Fenomena Rojali Jadi Berkah bagi Perusahaan Logistik di DIY

- Fenomena Rojali membuat konsumen beralih belanja daring karena harga lebih murah
- Promo bebas ongkos kirim meningkatkan permintaan jasa pengiriman dan distribusi logistik
- Maraknya aksi unjuk rasa mengganggu distribusi logistik namun perusahaan tetap berupaya agar paket tiba tepat waktu
Bantul, IDN Times - Fenomena rombongan jarang beli atau Rojali yang marak di berbagai pusat perbelanjaan dan mal di sejumlah kota justru membawa berkah bagi perusahaan yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo). Pasalnya, semakin banyak konsumen beralih belanja daring melalui marketplace, semakin banyak pula logistik yang harus dikirim ke berbagai daerah.
1. Bebas ongkos kirim masih diburu oleh konsumen

Ketua DPW Asperindo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Adi Subagyo, menjelaskan fenomena Rojali terjadi ketika konsumen hanya melihat-lihat produk di pusat perbelanjaan, lalu membandingkannya dengan harga di marketplace. Hasilnya, harga produk secara daring biasanya jauh lebih murah dibanding di mal.
"Misalnya produk baju di mal dijual Rp125 ribu, sementara di marketplace hanya Rp100 ribu tanpa ongkos kirim. Tentu konsumen akan memilih membeli secara daring," katanya, Rabu (3/9/2025).
2. Bebas ongkir mendongkrak distribusi logistik kepada konsumen

Adi mengakui, promo gratis ongkos kirim menjadi salah satu daya tarik utama bagi konsumen. Selain harga lebih murah, barang juga bisa diantar langsung ke rumah bahkan dibayar saat pesanan tiba.
"Ini juga mendongkrak permintaan jasa pengiriman bagi perusahaan logistik. Apalagi produk yang dijual di marketplace tidak memiliki perusahaan logistik sendiri," ungkapnya.
Ia menjelaskan, peluang bisnis logistik dari belanja daring mulai terasa sejak 2012, ketika tren pembelian online marak melalui marketplace di Kaskus, kemudian Facebook, berlanjut ke OLX, Shopee, hingga berbagai platform yang berkembang pesat saat ini.
"Kalau kita lihat, bisnis logistik di Indonesia memang cukup cerah ya, meski saat ini sudah banyak marketplace yang memiliki perusahaan logistik sendiri," tandasnya.
3. Maraknya aksi unjuk rasa berdampak pada terlambatnya pengiriman logistik

Namun, Adi mengakui maraknya aksi unjuk rasa di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir sempat mengganggu distribusi logistik. Akibatnya, kiriman barang tidak selalu sampai sesuai waktu yang dijanjikan. Meski begitu, perusahaan logistik tetap berupaya agar paket segera tiba di tujuan.
"Ya semoga kondisi semakin membaik sehingga distribusi logistik kembali normal," tuturnya.