TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hanung Bramantyo: Danais Bikin Perfilman di Jogja Tumbuh Pesat

Platform digital film memudahkan senias untuk berkarya

Sutradara Hanung Bramantyo (kanan). (IDN Times/Daruwaskita)

Yogyakarta, IDN Times - ‎Sutradara Hanung Bramantyo menyebut perkembangan perfilman di Yogyakarta tumbuh pesat sejak tahun 2000 lewat film pendek yang dibuat oleh sineas muda dari Yogyakarta. Hal tersebut tak lepas dari dukungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemkot Yogyakarta melalui Dana Keistimewaan (Danais).

"Jadi sebenarnya tanpa adanya platform digital berbayar yang menyediakan konten film nasional maupun internasional, perfilman di Yogyakarta sudah mulai tumbuh pada awal tahun 2000," katanya di sela-sela acara launching FlipFlop TV di Yogyakarta, Selasa (20/12/2022). 

"Saat saya di IKJ tahun 2000 di Yogyakarta sudah ada sineas-sineas yang telah membuat film pendek," tambahnya.

Baca Juga: FlipFlop TV Siap Gandeng Para Sineas Garap Film Angkat Budaya Lokal 

1. Dukungan Danais berdampak pesatnya perkembangan dunia film di Yogyakarta‎

Sutradara Hanung Bramantyo (kanan).(IDN Times/Daruwaskita)

Hanung menyebut, fenomena Yogyakarta menjadi 'oase' bagi sineas lokal adalah sejak Pemda DIY melalui Pemkot Yogyakarta menggelontorkan Danais untuk mendukung perfilman.

"Jadi setiap tahun keluar anggaran Rp1,5 miliar hingga Rp2 miliar untuk mendukung perfilman yang dianggarkan dari Dana Keistimewaan," katanya.

Lima tahun yang lalu, kata dia, anggaran untuk pembuatan film pendek hanya Rp80 juta. Namun, di tahun 2022 ini, anggaran untuk membuat satu film pendek mencapai Rp200 juta.

"Itu hanya dari Pemkot Jogja saja. Dari Kemenparekraf juga mengeluarkan anggaran Rp250 juta untuk satu film pendek," ungkap Hanung.

2. Lahirkan film pendek yang booming dengan 27 juta penonton di YouTube‎

Film Tilik (Instagram.com/ravacanafilms)

‎Dengan anggaran Danais tersebut, lahirlah film pendek yang sangat booming berjudul Tilik. Penontonnya hingga 27 juta di YouTube. Sutradaranya saat ini membuat serialnya yang ditayangkan di salah satu televisi di Jakarta.

"Dengan dana keistimewaan lahirlah banyak sutradara yang kini sudah punya nama ditingkat nasional. Yang artinya tanpa adanya platform digital film yang berbayar, perkembangan film di Yogyakarta sudah cukup pesat," ucap Hanung.

Dengan banyaknya pembuatan film pendek, saat ini yang dibutuhkan adalah platformnya. Menurut Hanung, platform seperti FlipFlop TV harus memiliki konsistensi. Sebab, jualannya bukanlah barang konvensional di mana orang datang dan membeli, melainkan dengan bisnis era saat ini di mana perusahaan punya nilai dari viralnya, disenangi oleh konsumen, sehingga laku dijual.

"Jadi bisnis tidak hanya dilihat dari subscriber yang banyak, namun keuntungannya ketika sudah menjadi Intial Public Offering atau IPO," tandasnya.

Baca Juga: Festival Film Dokumenter Bikin Bioskop Permata 'Hidup' Lagi

Berita Terkini Lainnya