TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

100 Hari Lebih Tragedi Kanjuruhan, TGIPF: Pelan-pelan Menyelesaikan

Faktor orang hingga stadion jadi catatan

Rektor UNY, Prof. Sumaryanto. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Yogyakarta, IDN Times - Sudah 100 hari lebih tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur belum menemui titik terang. Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menyebut penyelesaian tragedi Kanjuruhan masih berproses.

Anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Prof. Sumaryanto mengatakan penyelesaian masih terus berprose, harus pelan-pelan dan dari level bawah, untuk menyelesaikan. "Kita harus konsisten, antara hati, otak, otot, ya konsisten dengan sekitar. Kalau masalah suporter alon-alon (pelan-pelan) kemarin kita juga ke Malang kok," ujar Rektor UNY itu, di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (10/1/2023).

1. TGIPF sudah menyelesaikan laporan

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya. (IDN Times/Alfi Ramadana)

Sumaryanto menyebut TGIPF sudah menyelesaikan laporan. "Pelan-pelan (pendekatan) para suporter dulu, pemain, pengurus, supaya luka lama yang kemarin tersisa itu recovery dulu," ujar Sumaryanto.

Dari kacamata akademisi, ia menyebut tragedi Kanjuruhan tidak bisa dilepaskan karena faktor orang. "Ya penyebabnya faktor orang itu pasti, salah satunya adalah apa yang ada di sana. Itu kalau dimaintance orang itu (bisa diredam). Coba situasi seperti itu kalau di Jogja, mungkin bisa diredam dengan announcer. Kita saudara, lagu misal Bagimu Negeri, itu kemarin tidak dioptimalkan," ujarnya.

Baca Juga: Pemkab Bantul Tolak Stadion Sultan Agung Dijadikan Kandang Arema     

Baca Juga: [FOTO] Ribuan Suporter Kumpul di Maguwoharjo Berdoa Bagi Kanjuruhan   

2. TGIPF soroti kondisi Stadion Kanjuruhan

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Jika edukasi dioptimalkan, menurutnya tidak akan terjadi tragedi yang memakan korban sebanyak itu. Tidak hanya untuk suporter edukasi tersebut diberikan, namun semua pihak, termasuk pengurus PSSI hingga aparat yang menembakkan gas air mata. "Lha nggih itu (Lha ya itu). Makannya petugas, pengurus PSSI, suporter harus diedukasi bersama," ujar Sumaryanto.

Sumaryanto juga menyoroti ketidaklayakan infrastruktur stadion. "Stadione koyo ngoten pripun (stadionnya seperti itu bagaimana?). Di Gate 13, dan 12, wong rasah wonten keributan go mudun we wis angel (orang tidak ada keributan saja, buat turun sudah susah)," ungkap Sumaryanto.

Baca Juga: Komnas HAM Sebut Ada Indikasi Pelanggaran dalam Tragedi Kanjuruhan

Berita Terkini Lainnya