedua komponen ini tidak mudah larut di air dan tidak dapat diserap tubuh.
“Sesuatu yang memberikan nilai manfaat di sini adalah sesuatu yang memang harus bisa dicerna. Dicerna berarti harus bisa larut,” kata Sri, Rabu (20/8/2025) dilansir laman resmi UGM.
2. Keamanan tergantung sumber tanah
Sri menegaskan, keamanan ampo bergantung pada asal tanah yang digunakan. Jika tanah berasal dari area pegunungan selatan gunung berapi, umumnya masih relatif bersih karena mengandung mineral alami. Namun, tanah yang dekat dengan pemukiman atau ladang berisiko terkontaminasi zat lain.
“Kalau itu di daerah-daerah yang sudah terpapar dengan banyak cemaran tadi, maka upaya untuk memanfaatkannya perlu betul-betul memperhatikan hal cemaran itu tadi,” jelasnya. Kontaminan yang mungkin terdapat di dalam tanah tersebut antara lain pestisida dan logam berat seperti timbal.
3. Risiko iritasi jika dikonsumsi berlebihan
Ampo memiliki sifat sebagai adsorben, sehingga dapat menyerap zat lain. Meski demikian, konsumsi dalam jumlah besar atau terlalu sering bisa menimbulkan masalah kesehatan. “Karena adanya gesekan oleh partikel pada benda padat yang tidak larut tersebut pada usus manusia. Terlebih, pada lansia dan orang-orang yang memiliki kondisi rentan,” imbuhnya.
Sri juga menekankan bahwa konsumsi ampo sebaiknya memperhatikan kondisi tubuh, usia, serta jumlah yang dikonsumsi. “Kondisi ini bisa dikaitkan dengan kondisi tubuh orang yang mengonsumsinya, yang saya maksud apakah ada kondisi sehat atau sakit tertentu,” ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa balita dan lansia lebih berisiko ketika mengonsumsi ampo. “Kalau ada kondisi, sedikit saja dalam pencernaannya pasti akan ada respons, maka dikonsumsinya oleh orang-orang dewasa yang memiliki imun yang tinggi dan dengan jumlah yang terbatas,” pesannya.