TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2 Tahun Vakum, Saparan Wonolelo Kembali Digelar Meriah

Festival budaya kembali bergairah

Perayaan Saparan Wonolelo sebelum masa pandemik (instagram.com/pondokwonolelo)

Sleman, IDN Times - Setelah sempat vakum selama dua tahun karena pandemik COVID-19, rangkaian upacara adat Saparan dan Haul Ki Ageng Wonolelo kembali digelar tahun ini. Dalam gelaran ke-55 ini, Saparan Wonolelo akan berlangsung kurang lebih dua pekan dari 26 Agustus hingga 10 September 2022 di Padukuhan Pondok Wonolelo, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Adapun Saparan adalah tradisi adat untuk menyambut bulan Sapar dalam penanggalan Jawa. Uniknya, Saparan Wonolelo juga bentuk penghormatan masyarakat terhadap para leluhur khususnya Ki Ageng Wonolelo yang dianggap berjasa dalam menanamkan ilmu agama, norma, dan nilai budaya pada masyarakat setempat.

1. Saparan Wonolelo momen mempertahankan tradisi

GKR Hemas dan KPH Yudanegara dalam acara pembukaan Saparan Wonolelo (IDN Times/Yogie Fadila)

Pada Jumat (26/08/2022) malam masyarakat berbondong-bondong memenuhi halaman masjid Ki Ageng Wonolelo untuk menyaksikan pembukaan rangkaian Saparan. Antusiasme masyarakat tercermin dari ratusan hadirat yang rela duduk di badan jalan menuju masjid.

"Ibu-ibu terlihat semringah karena sudah dua tahun tidak pernah ada acara seperti ini, ya?" sapa Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dalam sambutannya.

Istri Sultan Hamengkubuwono X ini mengajak masyarakat untuk kembali mengenang nilai keluhuran yang diwariskan oleh Ki Ageng Wonolelo.

"Beliau adalah keturunan dari Gusti Prabu Brawijaya V yang sangat berjasa terhadap kerajaan Mataram," jelasnya. 

Selain itu, GKR Hemas juga mengajak masyarakat untuk memegang teguh tradisi dengan menghadirkan sesajen seperti tumpeng dan ingkung ayam.

"Jangan terpengaruh dengan budaya asing. Agama Islam di Jogja sudah ada sejak dulu kala. Ajaran Islam adalah ajaran yang sempurna. Jadi tidak perlu dikacaukan lagi dengan Islam jenis baru yang belakangan ini banyak datang ke Jogja dan Indonesia. Sesungguhnya warisan tradisi agama Islam di Jogja sudah sempurna untuk masyarakat dan budaya," kata GKR Hemas.

Baca Juga: 8 Agenda Wisata Bulan September di Jogja, Jangan Sampai Ketinggalan!

2. Pasar malam kembali meramaikan Saparan Wonolelo

Wahana Roda-roda Gila atau Tong Setan di Pasar Malam Wonolelo, DI Yogyakarta (IDN Times/Yogie Fadila)

Selama masa pandemik 2020 dan 2021, Saparan Wonolelo sebenarnya tetap berlangsung meskipun hanya berlangsung sederhana dalam satu hari. "Kita hanya kirab benda pusaka saja. Pasar malam dan pertunjukan seni ditiadakan," kenang salah satu pemuka masyarakat, Juritno.

Tahun ini kirab benda pusaka akan dimeriahkan dengan pertunjukan seni jathilan, campursari, dan tari-tarian. Panitia juga menyiapkan panggung khusus pertunjukan musik dangdut, dan menyulap lapangan setempat menjadi arena pasar malam.

Sementara benda pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo, seperti tombak, kitab suci Al-Quran, dan kopiah akan dikirab pada puncak perayaan Jumat, 9 September 2022. Kirab tersebut diikuti dengan Kirab Bregodo, dan pembagian apem.

3. Event dan festival kebudayaan Yogyakarta kembali bergairah

Kirab Saparan Bekakak. (slemankab.go.id)

Menurut GKR Hemas, perayaan Saparan di desa wisata Wonolelo merupakan salah satu indikator kembali bergairahnya sektor pariwisata di Yogyakarta.

"Kegiatan masyarakat kembali ramai. Event-event budaya berlangsung setiap minggu di seluruh pelosok Jogja, baik di desa-desa yang melestarikan tradisi saparan dan sejenisnya, sampai kepada sentra-sentral pertunjukan festival dan ekshibisi seperti pelataran candi Prambanan, Tebing Breksi, pantai Parangtritis, pantai Samas dan Jogja National Museum," katanya.

Baca Juga: Mulai Besok Sabtu, Ada Festival Kuliner dan Keroncong di Pantai Bantul

Berita Terkini Lainnya