TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hanya 10 Persen Hasil Penelitian dari Kampus yang Diterima Industri

Hasil penelitian harus sejalan dengan kebutuhan industri

Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. IDN Times/Daruwaskita

Kota Yogyakarta, IDN Times - Setiap tahun, para peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mematenkan ratusan hasil penelitian. Sayangnya, dari ratusan hasil riset para akademisi ini, hanya 10 persennya saja yang diterima dan dimanfaatkan oleh industri di Indonesia.

Baca Juga: Dosen UGM Kembangkan Penghitung Emisi Gas Rumah Kaca untuk Pertanian

1. Banyak hasil penelitian terkadang untuk mengejar syarat karier‎

Dosen UGM saat menunjukkan cara kerja inovasi yang dibuatnya pada Senin (16/12). IDN Times/Siti Umaiyah

Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengaku masih banyak kegiatan riset yang dilakukan oleh peneliti atau akademisi dari berbagai perguruan tinggi untuk mengejar persyaratan dalam menduduki jabatan tertentu. Sebab, hal yang sama juga pernah dilakukan olehnya.

"Hasil riset itu memang bisa untuk sebagai syarat untuk jabatan atau karier tertentu, namun tidak akan diterima oleh pasar atau industri," ujarnya saat membuka silaturahmi nasional Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (LPPM PTMA) di Hotel Harper, Kota Yogyakarta, Selasa (7/1).

"Ketika penelitian tidak diterima pasar maka artinya apa yang diteliti di universitas belum nyambung dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat," tambahnya lagi.

2. Dosen yang mendapatkan tugas penelitian harusnya diberi jam sedikit mengajar‎

Para peserta silaturahmi nasional Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (LPPM PTMA) di Hotel Harper Kota Yogyakarta, Selasa (7/1). IDN Times/Daruwaskita

Dalam upaya memperbaiki peta jalan riset yang baik (kuantitatif dan kualitatif), Bambang meminta kampus untuk merumuskan ulang kebijakan penelitian baik tentang kebijakan penelitian, waktu, materi riset dan tentunya penghargaan untuk diteliti.

"Penelitian di kampus harus sejalan dengan kebutuhan pasar. Dosen yang diberi waktu Rektorat untuk melakukan riset seharusnya diberi waktu lebih sedikit untuk mengajar. Salah satu rendahnya keberhasilan riset karena dosen sibuk mengajar. Kita harus akui itu,"tuturnya.

3. Hasil penelitian di Indonesia baru pada tahap purwarupa‎

Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. IDN Times/Daruwaskita

Lebih jauh, Bambang mengatakan riset di kalangan kampus seharusnya tidak lagi untuk kepentingan pribadi atau peneliti namun lebih berorientasi yang bisa mendunia seperti yang dilakukan di Korea dengan Samsungnya.

"Hasil riset di Indonesia belum ada yang masuk industri terkenal di dunia. Tahap riset kita masih berhenti pada purwarupa saja, tanpa pernah dikembangkan ke arah kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Baca Juga: BMKG Yogyakarta Ingatkan Potensi Bencana Hidrometereologi 

Berita Terkini Lainnya