Emak-Emak di Kotagede Sulap Gang Semput Jadi Kebun Hijau

- Tanaman juga dijual, menambah pemasukan untuk ibu-ibu. Manajemen perawatan tanaman dilakukan secara rapi dan gotong royong.
- Lorong hijau menjadi ruang hidup yang hijau, asri, sekaligus produktif. Media silaturahmi dan semangat kebersamaan.
- Kreativitas ibu-ibu mengubah lorong sempit menjadi ruang hijau yang produktif. Mendukung ketahanan pangan lokal dan semangat gotong royong di masyarakat.
Yogyakarta, IDN Times - Sekelompok ibu di RW 06 Kampung Rejosari, Kelurahan Rejowinangun, Kotagede, berhasil menyulap lorong gang sempit dan lahan terbatas menjadi kebun hijau produktif.
Ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Tani Lorong Sayur Gembira RW 06 Rejowinangun, itu memulai usaha itu pada tahun 2018. Kelompok ini digerakkan oleh semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Dipimpin oleh Elly, seorang perempuan sederhana yang penuh dedikasi, kelompok ini kini memiliki 20 anggota aktif yang semuanya adalah ibu rumah tangga di lingkungan setempat.
Elly mengisahkan bahwa cikal bakal kelompok ini muncul ketika para ibu mengikuti pelatihan wall planter pada tahun 2018. "Waktu itu kami sadar, kampung Rejosari tidak memiliki banyak lahan kosong. Jadi kami belajar bagaimana cara bercocok tanam secara vertikal, memanfaatkan dinding dan lorong-lorong sempit yang selama ini terbengkalai," kata Elly dikutip laman resmi Pemkot Yogyakarta, Sabtu (3/10/2025).
Elly menambahkan dari keterbatasan itulah lahir kreativitas. Lorong-lorong yang dulunya hanya berfungsi sebagai jalur lalu lintas warga, kini berubah menjadi lorong hijau yang rimbun dengan aneka sayuran segar dan tanaman obat keluarga (toga).
Jenis tanaman yang dibudidayakan pun beragam. Mulai dari sayuran seperti kobis, terong, kangkung, bayam, hingga sawi, semua tumbuh subur di sela-sela dinding lorong dan pot-pot gantung. Sementara itu, untuk tanaman toga, kelompok ini menanam jahe, kunyit, kencur, serai, dan berbagai tanaman herbal lainnya yang banyak dicari warga sekitar.
1. Hasil panen miliki nilai ekonomi

Tak hanya untuk konsumsi pribadi, hasil panen kelompok ini juga memiliki nilai ekonomi. “Kebetulan di area Rejowinangun memang banyak penjual tanaman. Jadi banyak yang datang ke sini khusus mencari toga. Selain bisa dimanfaatkan sendiri, tanaman kami juga bisa dijual. Lumayan bisa menambah pemasukan untuk ibu-ibu,” jelasnya.
Kesuksesan lorong hijau ini tak lepas dari manajemen yang rapi. Elly bersama anggota kelompok membuat jadwal perawatan tanaman. Setiap hari, ada empat hingga lima anggota yang bertugas menyiram, mencabut rumput liar, atau sekadar mengecek kondisi tanaman.
Namun, ketika masuk musim tanam, seluruh anggota kompak turun tangan.
“Kalau masa tanam, semua anggota harus ikut. Kami tanam bareng-bareng, supaya hasilnya juga bisa dirasakan bersama,” katanya.
2. Berbuat untuk lingkungan
Menurut Elly, dengan sistem gotong royong ini, tanaman tetap terawat baik meski lahan yang digarap cukup sempit dan memanjang mengikuti lorong.
Kini, lorong gang di RW 06 Rejosari bukan hanya tempat lalu lalang warga. Lorong itu menjelma menjadi ruang hidup yang hijau, asri, sekaligus produktif. Lebih dari itu, keberadaan Lorong Sayur Gembira juga menjadi media silaturahmi.
Hampir setiap hari para ibu berkumpul, untuk merawat tanaman maupun sekadar berbincang sambil berbagi pengalaman. Lorong yang dulu sepi, kini selalu ramai dengan tawa, canda, dan semangat kebersamaan.
Elly berharap, pemerintah maupun masyarakat luas dapat lebih memperhatikan inisiatif warga seperti ini. “Kami ingin menunjukkan bahwa meski hanya ibu rumah tangga biasa, kami juga bisa berbuat untuk lingkungan, keluarga, bahkan perekonomian. Semoga semakin banyak lorong-lorong lain yang ikut hijau,” katanya.
3. Kelurahan beri apresiasi warga

Sementara itu, Lurah Rejowinangun, Handani Bagus Setyarso, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap inisiatif warganya. Menurutnya, apa yang dilakukan ibu-ibu RW 06 tidak hanya sekadar berkebun, tetapi juga menghadirkan manfaat yang luas.
“Kami sangat bangga dengan kreativitas ibu-ibu di RW 06. Mereka mampu mengubah lorong sempit menjadi ruang hijau yang produktif. Selain menghasilkan pangan sehat untuk keluarga, kegiatan ini juga mendukung ketahanan pangan lokal dan memperkuat semangat gotong royong di masyarakat,” ungkapnya.
Handani berharap seluruh RW di Rejowinangun dapat meniru apa yang telah dilakukan oleh Kelompok Tani Lorong Sayur Gembira.
"Keberhasilan kelompok tani ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan lahan bukanlah penghalang untuk menciptakan pertanian produktif di perkotaan. Apa yang dilakukan oleh ibu-ibu RW 06 Rejosari bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi kampung-kampung lain," ujarnya