TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Libur Nataru, Nelayan di Pantai Samas Justru Alami Paceklik

Usaha "ngandong" juga gagal dilakukan

Ilustrasi nelayan mendarat di pantai. IDN Times/Daruwaskita

Bantul, IDN Times - Libur Natal dan Tahun Baru 2020 menjadi masa paceklik bagi nelayan di Pantai Samas, Bantul. Mereka sama sekali tak melaut.

Sementara, usaha menyediakan  jasa "ngandong" atau naik kapal di Laguna Pantai Samas juga gagal karena debit air yang menyusut membuat kapal kandas.

Baca Juga: Sepi Pengunjung, Wisata Laguna Pengklik Pantai Samas Kian Terpuruk‎

1. Tak ada nelayan di Pantai Samas yang melaut selama libur Nataru‎

Salah satu nelayan Pantai Samas, Mugari.IDN Times/Daruwaskita

Salah satu nelayan di Pantai Samas sekaligus pemilik perahu yang melayani jasa wisatawan berkeliling Laguna Pantai Samas, Mugari mengatakan selama libur Nataru nelayan sama sekali tak melaut. Ini disebabkan oleh faktor gelombang pasang dan juga minimnya hasil tangkapan ikan.

"Biasanya saat musim penghujan seperti saat ini justru ikan baru banyak-banyaknya di laut namun kali ini justru ikan seperti menghilang dari laut selatan Bantul," ujarnya, Jumat (3/12).

2. Nekat melaut, hasilnya ikan teri yang tak punya nilai jual‎

Tempat Pelelangan Ikan Pantai Samas. IDN Times/Daruwaskita

Satu atau dua perahu yang mencoba peruntungan menjaring di laut ternyata hasilnya nihil. Kalaupun dapat, yang diperoleh hanya ikan teri yang harganya hanya Rp5 ribu per kilogram, itu pun harus dalam jumlah banyak.

"Kalau dapat ikannya sedikit paling hanya diukur di pasir saja," jelas Mugari.

3. Jasa "ngandong" tak bisa dilakukan

"Ngandong" berkeliling Laguna Pantai Samas. IDN Times/Daruwaskita

Sementara, nelayan yang hendak mencari nafkah lewat jasa "ngandong" di Laguna Pantai Samas juga gigit jari. Ini karena debit air Laguna Pantai Samas sedang turun sehingga perahu akan kandas jika nekat membawa penumpang.

"Jadi ya sama sekali Nataru kali in paceklik rezeki," ucap Mugari.

Masa libur Nataru di tahun sebelumnya, penyedia jasa "ngandong" mampu meraup pendapatan Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per harinya dan sudah dipotong biaya BBM.

"Ya terpaksanya menjaring ikan di laut dengan jaring eret atau menjaring di sungai untuk mendapatkan udang atau ikan lainnya," tuturnya.

Baca Juga: Waduh, Pocong Teror Pemancing di Hutan Mangrove Pantai Samas!

Berita Terkini Lainnya