KBM Sudah Jalan, 2 Siswa dan 1 Guru Mundur dari Sekolah Rakyat Bantul

- Siswa tidak ingin kembali ke sekolah setelah mediasi dengan orang tua
- Dua siswa yang mundur digantikan oleh siswa lain yang difasilitasi Dinas Sosial
- Guru agama Katolik mundur karena kesehatan, digantikan oleh guru bahasa Jawa
Bantul, IDN Times - Kepala Sekolah Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 Bantul, Agus Ristanto, mengungkapkan sejak dimulainya proses pembelajaran pada 14 Juli 2025, tercatat dua siswa dan seorang guru agama mengundurkan diri.
"Kemarin ada dua siswa yang mundur dari SRMA. Ya, mungkin kangen sekali dengan orang tuanya. Biarlah kembali ke orang tuanya dan tidak kembali lagi ke sini (SRMA 19 Bantul)," ujarnya saat ditemui di sekolah, Senin (11/8/2025).
1. Sudah mediasi dengan orangtua namun siswa tidak ingin kembali

Agus menegaskan pihaknya tidak memaksa siswa tersebut untuk kembali bersekolah di SRMA 19 Bantul. Menurutnya, Sekjen Kemensos juga mempersilakan jika ada siswa yang ingin mengundurkan diri.
"Kalau memang adaptasi tidak sesuai dengan yang diinginkan siswa, meski sudah dilakukan mediasi hingga datang ke rumah, namun tetap tidak bersedia bersekolah di SRMA," ujarnya.
"Jadi beruntunglah yang masih bersekolah di SRMA 19 Bantul ini," tambahnya.
2. Dua siswa yang mundur digantikan siswa lainnya

Menurut Agus, meski dua siswa mengundurkan diri, posisinya sudah digantikan oleh siswa lain yang difasilitasi Dinas Sosial. Dengan begitu, jumlah siswa di SRMA 19 Bantul tetap 200 orang, terdiri dari 83 putra dan 117 putri.
"Jadi sampai saat ini siswa SRMA 19 Bantul tetap berjumlah 200 siswa, tidak ada yang berkurang karena dua siswa yang mundur sudah digantikan dua siswa lainnya," ujarnya.
3. Seorang guru agama juga mundur dengan alasan kesehatan

Sedangkan guru yang mengundurkan diri dari SRMA 19 Bantul adalah guru agama Katolik yang berstatus pegawai Kementerian Agama. Mundurnya guru tersebut disebabkan kondisi kesehatan dan jadwal mengajar yang sudah penuh di luar SRMA.
"Kami juga sadar siswa yang diajar hanya satu orang, sehingga kami memahaminya dan meminta yang bersangkutan untuk mengajukan pengunduran diri ke Kemenag," ujar Agus.
Sebagai pengganti, seorang guru bahasa Jawa bersedia mengajar agama Katolik sehingga tenaga pengajar di SRMA 19 Bantul tetap dioptimalkan.
"Beliau (guru bahasa Jawa) bilang, 'Hanya satu siswa, ta, Pak? Kalau banyak saya tidak sanggup'," tuturnya.