TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengulik Program Vaksinasi Jimpitan Plus di Bantul

Bakal ditinjau Menkes pada Jumat mendatang

Warga lansia di Bantul ikuti vaksinasi booster di Dinas Kesehatan Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - ‎Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, berencana meninjau pelaksanaan program Vaksinasi Jimpitan Plus yang dipusatkan di Balai Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, pada Jumat (21/1/2022) mendatang.

Lantas, seperti apakah Vaksinasi Jimpitan Plus itu dan apa perbedaannya dengan vaksinasi jimpitan yang sudah dilaksanakan Puskesmas Bambanglipuro dan berkembang di hampir seluruh puskesmas di Bantul hingga DI Yogyakarta?

Baca Juga: Vaksinasi Jimpitan, Gotong Royong untuk Percepatan Vaksinasi

1. Vaksinasi jimpitan plus menyasar tiga kategori dan melibatkan dokter spesialis‎

Penggagas Vaksinasi Jimpitan, dr. Tarsisius Glory yang sekaligus Kepala Puskesmas Bambanglipuro. (IDN Times/Daruwaskita)

Penggagas Vaksinasi Jimpitan, dr. Tarsisius Glory yang sekaligus Kepala Puskesmas Bambanglipuro, mengatakan konsep Vaksinasi Jimpitan Plus tidak banyak perbedaannya dengan vaksinasi jimpitan yang sudah ada sebelumnya.

Dalam Vaksinasi Jimpitan Plus ini sasarannya adalah lansia yang memiliki penyakit komorbid, warga masyarakat yang masih ragu untuk melaksanakan vaksinasi, dan masyarakat yang karena faktor ajaran tertentu tidak bersedia untuk menerima vaksinasi COVID-19. 

Selain itu dalam Vaksinasi Jimpitan Plus ini, pihak Puskesmas Bambanglipuro dan Pemerintah Kalurahan Sumbermulyo menghadirkan para dokter spesialis untuk melakukan pemeriksaan dan screening terhadap lansia sesuai dengan komorbid masing-masing.‎

"Jadi bedanya itu yang paling jelas ada dokter spesialis yang nantinya akan memeriksa lansia yang memiliki komorbid sebelum dilakukan vaksinasi. Yang memiliki komorbid jantung nanti akan diperiksa oleh dokter spesialis jantung, demikian komorbid lain akan diperiksa oleh dokter spesialis sesuai komorbid yang dimiliki lansia yang akan mendapatkan vaksinasi," ungkapnya, Kamis (20/1/2022).

2. Lansia dengan komorbid akan dijemput ambulans dari rumah masing-masing‎

Ilustrasi mobil ambulan.IDN Times/Daruwaskita

Dalam Vaksinasi Jimpitan Plus ini nantinya, petugas akan jemput bola dengan lansia berkomorbid yang akan divaksinasi. Para lansia ini nantinya akan dijemput dengan mobil ambulans dari rumahnya masing-masing menuju tempat vaksinasi yakni di Balai Kalurahan Sumbermulyo.

"Ada 15 ambulans yang kita siapkan untuk menjemput para lansia berkomorbid yang akan menerima vaksinasi dosis ke dua di Balai Kalurahan Sumbermulyo. Setelah selesai mendapatkan suntikan vaksinasi dosis kedua akan kembali diantar ke rumah masing-masing dengan mobil ambulans. Tentu keluarga dari lansia juga boleh mendampingi bahkan wajib mendampingi," ungkap pria yang sehari-hari juga menjabat sebagai Kepala RSLKC Bambanglipuro ini.

3. Vaksinasi jimpitan plus jadi sapu jagatnya vaksinasi COVID-19‎

Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo (baju coklat) meninjau vaksinasi di Kapanewon Srandakan.(IDN Times/Daruwaskita)

Lewat Vaksinasi Jimpitan Plus ini, diharapkan masyarakat yang awalnya ragu untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 akan percaya diri dan mengikuti vaksinasi. Demikian pula masyarakat yang mulanya tidak bersedia atau menolak vaksinasi bisa terbuka untuk mengikuti vaksinasi karena sudah dipastikan aman dan halal.

"Vaksinasi Jimpitan Plus ini semacam sapu jagatnya vaksinasi COVID-19 sehingga 100 persen sasaran semuanya bisa tervaksin lengkap bahkan mendapatkan booster," terangnya.

‎Lebih jauh, Glory mengatakan awalnya vaksinasi jimpitan tersebut dinamai Vaksinasi Desa. Namun dengan kehadiran Sambatan Jogja (Sonjo) yang membantu penggalangan dana untuk pelaksanaan vaksinasi, lantas namanya diganti dengan Vaksinasi Jimpitan.

"Kenapa itu kok ada nama 'jimpitan', ya karena seluruh biaya vaksinasi berasal dari donasi atau jimpitan yang dikelola oleh Sonjo. Sonjo yang mengelola donasi dari berbagai pihak kemudian disalurkan kepada pihak-pihak yang akan menggelar serbuan vaksin," ujarnya.

"Setelah kita hitung-hitung sekali serbuan vaksin dengan sasaran lebih dari 1.000 orang biayanya per orang hanya sekitar Rp4 ribu hingga Rp6 ribu karena biaya yang dikeluarkan hanya untuk snack dan makan saja serta bayar sewa tenda. Sementara untuk petugas yang terlibat dalam vaksinasi semuanya gotong royong (tidak ada yang dibayar)," tambahnya lagi.

Baca Juga: SONJO, Wujud Masyarakat Bergerak Atasi Pandemik lewat Gotong Royong

Berita Terkini Lainnya