TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tolak Jadi Jalur Jip, Warga Tanam Pohon Konservasi di Bantaran Sungai

Pohon gayam dan beringin jadi indikator sumber air

Ilustrasi jip wisata di kawasan Kaliurang, Sleman (IDN Times/Febriana Sinta)

Sleman, IDN Times – Berembus kabar, jalur bantaran Sungai Boyong di Pedukuhan Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman yang berjarak 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi akan dijadikan jalur wisata jip.

Warga menolak, karena bantaran sungai yang berhulu langsung ke lereng gunung api itu merupakan kawasan konservasi air tanah. Keberadaan air sangat dibutuhkan mayoritas warga yang hidup dari pertanian.

“Kami tidak setuju rencana (jalur wisata jip) itu. Hanya menguntungkan ekonomi sebagian orang,” kata Slamet dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Minggu (12/7/2020).

Warga bersama para pegiat pelestarian sungai pun bergerak menanam ratusan bibit pohon konservasi dan pohon buah di bantaran sungai itu pada Minggu pagi. Mengingat konservasi air tanah sangat penting dibutuhkan untuk mendukung pertanian.

“Hargailah petani dan pertanian,” kata Slamet.

Baca Juga: Kampung Mrican Sulap Selokan Jadi Kolam Budidaya Ikan

1. Pemerintah Sleman mendukung dengan menyediakan bibit pohon

Pejabat DLH Sleman menyerahkan bibit pohon beringin di Wonorejo, Sleman, 12 Juli 2020. Dokumentasi FKSS

Gerakan menanam di kawasan konservasi air itu mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Sleman Purwoko Sismoyo hadir menyerahkan sejumlah bibit pohon. Aparat desa dan dusun pun turut hadir. Mereka mendukung upaya menjaga lingkungan dengan menanam dan merawat pepohonan.

“Itu suatu keharusan. Kami dukung gerakan masyarakat untuk terus melindungi lingkungannya,” kata Kepala Dusun Wonorejo, Monica Esti.

2. Pohon gayam dan beringin jadi indikator keberadaan sumber air

Pixabay/debrajen

Ada 500 bibit pohon yang ditanam di kawasan bantaran Sungai Boyong. Meliputi bibit pohon konservasi, yaitu gayam dan beringin yang berjumlah masing-masing 40 bibit. Kedua pohon ini berfungsi menjaga dan menyimpan air setelah bertumbuh lima tahun kemudian.

Ketua Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS) AG Irawan menjelaskan, karakter akar kedua pohon itu mencengkam tanah yang memiliki sifat mencari sumber air. Akibatnya, rongga-rongga tanah yang kering akan terisi air. Ketersediaan air tanah pun terjaga.

“Kalau ada pohon gayam dan beringin bisa dipastikan ada air di situ. Dua pohon itu jadi indikator,” kata Irawan saat dihubungi IDN Times, Minggu.

Selain gayam dan beringin, ada tiga jenis bibit pohon buah yang ditanam. Meliputi bibit pohon durian, alpukat, dan manggis masing-masing sebanyak 140 bibit. Harapannya, lima tahun mendatang, buahnya bisa dipanen untuk memberi kontribusi perekonomian bagi warga sekitar. 

Baca Juga: Merapi Alami Deformasi, Pemerintah Persiapkan Langkah Antisipasi

Berita Terkini Lainnya