TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Siswi SMA di Bantul Dipaksa Pakai Hijab hingga Depresi

Siswi tersebut trauma datang ke sekolah

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar siswa (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Sleman, IDN Times - Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMAN 1 Banguntapan, Kabupaten Bantul diduga memaksa memakaikan hijab kepada salah seorang siswi muslim di sekolah tersebut.

Siswi berusia 16 tahun itu pun disebut mengalami depresi berat karenanya hingga mengurung diri di kamar dan enggan berkomunikasi dengan orangtuanya.

Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan Yogyakarta (AMPPY) sebagai pendamping bersama orangtua siswi membawa persoalan ini ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY.

Baca Juga: Diduga Jual Seragam ke Siswa, Disdikpora DIY Panggil 4 SMA/SMK  

1. Dipanggil dan diinterogasi guru BK

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar siswa-siswi SMA. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Yuliani, koordinator AMPPY, mengatakan peristiwa ini terjadi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Siswi itu masuk ke sekolah tanggal 18 Juli 2022 tanpa mengenakan hijab. Sehari berselang, dia dipanggil dan diperiksa di ruang BK.

"Anak itu dipanggil di BP (BK) diinterogasi 3 guru BP," kata Yuliani di Kantor ORI DIY, Sleman, Jumat (29/7/2022).

Kata Yuli, guru di ruang BK menanyakan alasan mengapa siswi tersebut tidak mengenakan hijab saat di sekolah. Siswi tersebut terus terang menjawab belum berkenan, sekalipun sang ayah telah membelikannya jilbab yang dijual oleh sekolah sebagai atribut wajib siswa/siswi SMAN 1 Banguntapan.

Bagi APPMY pun mengenakan atribut keagamaan merupakan pilihan dan hak asasi masing-masing.

Ini didukung dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Artinya, tidak ada kewajiban model pakaian kekhususan agama tertentu menjadi pakaian seragam sekolah.

"Anak ini merasa tidak nyaman, jadi merasa dipaksa. Lha terus kamu kalau gak mulai pakai hijab mau kapan pakai hijab, gitu?" ujar Yuli menirukan perkataan guru ke siswi.

"Nah itu sudah. Gurunya makein ke si anak itu. Itu kan namanya sudah pemaksaan," lanjut dia.

2. Sejam menangis di toilet hingga trauma ke sekolah

Ilustrasi perempuan menangis (pexels.com/Kat Smith)

Selanjutnya, siswi tersebut meminta izin meninggalkan ruang untuk pergi ke toilet. Hanya saja, ia tak kembali setelah ditunggu sekian lama oleh para guru BK.

"Anaknya minta izin ke toilet. Nangis satu jam lebih di toilet. Izin ke toilet kok gak masuk-masuk kan mungkin BP ketakutan terus digetok, anaknya mau bukain pintu dalam kondisi sudah lemas terus dibawa ke UKS. Dia baru dipanggilkan orang tuanya," beber Yuli.

Yuli berujar, siswi tersebut dipanggil sebanyak 2 kali selama sepekan untuk membahas persoalan yang sama. Siswi itu, katanya, akhirnya mengalami trauma.

Siswi itu, lanjut Yuli, sempat susah makan dan mengurung diri di kamar rumah karenanya. Pada tanggal 25 Juli kemarin yang bersangkutan pingsan saat mengikuti kegiatan upacara bendera dan belum berkenan kembali ke sekolah hingga hari ini.

"Anaknya jelas sudah sangat trauma ya. Sampai sekarang aja belum masuk. Trauma dia tidak mau sekolah di situ," ucap Yuli.

Baca Juga: Ombudsman Duga POT SMPN 2 Bantul Akali Aturan Pembelian Seragam Baru 

Berita Terkini Lainnya