Bisnis Indekos Tak Menentu, Tak Laku hingga Bersaing dengan Hotel
Kamar indekos kosong sejak pertengahan tahun 2020
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Suasana rumah bercat abu-abu tak lagi ramai seperti dulu. Suara musik dari radio atau YouTube yang biasanya terdengar kencang, kini digantikan suara air di bak kamar mandi. Pelan namun tetap mengalir.
Rumah yang berdiri menghadap arah barat itu, diberi nama Kalimosodo. Artinya adalah senjata yang dimiliki Prabu Yudistira, pimpinan tokoh pewayangan Pandawa.
Pemilik rumah, Hartanti menyatakan sejak tahun 2004, tanah di belakang tempat tinggalnya dibangun menjadi tempat indekos bagi mahasiswa. Letaknya yang berdekatan dengan tiga kampus di wilayah Sleman bagian selatan ini, menjadi keuntungan bagi keluarga perempuan berusia hampir 70 tahun ini.
Ratusan mahasiswa telah tinggal di indekos miliknya. Banyak di antara mereka yang saat ini telah mempunyai anak tetap berkirim kabar.
“Sekarang ada yang punya toko material bangunan di Tegal. Ada yang jadi PNS di luar Jawa, tapi ada juga yang sudah meninggal,” cerita Hartanti.
Baca Juga: Siapkan Work from Yogyakarta, Pemda DIY Petakan Hotel dan Desa Wisata
1. Usaha indekos untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Awalnya ide pembangunan usaha kos ini untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari suami dan tiga anaknya. Walaupun memakai uang pinjaman bank untuk mendirikannya, Hartanti dan suaminya kala itu optimis dapat melunasinya.
“Saya termasuk yang pertama di daerah Kledokan ini yang merintis bisnis kos-kosan,” ujarnya.
Pembayaran uang indekos dilakukan setiap enam bulan sekali, ia tak mau anak kos membayar setiap bulan sekali. “Jika bulanan nanti banyak yang tidak memperpanjang. Padahal kalau ada anak yang keluar, kita harus nge-cat kamar. Biaya tidak sedikit untuk melakukannya. Jadi saya tidak mau jika bulanan, hitungannya rugi,” papar nenek empat cucu ini.
“Anak kos bayar per tahun Rp6juta, kalau setengah tahun Rp3juta," tambah Hartanti.