Saksi Bisu Gugurnya 2 Pahlawan Revolusi di Sleman Tahun 1965
Dikenal sebagai 'Lubang Buaya' Jogja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - September 1965 menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia. Berbagai cerita mewarnai tragedi 65. Salah satu lokasi yang menjadi saksi bisu tragedi ini berada di Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman. Tepatnya, di bangunan yang saat ini dijadikan kompleks Batalyon 403.
Di kompleks ini, berdiri Museum Monumen Pahlawan Pancasila. Sebuah pendapa nampak berdiri kokoh. Di kanan dan kiri pendapa itu juga terdapat dua duplikat tank, dan satu mobil Jeep Gaz yang mewarnai tragedi 1965.
Bagian depan dinding pendapa tersebut, terdapat relief cerita yang mewarnai kejadian di lokasi itu. Dua patung besar petinggi ABRI/TNI, Brigadir Jenderal (anumerta) Katamso Darmokusumo, dan Kolonel Infanteri (anumerta) Sugiyono juga terlihat di pendapa. Lokasi tersebut menjadi tempat pembunuhan dua petinggi TNI tersebut.
Baca Juga: Biografi Brigjen TNI Katamso Darmokusumo, Pahlawan Revolusi Indonesia
1. Cerita eksekusi Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono
Saat itu Brigjen Katamso menjabat sebagai Danrem dan Kolonel Sugiyono sebagai Kasrem. Sebagai petinggi TNI AD, mereka menjadi orang yang dicari. Dalam tragedi berdarah 1 Oktober 1965, Brigjen Katamso dibawa lebih dulu. Selanjutnya, tidak berselang lama, Kolonel Sugiyono juga dibawa, dengan mobil Jeep Gaz.
Mereka dibawa ke Batalyon L yang saat ini menjadi Batalyon 403. Di lokasi tersebut telah disiapkan lubang berukuran sekitar 180 cm x 120 cm, dengan kedalaman sekitar 70 cm. “Pembunuhan terjadi di sini,” kata Penjaga Museum Monumen Pahlawan Pancasila, Malis Ari Juliyanto, sembari menunjukkan lubang yang ada di tengah pendapa museum itu.
Baca Juga: Perjalanan Penghayat Kepercayaan Diakui Setara oleh Negara dan Sesama