TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Faktor SDN Bongsren Hanya Dapat 8 Siswa Baru saat PPDB

Stigma buruk SDN Bongsren sudah tidak diingat masyarakat

PPDB SD TA 2022/2023, SDN Bongsren hanya dapat 8 siswa baru. (IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - ‎Hingga batas akhir PPDB tahun ajaran 2022/2023 Sekolah Dasar Negeri (SDN) pada Rabu (15/6/2022), sejumlah SD di Kabupaten Bantul kekurangan siswa baru. Bahkan SDN ‎Bongsren, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, hanya mendapatkan 8 peserta didik baru.

Adanya kasus asusila yang dilakukan oleh oknum guru pada tahun 2015 diduga sebagai biang kerok susahnya SDN Bongsren mendapatkan siswa baru. Namun, ternyata ada sejumlah faktor lain yang menyebabkan sedikitnya siswa yang mendaftar ke SDN Bongsren.

Baca Juga: SD di Bantul Ini Hanya Dapat 8 Siswa hingga PPDB Ditutup

1. Warga sudah melupakan stigma buruk akibat ulah oknum salah satu guru‎

Ketua Dewan Sekolah SDN Bongsren, Dalyanto. (IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Dewan Sekolah SDN Bongsren, Dalyanto mengatakan stigma buruk terkait kasus asusila saat ini bukan menjadi faktor utama penyebab minimnya siswa baru yang mendaftar ke SDN Bongsren.

"Itu (stigma buruk) sudah tidak ada lagi, bahkan masyarakat Padukuhan Bongsren sudah tidak lagi membicarakan itu. Namun ketika itu (stigma buruk) muncul lagi di media justru membuat guru, siswa hingga masyarakat resah. Kita tidak ingin ini jadi viral," ujarnya saat ditemui di SDN Bongsren, Kamis (19/6/2022).‎

Menurutnya, Dewan Sekolah, para guru dan tokoh masyarakat di Padukuhan Bongsren punya komitmen kepada Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) agar SDN Bongsren tidak di-regrouping. Sebab SDN Bongsren merupakan aset milik warga yang membanggakan. Pihaknya juga telah berupaya dalam dua-tiga tahun terakhir berusaha agar siswa baru mendaftar semakin bertambah banyak.

"Kami memang sulit menghilangkan stigma yang negatif itu. Namun kami sudah mengedukasi masyarakat bahwa guru-guru di SDN Bongsren semuanya perempuan dan muda-muda semuanya sehingga tidak mungkin ada kejadian 'kesandung' yang kedua kalinya," katanya.

"Semuanya muda-muda semua, semua sarjana, penuh energi dan tidak akan mengulangi guru-guru yang saat ini pensiun yang sempat males-malesan sehingga masyarakat kembali percaya untuk memasukkan anaknya sekolah di SD Bongsren," imbuh pensiunan Kepala Bagian Protokoler Pemkab Bantul ini.‎

Ke depan, pihaknya akan mengarahkan anak-anak PAUD untuk menempuh pendidikan di TK pertiwi dan kemudian masuk ke SDN Bongsren.

"Kenapa PPDB tahun 2022 ini hanya 8 siswa baru, ya ini disebabkan karena jumlah anak yang sekolah di TK juga sangat sedikit," tandanya.

2. Tawarkan bonus Rp100 ribu bagi orangtua yang memasukkan anaknya ke SDN Bongsren‎

Mantan Kadus Bongsren, Kerto.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara, mantan Dukuh Bongsren, Kerto mengatakan sekolah itu ibarat dagangan, ketika dagangannya bagus maka pembelinya akan banyak dan bisa bersaing dengan dagangan yang dijajakan oleh pedagang lainnya.

"Ini menjadi sebuah tantangan bagi SDN Bongsren itu menjadi sebuah dagangan yang menarik dan mampu bersaing dengan dagangan yang lainnya. Karena di Gilangharjo banyak dagangan (SD) yang dilirik oleh para pembeli (orangtua dan siswa)," ungkapnya.

Dalam dua tahun terakhir ini, Kerto juga telah menawarkan bonus kepada orangtua siswa yang bersedia memasukkan anaknya ke SDN Bongsren, sebesar Rp100 ribu per anak.

"Ini bentuk kecintaan saya kepada SDN Bongsren dan saya optimis ke depan jumlah siswa baru yang mendaftar ke SDN Bongsren akan terus bertambah," ungkapnya.

3. Siap memfasilitas sarana prasarana yang kurang di SDN Bongsren‎

Anggota Komisi D, DPRD Bantul, Eko Sutrisno Aji menunjukkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia yang akan dibagikan kepada masyarakat di Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara, itu anggota Komisi D DPRD Bantul, Eko Sutrisno Aji, mengatakan kasus kekurangan siswa baru SD tidak hanya terjadi di SDN Bongsren namun juga SD negeri lain di Bantul.

"Nah khusus di SDN Bongsren ini tentu ada faktor-faktor penyebabnya dan itu harus dibedah agar kembali mendapatkan siswa baru. Ya minimal satu kelas 28 anak," ujar politisi PPP tersebut.

Sebagai anggota Komisi D yang membidangi masalah pendidikan, dirinya siap untuk berkomunikasi dengan kepala sekolah, guru, dewan sekolah hingga Disdikpora Bantul agar jumlah siswa baru di SDN Bongsren ini ke depannya bertambah banyak.

"Saya juga tidak rela SDN Bongsren yang merupakan kebanggaan warga Padukuhan Bongsren di-regrouping dengan sekolah lainnya. Tapi ayo kita sama-sama berjuang agar tidak terjadi regrouping," ujarnya.

"Sejumlah sarana prasarana yang minim sehingga tidak menarik orang tua atau anak menyekolahkan anaknya, saya juga siap memfasilitasi agar bisa dipenuhi oleh Disdikpora Bantul," tambah dia.

Baca Juga: Prospek Menjanjikan, Warga Jodog Belajar Bikin Anyaman Bambu

Berita Terkini Lainnya