Vaksinasi Jimpitan, Gotong Royong untuk Percepatan Vaksinasi

Mampu sentuh ribuan warga yang belum vaksinasi

Yogyakarta, IDN Times - Sebagai langkah penanganan COVID-19, percepatan vaksinasi menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Namun, sering kali vaksinasi ini terhambat oleh sejumlah hal, seperti keterbatasan tenaga maupun ketersediaan vaksin.

Sebagai upaya percepatan vaksinasi, program vaksinasi jimpitan bisa menjadi alternatif yang bisa dipilih. Selain bisa mempercepat jumlah sasaran vaksinasi, vaksinasi jimpitan ini juga jauh lebih murah dan bisa diadopsi di desa-desa. Selain itu, prinsip kegotong-royongan juga sangat dijunjung dalam program vaksinasi jimpitan ini.

Dokter Tarsisius Glory, pengagas vaksinasi jimpitan sekaligus Kepala Puskesmas Bambanglipuro Bantul, mengungkapkan vaksinasi jimpitan ini tidak jauh berbeda dengan serbuan vaksinasi pada umumnya. Hanya saja, untuk dana maupun petugas yang berperan di dalamnya, merupakan wujud sukarela dan mengutamakan prinsip gotong-royong.

Baca Juga: Vaksinasi Capai 85,5 Persen, Dinkes Sleman: Herd Immunity Aman Asal Prokes Diterapkan

1. Ide awal gagasan vaksinasi jimpitan

Vaksinasi Jimpitan, Gotong Royong untuk Percepatan VaksinasiIlustrasi Vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Uni Lubis)

Menurut dr. Glory, ide awal gagasan vaksinasi jimpitan ini berawal dari pengalaman dan pengamatan yang dilakukan pada serbuan vaksinasi di berbagai daerah. Dibandingkan dengan vaksinasi reguler, serbuan vaksinasi ini akan lebih cepat.

Selama ini, vaksinasi cenderung mengandalkan Dinas Kesehatan, Puskesmas, maupun Rumah Sakit. Jika hanya berpangku pada hal tersebut, maka vaksinasi tidak akan cepat selesai. Untuk itu, dirinya terbesit ide untuk menggandeng kalurahan bersama dengan kader yang ada di dalamnya untuk gotong-royong membuat serbuan vaksinasi.

Setelah itu, dirinya pun mencoba untuk menghubungi salah satu Lurah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bambanglipuro, dan akhirnya serbuan vaksinasi berbasis desa, yang saat ini menjadi vaksinasi jimpitan bisa terlaksana.

"Setelah dihitung-hitung anggaran vaksin di desa cukup murah, tidak sampai di angka 5 ribu untuk satu sasaran. Akhirnya ini ditangkap oleh Pak Rimawan dari Sonjo, ternyata vaksinasi desa lebih dekat, semua dilibatkan," ungkapnya dalam diskusi Sonjo Migunani #10: Vaksinasi Jimpitan pada Selasa (26/10/2021) malam.

2. Sasaran jauh lebih banyak

Vaksinasi Jimpitan, Gotong Royong untuk Percepatan VaksinasiVaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis pertama pada seorang seniman saat vaksinasi massal bagi seniman dan budayawan, di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (19/4/2021). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Jika dalam sehari vaksinasi di sebuah puskesmas hanya bisa mencakup 200-300 sasaran, maka dengan vaksinasi jimpitan ini, dalam sehari bisa mencakup lebih dari 1.000 sasaran.

Dari hitungan yang dilakukan dr. Glory, satu tim vaksinasi paling tidak terdiri dari minimal 10 orang. Yang terdiri dari 3 orang di bagian pemeriksaan tensi dan skrining, 2 orang membantu vaksinator, 1 orang vaksinator yang bertugas menyuntik, serta 4 orang yang bertugas untuk inputer. Satu tim ini, bisa memvaksinasi sebanyak 200-300 sasaran dalam sehari. Ketika sasaran tersebut ditambah, maka tim juga akan dikalikan sasaran yang didata.

Terkait hal yang harus disiapkan, di antaranya lokasi yang luas, yang memiliki pintu masuk dan keluar yang berbeda. Kedua internet, di mana hal ini juga bisa dilakukan dengan menggunakan hotspot di handphone. Lalu, petugas yang bisa diambil dari kader desa untuk bagian skrining maupun warga desa untuk bagian inputer.

"Untuk serbuan vaksin sebenarnya tidak harus puskesmas. Kan desa punya kader dan punya tensi, itu bisa diikutsertakan. Lalu, inputer ini yang terpenting terbiasa mengoperasikan laptop, bisa guru, orang kalurahan, tokoh masyarakat. Nanti diberikan bimbingan. Untuk nakes, bisa melibatkan dokter dari klinik maupun rumah sakit setempat," katanya.

Dokter Glory menjelaskan, dalam vaksinasi jimpitan ini, dana yang dikeluarkan hanya untuk konsumsi dan paling tidak memberikan transportasi bagi para tenaga kesehatan. Sedangkan untuk jasa yang digunakan, sifatnya sukarela dan gotong royong.

"Yang perlu dipikirkan adalah transportasi. Saat itu melakukan bantingan untuk memberikan transportasi nakes. Sedangkan untuk jasa, bersifat sukarela," jelasnya.

3. Sasar warga desa yang belum tervaksinasi

Vaksinasi Jimpitan, Gotong Royong untuk Percepatan VaksinasiIlustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Di dalam vaksinasi jimpitan ini, sasaran utama yakni warga desa yang belum divaksinasi dan tidak bisa mengakses vaksinasi ke mana-mana, lantaran memang tidak memiliki gadget, maupun mobilitas yang terbatas.

Untuk data sendiri, bisa dilakukan dengan menerjunkan dukuh untuk melakukan pendataan secara langsung. Siapa saja dan berapa yang belum bisa mengakses vaksin. Agar vaksinasi jimpitan berbasis desa ini bisa terlaksana dengan baik, kunci utama yakni gotong royong dan sukarela.

"Untuk pendataan, bisa kita terjunkan dukuh ataupun kader. Untuk dosis vaksin, kita awalnya mendapatkan dari Danramil," terangnya.

4. Mampu turunkan kasus COVID-19

Vaksinasi Jimpitan, Gotong Royong untuk Percepatan VaksinasiIlustrasi ruang Isolasi COVID-19. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Ani Widayani, Lurah Sumbermulyo, Bantul yang menjadi sasaran pertama serbuan vaksinasi mengungkapkan, sebelum program vaksinasi jimpitan ini dilakukan, ada sekitar 11.682 warganya yang belum divaksin. Dengan dilakukan serbuan vaksinasi, maka dalam satu kali kegiatan bisa mengakomodir 1.000 lebih sasaran.

Saat ini, pihaknya sudah 5 kali melakukan program vaksinasi jimpitan. Yang terdiri dari 3 kali vaksinasi dosis pertama dan 2 kali vaksinasi dosis kedua.

Banyak manfaat yang bisa diambil dari program ini, pertama yakni bisa menggerakkan semua sektor yang ada di masyarakat dan kedua, mampu menurunkan secara signifikan jumlah warga yang terpapar COVID-19 di kalurahannya. Selanjutnya, saat ini semua sektor di kalurahannya, baik ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan sudah mulai kembali bergerak.

"Kasus lama ada 1186, artinya 98 persen warga kami terpapar, dan 25 orang meninggal dunia. Alhamdulillah pasca serbuan vaksinasi warga yang terkonfirmasi COVID 0 persen," katanya.

Baca Juga: Capaian Angka Vaksinasi Bantul dan Gunungkidul Terendah di DIY 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya