TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tak Sekadar Ruang Terbuka, Ini Fungsi Alun-alun Utara Kraton Jogja 

Pendukung kraton sebagai pusat pemerintahan

potret Kraton Jogja (instagram.com/kartikaholly)

Yogyakarta, IDN Times- Alun-alun utara yang terletak di dalam kompleks Kraton Yogyakarta kerap menjadi tempat berkegiatan masyarakat. Di antaranya, berolahraga lari atau main sepak bola, ada pula yang berjalan-jalan sambil menikmati suasana.

Tapi, awalnya Alun-alun Utara yang disebut juga Alun-alun Lor ini dibuat bukan untuk kegiatan masyarakat seperti yang terlihat sekarang. Alunn-alun memiliki berbagai fungsi dan peran yang mendukung Kraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan.

Baca Juga: Mengenal Bregada, Pasukan Prajurit Kraton Yogyakarta

1. Dibangun saat Kraton Jogja berdiri

Instagram.com/kratonjogja

Handinoto dalam tulisan “Alun-alun sebagai Identitas Kota Jawa” yang dimuat Jurnal Dimensi terbitan 18 Desember 1992 mengatakan alun-alun telah ada sejak zaman Majapahit hingga Mataram pada abad 13 hingga 18.

Di Kraton Majapahit, katanya, terdapat dua alun-alun, yakni Bubat dan Waguntur. Bubat dipakai sebagai tempat penyelenggaraan pesta rakyat sedangkan Waguntur memiliki fungsi lebih sakral sebab digunakan saat upacara penobatan atau resepsi kenegaraan.

2. Fungsi alun-alun

www.tempatwisataid.com

Alun-alun pun, menurut Handinoto, memiliki fungsi di antaranya sebagai lambang berdirinya sistem kekuasaan raja terhadap rakyatnya, tempat penyelenggaraan semua upacara keagamaan yang penting, serta lokasi pertunjukkan aktivitas profan semisal tempat berlatih para prajurit kraton.

Contoh khas alun-alun kraton di zaman yang lebih muda adalah Alun-alun Utara dan Selatan Kraton Yogyakarta.

3. Luas mencapai 9000 meter

Intasgram.com/kratonjogja

Seperti yang dilansir dari situs resminya, Kraton Yogyakarta menerangkan bahwa luas Alun-alun Utara mencapai 9000 meter. Permukaan alun-alun sengaja ditutup dengan pasir lembut dan dua pohon beringin ditanam di tengah lapangan.

Menurut Kraton Yogyakarta, hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Pasir yang menutupi permukaan alun-alun melambangkan laut tak berpantai yang merupakan perwujudan sifat tak terhingga dari Tuhan.

4. Lambang konsep habluminallah dan hablumminannas

kratonjogja.id/

Sementara itu, penanaman dua pohon beringin yang masing-masing bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru dilakukan karena satu maksud. Kiai Dewadaru terletak di bagian barat bersama dengan Masjid Gedhe Kauman.

Sementara itu, Kiai Janadaru ada di sebelah timur bersama dengan Pasar Beringharjo. Penempatan kedua pohon ini, menurut Kraton Yogyakarta, merupakan ide Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk menggambarkan konsep habluminallah dan hablumminannas atau hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya.

Dari Alun-Alun Utara menuju Sitihinggil (bagian depan kraton) dan Kamandhungan Ler terdapat pohon beringin, dan keben. Rimbunnya pohon beringin melambangkan perlindungan sedangkan pohon keben bermakna “hangrungkebi” atau pembelaan. Pepohonan itu menjadi perlambang harapan dari sifat raja yang mengayomi, melindungi dan membela rakyat Yogyakarta.

Baca Juga: Tradisi dan Berkah di Garebeg. Ratusan Orang Berebut Pemberian Raja

Berita Terkini Lainnya