Depo Plumpang Terbakar, Pertamina Tak Terapkan Standar Internasional
Suplai BBM dinilai masih aman
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Kebakaran di Depo Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina Plumpang di Jakarta Utara diduga disebabkan tidak diterapkannya standar internasional.
Dugaan tersebut diungkapkan Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi. Ia menilai tidak ada perhatian khusus dari Pertamina, hingga menyebabkan kejadian kebakaran berulang.
Diketahui Depo Pertamina Plumpang pernah mengalami kebakaran pada Januari 2009. Kejadian kedua terjadi pada Mei 2017, dan ketiga kalinya pada tahun ini, pada Jumat (3/3/2023) malam.
Akibat kejadian di tahun 2023 mengakibatkan 17 orang meninggal. "Ini merupakan kebakaran yang paling besar dan menurut saya paling dahsyat, karena merenggut nyawa rakyat dalam jumlah yang besar, 17 orang," kata Fahmy, Sabtu (4/3/2023).
1. Pertamina dinilai tidak punya komitmen
Fahmy juga menyebut peristiwa kebakaran yang berulang ini dapat dilihat Pertamina tidak punya komitmen. Ia menduga penyebab kebakaran ini karena tata kelola dan sistem keamanan yang diterapkan Pertamina tidak menggunakan standar internasional. Dalam standar internasional itu harusnya targetnya zero accident tidak ada kecelakaan.
"Kedua lokasi di Plumpang itu sudah berbaur dengan kawasan penduduk dengan jarak yang amat dekat. Kemudian itu juga menggunakan pipa. Nah begitu sumbernya terbakar kemudian langsung dengan mudah ke pipa-pipa tadi, dan itu menyambar ke perumahan penduduk dan menimbulkan korban tadi," ujarnya.
Baca Juga: Pengamat Ekonomi Energi UGM Desak Direktur Utama Pertamina Mundur
Baca Juga: Pertamina Pastikan Depo Plumpang Sudah Kembali Beroperasi