Pakar Studi Bencana UGM Minta Warga Waspadai Munculnya La Nina
BMKG perkirakan La Nina terjadi Desember 2020
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa hari terakhir terjadi iklim anomali La Nina di Indonesia. Berkenaan dengan perkiraan tersebut, Sekretaris Pusat Studi Bencana UGM, Andung Bayu meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan curah hujan tinggi akibat anomali La Nina.
Andung memaparkan La Nina dan pasangannya yaitu El Nino, atau sering disebut El-Nino Southern Oscillation/ENSO merupakan satu gejala perubahan atmosfer yang umumnya memperngaruhi kondisi cuaca secara musiman di Indonesia dan negara lain di sekitar Samudra Pasifik.
“El Nino dan La Nina memiliki rentang waktu pengulangan setiap 2 hingga 7 tahun. Berdasarkan acuan sejarah, El Nino ditemukan terlebih dahulu dibanding La-Nina," ungkapnya pada Senin (12/10/2020).
Baca Juga: EWS Buatan Peneliti UGM Bisa Deteksi Gempa Sejak 3 Hari Sebelumnya
1. La Nina mendorong pembentukan awan berlebihan
Andung memaparkan La Nina sendiri disebabkan suhu permukaan laut pada bagian barat dan timur Pasifik menjadi lebih tinggi dibanding biasanya. Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun sehingga mendorong pembentukan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah yang terdampak.
Sedangkan El Nino disebabkan meningkatnya suhu perairan di Pasifik timur. El Nino bisa mengakibatkan meningkatnya suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya sehingga peristiwa ini menyebabkan pembentukan awan yang dapat meningkatkan curah hujan pada kawasan tersebut.
“Ini yang mengakibatkan tekanan udara pada barat Samudera Pasifik menghambat pertumbuhan awan di laut Indonesia bagian timur yang membuat curah hujan menurun secara tidak normal di beberapa wilayah di Indonesia," terangnya.
Baca Juga: Hanya Butuh 80 Detik, Alat Besutan UGM Bisa Deteksi COVID-19