Pelajar SMA se-DIY: Katakan NO pada Kejahatan Jalanan
Geng sekolah berulah, masyarakat jengah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times – Wajah-wajah pelajar SMA yang tampak letih, bosan sempat tertangkap kamera di ruang Sasana Cipta di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (Dispora) DI Yogyakarta, Rabu, (26/2) menjelang siang.
Yang duduk di deretan belakang ada yang menangkupkan kepala di atas meja. Ada yang menunduk dengan tangan sibuk memainkan handphone. Meski tak sedikit pelajar yang masih terlihat antusias mengikuti Dialog Interaktif Pembinaan Pelajar di DIY untuk Meminimalisir Kejahatan Jalanan yang tengah digelar.
Ada 71 pelajar yang mewakili 21 sekolah menengah atas di Yogyakarta, Bantul, dan Sleman yang ikut serta. Selama ini kejahatan jalanan disebut melibatkan geng-geng sekolah yang saling serang.
“Perwakilan (SMA) dari kota (Yogyakarta), ada gak geng di sekolahnya?” tanya Kepala Seksi Pelatihan dan Kemampuan Sub Direktorat Pengembangan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kasi Latpuan Subdit Babinkamtibmas) Ajun Komisaris Polisi (AKP) Murniati mencoba menghidupkan suasana.
“Ada!” teriak seorang pelajar dengan suara lantang.
“Sleman? Ada gak Sleman itu geng sekolah?” gantian pelajar-pelajar dari SMA di Sleman ditanya.
“Tidak ada, Bu!” teriak seorang siswa yang membuat polwan dari Kepolisian Daerah DIY itu terkejut.
“Haaaah? Ada sekolah di Sleman yang punya geng gak?” ulang Murniati yang berseragam lengkap.
“Oh, enggak tahu, Bu!” ralat pelajar itu. Derai tawa pun menggema di ruangan.
Pertanyaan yang sama juga dilontarkan kepada perwakilan pelajar dari Bantul. Mereka menjawab: ada.
“Yang jujur pelajar dari kota dan Bantul. Jadi orang hebat. Yang tidak jujur dapat snack,” kata Murniati yang lagi-lagi disambut sorakan dari pelajar.
Baca Juga: Dukung Pemerintah, Penyanyi Jogja Ini Ciptakan Lagu Tentang Klitih
1. Anggota geng tertangkap, anggota lain pilih lari
Murniati pun mengisahkan pengalamannya menangani sejumlah masalah geng sekolah yang melakukan tindak kejahatan. Geng-geng pelajar itu berani berulah, jika melakukan dengan beramai-ramai. Tetapi kalau ada anggota geng yang ditangkap masyarakat dan dipukuli, pentolan geng dan anak buah lainnya langsung kabur.
“Mlayu. Gak ada yang nolongin. Gak ada solidaritas. Temannya babak belur sendiri,” kata Murniati.
Kondisi itu, menurut Murniati, sesuai dengan kasus tertangkapnya salah satu pentolan geng oleh polisi. Mereka ditanya apa yang dilakukan jika ada anak buah yang ditangkap.
“Ya lari, Bu. Menyelamatkan diri. Jadi kalau ada anggota geng dijamin masa depannya sama ketuanya itu bullshit. Bohong,” kata Murniati.
Ia pun berpesan agar semua pelajar di DIY tak gampang diiming-imingi untuk masuk menjadi anggota geng.
“Sampaikan kepada teman-temannya untuk tidak masuk geng. Dan jangan melakukan vandalisme,” kata Murniati.
Baca Juga: Klitih, Kegiatan Positif yang Kini Bergeser Jadi Aksi Brutal