Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Kyai Jegot, Penunggu Hutan Karangasem Penjaga Gedung Prabayeksa

Bangunan Kawasan Inti Kraton Jogja (kratonjogja.id)
Intinya sih...
  • Kisah Kyai Jegot, Penunggu Hutan Karangasem
  • Pangeran Mangkubumi membangun Keraton di Yogyakarta
  • Mitos hutan angker
  • Perjalanan ke hutan, para abdi dalem benar-benar merasakan suasana angker
  • Kemegahan dan kewibawaan gedung terpancar hingga sekarang

Pernah mendengar kisah tentang angkernya hutan Karangasem di Gunungkidul? Hutan yang tumbuh subur ini menyimpan cerita misteri. Konon, tempat ini dihuni oleh makhluk halus yang kuat dan dihormati bernama Kyai Jegot yang juga menjadi penjaga Gedung Prabayeksa di Keraton Jogja.

Gedung Prabayeksa adalah bangunan di Keraton Jogja yang penuh kehormatan karena digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka. Bagaimana kisah tentang Kyai Jegot dan peranannya dalam pembangunan Gedung Prabayeksa yang juga berkaitan dengan hutan Karangasem? Yuk, simak ceritanya.

1. Pangeran Mangkubumi membangun Keraton di Yogyakarta

Keraton Yogyakarta (kebudayaan.jogjakota.go.id/Kawasan Kraton)

Legenda Kyai Jegot memunculkan mitos tentang hutan Karangasem. Dalam buku Antologi Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta karya Dhanu Priyo Prabowo, diceritakan setelah perang antara Kerajaan Surakarta berakhir, Pangeran Mangkubumi diberi wewenang menguasai daerah Yogyakarta dan membangun keraton sebagai pusat pemerintahan. Kehadirannya disambut rakyat dengan suka cita dan gembira.

Pangeran Mangkubumi yang berganti nama menjadi Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono I sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, saat berkeliling keraton sambil memantau pembangunan yang belum selesai, ia memerintahkan Patih Kerajaan untuk membangun gedung yang bernama Prabayeksa agar lebih kokoh lagi.

Patih kerajaan pun memerintahkan abdi dalem untuk mencari kayu jati dari hutan Karangasem di Gunungkidul. Hutan tersebut adalah milik kerajaan Yogyakarta, di sana ditumbuhi pepohonan jati dengan kualitas kayu terbaik. Namun, tak ada yang berani menebang pohon di sana karena hutan dijaga oleh banyak makhluk halus dan binatang buas.

2. Mitos hutan angker

ilustrasi pemandangan hutan (pexels.com/Anton Atanasov)

Rakyat yang begitu mencintai Rajanya bertekad menuju hutan Karangasem. Mitosnya, hutan tersebut sangat angker, maka dari itu mereka telah berpuasa terlebih dulu sebelum berangkat dengan tujuan untuk menjaga kebersihan hatinya, sehingga terhindar dari bahaya.

Hati yang bersih, tak terselip niat buruk apa pun, maka akan mampu melewati tantangan. Karena angker dan ditakuti, salah satu abdi dalem menjelaskan bahwa tak diperkenankan memotong pohon jati yang belum tua, dan tidak boleh merusak pohon lainnya. Hutan mesti dijaga dengan baik untuk kepentingan raykat sekitar karena hutan dapat membantu mencukupi kebutuhan air warga.

Siapa pun yang nekat menebang pohon secara berlebihan, konon akan terkena kutukan.

3. Perjalanan ke hutan, para abdi dalem benar-benar merasakan suasana angker

ilustrasi orang berjalan di tengah hutan (pexels.com/shahin khalaji)

Sesampainya di hutan Karangasem, para abdi dalem melihat binatang buas, dan ular besar merintang. Mereka berusaha menenangkan diri dan pikiran agar dapat menyelesaikan tugasnya. Mereka memanjatkan doa dan meminta perlindungan kepada Tuhan, sesaji pun disiapkan.

Pohon mulai ditebang, namun ketika menemukan pohon jati yang tertua dan paling besar, terdengar suara dari jin penunggunya. Pemimpin abdi dalem pun berbincang dengan jin yang bernama Kyai Jegot.

Kyai Jegot mengajukan syarat, jika akan menebang pohon yang ditempatinya, dia harus tetap berada di dalamnya. Pemimpin abdi delam meminta izin kepada Kanjeng Sultan Hamengku Buwono I, dan Sultan menerima persyaratan dari Kyai Jegot dengan syarat ia juga harus mau menjaga Kerajaan Yogyakarta selama-lamanya.

4. Kemegahan dan kewibawaan gedung terpancar hingga sekarang

Bangunan megah Kraton Jogja (kratonjogja.id/Tingalan Jumenengan Dalem)

Setelah pohon jati ditebang, lalu dibawa ke keraton untuk kebutuhan pembangunan Gedung Prabayeksa. Ketika pembangunan selesai, gedung nampak begitu megah dan penuh wibawa sampai sekarang.

Tak ada seorang pun yang berani bertingkah tak sopan di gedung ini. Kyai Jegot menepati janjinya pada Raja, ia selalu menjaga Gedung Prabayeksa dan Kerajaan Yogyakarta.

Dikutip laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Gedung Prabayeksa adalah bangunan paling besar dan sakral di kompleks Keraton Jogja. Berasal dari dua kata yaitu praba yang berarti cahaya, dan yeksa berarti raksasa atau besar. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I, gedung yang dibangun pada tahun 1694 Jawa atau 1768 M, berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka milik Kasultanan Yogyakarta.

Itulah cerita rakyat tentang Kyai Jegot yang dipercaya menjaga hutan Karangasem sekaligus Kerajaan Yogyakarta yang kini menempati Gedung Prabayeksa. Saat berkunjung ke Keraton Jogja, singgahlah di gedung megah ini, ikutlah merasakan nuansa kagum atas pembangunan dan mitos yang mengiringinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us