TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rapid Test Antigen Sedikit Lebih Efektif Dibanding Rapid Test Antibodi

Bisa mendeteksi antigen virusnya

Rapid test kepada pedagang di pasar Bantul yang digaler oleh Dinas Kesehatan. IDN Times/Daruwaskita

Sleman, IDN Times - Untuk melakukan skrining awal COVID-19, banyak daerah di Indonesia yang menggunakan langkah rapid diagnostic test (RDT).

Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Dr. dr. Rustamadji menjelaskan tes cepat sendiri sebenarnya dapat terbagi menjadi dua jenis yakni rapid test antibodi dan rapid test antigen.

Baca Juga: 4 Kecamatan di Sleman Tak Lagi Jadi Zona Merah COVID-19

1. Rapid test antibodi kurang efektif untuk diagnosis

IDN Times/Siti Umaiyah

Adji, panggilan akrab Rustamadji menjelaskan rapid test antibodi kurang efektif digunakan untuk mendiagnosis COVID-19. Rapid test antibodi ini lebih tepat digunakan untuk tujuan surveilans kesehatan masyarakat seperti melihat kekebalan pada suatu kelompok/komunitas.

Menurutnya, rapid test antibodi dilakukan berdasar pada terbentuknya antibodi yakni IgM dan IgG dalam tubuh sebagai mekanisme proteksi terhadap serangan bakteri maupun virus, bukan mendeteksi keberadaan virus,

"Dengan kata lain, tes ini hanya mendeteksi antibodi dalam tubuh seseorang apakah pernah terinfeksi atau terpapar virus corona," ungkapnya pada Sabtu (4/7).

2. Rapid test antigen lebih efektif

IDN Times/Yogi Pasha

Menurut Adji, untuk rapid test antigen, sedikit lebih efektif dibandingkan dengan rapid test antibodi. Hal ini karena tes ini bisa mendeteksi antigen atau virusnya. Kendati begitu, dia kembali menekankan bahwa baik rapid test antibodi maupun antigen hanya sebagai langkah skrining awal bukan pemeriksaan untuk mendiagnosis infeksi virus corona. 

“Rapid test tidak bisa digunakan untuk penegakan diagnosis COVID-19, ini untuk pemeriksaan awal saja,” terangnya.

Baca Juga: Polemik Rapid Test untuk Deteksi COVID-19, Mahal dan Tak Akurat

Berita Terkini Lainnya