TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gejayan, Saksi Bisu Aksi Mahasiswa Yogyakarta Mei 1998

Peristiwa Gejayan tewaskan Mozes Gatutkaca

Ilustrasi Kerusuhan Mei 1998. (IDN Times/Capture Buku Politik Huru Hara Mei 1998)

Sleman, IDN Times - Peristiwa Mei 1998 menyisakan sejarah bagi bangsa Indonesia. Kala itu, mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia beserta masyarakat bergerak melakukan aksi demonstrasi di sejumlah daerah untuk menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

Tidak hanya di pusat pemerintahan yang berada di Jakarta, aksi demonstrasi yang juga terjadi di daerah-daerah. Di Yogyakarta sendiri, aksi demonstrasi berpusat di Jalan Gejayan (sekarang bernama Jalan Affandi).

Aksi ini turut menyisakan sejarah kelam, di mana ada korban jiwa maupun korban luka lantaran adanya bentrok antara petugas keamanan dan mahasiswa.

Baca Juga: Gejayan 21 Tahun Lalu: Tubuh Mozes Dibawa, Darahnya Mengering

1. Selasa, 5 Mei 1998 mahasiswa lakukan demonstrasi di Gejayan

ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Pada 5 Mei 1998, puluhan ribu mahasiswa dari sejumlah kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan aksi demonstrasi di kampus Universitas Sanata Dharma (USD) dan dilanjutkan di Jalan Gejayan.

Merujuk pada skripsi yang ditulis oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Angga Apip Wahyu Saputra dengan judul "Peranan Mahasiswa Yogyakarta dalam Perjuangan Reformasi di Indonesia (1998)", bentrokan tidak dapat terhindarkan kala sebagian mahasiswa memilih bertahan di Jalan Gejayan meskipun panitia secara resmi membubarkan aksi pada pukul 17.30 WIB.

Lalu, pada pukul 18.00 WIB, petugas keamanan pun membubarkan paksa dengan menyemprotkan gas air mata ke arah peserta aksi. Peserta yang panik mulai berlarian sambil membalas petugas dengan melempar batu. Lalu, petugas melakukan pengejaran dan mencari mahasiswa hingga ke perkampungan penduduk hingga malam.

Ketika bertemu dengan mahasiswa, petugas pun memukul dan menyeret mahasiswa. Setidaknya ada 15 peserta aksi yang mengalami luka, dan 10 peserta diamankan. Bukan hanya itu, penduduk pun juga turut menjadi korban pemukulan dan motor-motor yang di parkir di kampus IKIP Yogyakarta (Saat ini bernama UNY) maupun USD turut mengalami kerusakan.

Jelang tengah malam, ketegangan mereda dan penduduk di sekitar Gejayan dan Samirono ke luar rumah, membakar ban dan meletakkan berbagai benda di tengah jalan. Berbagai fasilitas umum seperti rambu rambu lalu lintas, tiang listrik, telepon umum dirusak dan diletakkan di tengah jalan.

2. Massa aksi sempat menyandera Ketua DPRD DIY

AFP/Kemal Jufri

Saat terjadi aksi pendudukan Gejayan di tanggal 5 Mei 1998 ini, massa aksi sempat menyandera Ketua DPRD DIY Subagyo Waryadi dan anggota Fraksi ABRI Kolonel Sriyono karena tidak bersedia mengantarkan peserta aksi berjalan ke DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun saat bentrokan meletup, mereka telah diamankan panitia aksi di gedung rektorat kampus USD. 

3. Jumat, 8 Mei 1998, peristiwa kelam terjadi

ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf

Usai aksi yang dilakukan pada 5 Mei 1998, tiga hari berikutnya, pada Jumat 8 Mei 1998 aksi massa yang diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat kembali terjadi di Gejayan.

Bentrokan pun tidak dapat terhindarkan lagi ketika mahasiswa memilih bertahan, malah semakin besar dibandingkan sebelumnya. Saat itu, hingga pukul 23.00 WIB mahasiswa bersama dengan masyarakat masih bersitegang dengan aparat keamanan dan aksi saling serang pun tidak dapat terhindarkan.

Bahkan, peristiwa kelam pun terjadi akibat bentrokan tersebut, Mozes Gatotkaca ditemukan tewas dekat kios pon Mrican oleh Tim P3K USD dan kemudian diangkut dengan menggunakan mobil ambulans ke RS Panti Rapih. Dari hasil pemeriksaan dokter, Mozes mengalami retak di tulang tengkorak diduga akibat pukulan benda tumpul di kepalanya. Selain Mozes, ratusan orang pun mengalami luka-luka beberapa peserta aksi pun turut diamankan oleh petugas keamanan.

Baca Juga: Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Pahlawan Reformasi 1998

Berita Terkini Lainnya