TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dekan Fakultas Biologi UGM Hasilkan Hikapel, Melon Seukuran Apel

Berawal dari keluhan ukuran buah melon yang terlalu besar 

Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Yogyakarta, IDN Times - Berawal dari keluhan pencinta melon yang berukuran terlalu besar, Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono membuat inovasi menjadikan melon seukuran buah apel. Meski ukuran kecil, namun, kandungan nutrisi dalam melon ini tinggi.

Prof. Budi menceritakan melon yang diberi nama Hikapel berawal dari keluhan para emak-emak perkumpulan sosialita di Jogja dan Jakarta. Mereka mengeluhkan berat dan besarnya melon yang menjadikan buah tidak praktis dibawa maupun dikonsumsi.

“Ribet katanya, selain itu juga tidak habis sekali makan karena besar sehingga harus disimpan di kulkas yang tentunya memakan tempat,” kata Budi, saat konferensi pers di Fakultas Biologi UGM, Senin (9/1/2023).

1. Rasa buah tetap manis dengan daging berwarna oranye

Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Budi dan tim langsung tancap gas merakit kultivar melon baru. Tahun 2012, bersamaan dengan lahirnya putra bungsunya yaitu Fadhil Hikari Setiadi yang biasa dipanggil Hika, lahirlah buah melon yang menyerupai apel dengan ukuran tidak lebih dari 1 kilogram.

Melon Hikapel, yang berasal dari nama nama anaknya dipadukan apel, dikembangkan dari hasil riset pendanaan RISPRO KPDP Kemenkeu tahun 2015-2017. Buah ini sering disebut sebagai handy melon atau melon sebesar genggaman tangan.

Melon hikapel ini berukuran kecil yakni 300-800 gram per buah. Meski memiliki ukuran relatif kecil, melon ini tetap memiliki rasa yang sama dan harum.

"Rasanya tetap manis dengan daging berwarna oranye, berbeda dengan melon pada umumnya yang berwarna hijau. Melon Hikapel ini mengandung senyawa betakaroten yang cukup tinggi dan berguna bagi kesehatan mata, kaya antioksidan serta mengandung vitamin C dan beberapa mineral lainnya,” ujarnya.

Kulit melon Hikapel memiliki gradasi warna dari krem hingga oranye. Gradasi warna tersebut menjadi penanda tingkat kematangan buah. Hikapel bisa dikonsumsi ketika kulit buah sudah berwarna krem, tetapi untuk mendapatkan rasa manis yang sempurna konsumen harus mencari Hikapel dengan warna kulit yang telah berubah menjadi oranye.

Baca Juga: Eks Koruptor kembali ke Partai, PUKAT UGM: Komitmen AntiKorupsi Rendah

Baca Juga: Dosen FKKMK UGM: Pelonggaran PPKM Bikin Masyarakat Lebih Kebal

2. Masa tanam lebih cepat

Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Selain sarat dengan kandungan gizi, melon jenis ini memiliki masa tanam yang relatif lebih cepat yakni 60 hari. Sementara tanaman melon pada umumnya hingga 90 hari.
“Kalau melon Hikapel ini harga jualnya Rp35 ribu per kilogaram di sekitar Jogja. Sedangkan melon pada biasa per kilogramnya Rp10 ribu. Jadi, nilai ekonominya cukup besar,” imbuhnya.

Kehadiran melon Hikapel ini disambut positif oleh masyarakat. Buktinya, Hikapel berhasil menembus pasar perdagangan buah yang cukup kompetitif. Buah ini banyak dijumpai di sejumlah swalayan atau retail di Jogja, Jawa Tengah, dan Jabodetabek. Melon ini juga dikembangkan menjadi salah satu produk ekspor buah-buahan Indonesia. Melalui kolaborasi dengan beberapa perusahaan nasional dan internasional, Budi dan tim bergerak memproduksi buah dalam skala besar dan memasarkan untuk konsumen dalam dan luar negeri.

Baca Juga: Pemilu Sistem Proporsional Tertutup Dinilai Ringankan Kerja PPS   

Berita Terkini Lainnya