Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Wabah Virus Corona, Kuliner Kelelawar Bacem di Gunungkidul Tetap Laris

Kuliner kelelawar bacem dari Gunungkidul. IDN Times/Daruwaskita

Gunungkidul, IDN Times - ‎Merebaknya virus Corona di Wuhan, Tiongkok yang diduga kuat disebarkan oleh binatang kelelawar ternyata tak mempengaruhi penjualan sajian kuliner ekstrem kelelawar bacem di Kabupaten Gunungkidul.

Setiap hari, puluhan ekor kelelawar buah yang oleh warga akrab disebut codot ini ludes dijual karena dipercaya bisa menyembuhkan penyakit asma.

1. Usaha kuliner kelelawar bacem sudah berlangsung turun temurun‎

Sukarwanti, salah satu penjual kuliner ekstrem kelelawar bacem di Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta. (IDN Times/Daruwaskita)

Salah satu penjual kuliner ekstrem kelelawar bacem di Kecamatan Panggang, tepatnya di sisi timur terminal Panggang, Sukarwanti mengatakan berjualan kelelawar sudah dilakukan turun menurun yang dimulai dari nenek buyut.

"Jadi yang awal berjualan nenek buyut saya, kemudian turun ke ibu saya kemudian saya yang meneruskannya. Kalau nenek saya tidak jualan kelelawar," katanya, Rabu (29/1).

2. Kelelawar bacem dijual Rp7 ribu hingga Rp15 ribu‎ per ekor

Kuliner kelelawar bacem dari Gunungkidul. IDN Times/Daruwaskita

Pasokan kelelawar untuk diolah menjadi kuliner kelelawar bacem ini berasal dari para pemburu yang biasa mencari kelelawar di tebing kawasan Pantai Selatan Gunungkidul. Kelelawar yang dipasok dari para pemburu ini kemudian dikuliti dan tinggal dagingnya. Selanjutnya dicuci dan langsung direbus dengan bumbu bacem.

"Tidak setiap pemburu menjual kelelawar namun berapapun jumlah kelalawar yang ditawarkan pasti saya beli," ungkapnya.

Kuliner kelelawar bacem ini dijual dengan harga yang berbeda-beda mulai dari Rp7 ribu hingga Rp15 ribu perekor tergantung ukurannya. Pembelinya pun berasal dari berbagai daerah bahkan ada yang dari Magelang, Jawa Tengah.

"Para konsumen ini percaya memakan daging kelelawar dapat menyembuhkan penyakit asma," terangnya.

3. Merebaknya virus Corona‎ tak pengaruhi penjualan

Ilustrasi (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Lebih jauh, Sukarwanti mengatakan meski saat ini baru mewabah virus Corona yang penyebarannya diduga kuat melalui binatang termasuk kelelawar, hal ini tak berpengaruh terhadap penjualan kelelawar bacem.

"Tidak terpengaruh. Setahu saya kelelawar di China dikonsumsi tanpa dimasak namun di tempat saya dimasak hingga matang sehingga aman dikonsumsi," tuturnya.

4. Mendapatkan buruan kelelawar dari kawasan tebing di Pantai Selatan Gunungkidul‎

IDN Times/Daruwaskita

Salah seorang pemburu kelelawar dari Kecamatan Panggang, Pasiyem mengatakan setiap hari dirinya berburu kelelawar dari tebing yang ada di Pantai Selatan Gunungkidul.

"Tidak tentu jualnya karena terkadang dapat terkadang tidak dapat kelelawar," katanya.

"Hari ini saya dapat 10 ekor kelelawar. Lumayan untuk membeli kebutuhan rumah tangga,"ujarnya lagi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us