Lomba Melamun di Kotagede, Ajak Peserta Melambat di Era Kemrungsung

- Lomba Melamun di Kotagede diadakan pada 18 Agustus 2025, bertujuan untuk merayakan kemerdekaan dengan cara santai dan mengundang senyum.
- Fery ingin mengajak peserta untuk melambat dan memberi jeda pada diri sendiri, karena melamun bisa menjadi ruang jeda untuk memproses pikiran dan menenangkan hati.
- Acara sederhana ini viral karena sesuai kehidupan sehari-hari, sudah ada 100 orang yang mendaftar dan lebih dari 2000 komentar di postingan. Lomba ini akan memiliki babak penyisihan dan final dengan hadiah mentereng bagi pemenang.
Yogyakarta, IDN Times - Yogyakarta memang tak pernah sepi dari hal unik, termasuk yang belakangan ini viral di media sosial. Sebuah lomba yang digagas Lokanusa Kotagede, Tamasya Karsa, dan Life at Kotagede sukses mencuri perhatian. Bukan lomba mewarnai atau makan kerupuk, melainkan lomba… melamun, kegiatan yang jarang sekali terdengar sebagai ajang kompetisi.
Selama ini, melamun kerap dipandang negatif karena dianggap tidak produktif, malas, bahkan kadang dikaitkan dengan kesurupan. Namun, Fery Friday selaku pemilik Lokanusa Kotagede bersama kolaboratornya berhasil mengemas Lomba Melamun ini menjadi acara yang unik dan menyenangkan, sehingga layak untuk dinantikan.
1. Ingin mengadakan lomba 17 Agustus yang membawa senyum dan tak kompetitif

"Pertama terinspirasi di Jepang yang sudah melakukan hal ini beberapa tahun lalu, namun baru terlaksana sekarang (bertepatan) dengan momentum 17-an," kata Fery saat dihubungi pada Jumat (15/8/2025) menceritakan alasannya menginisiasi Lomba Melamun tersebut. Rencananya, kegiatan ini akan diadakan pada Senin, 18 Agustus 2025 pukul 15.00 WIB. Tempatnya di Benteng Cepuri, kawasan inti Kotagede, Kota Yogyakarta.
Poster Lomba Melamun yang diunggah di Instagram Lokanusa Kotagede menuai berbagai respons. Tak sedikit yang berkomentar nyeleneh, seperti akun @znyilma, "kalau tiba tiba kerasukan gimana min" atau dari akun @iam.yourmine yang berkata, "gabisa kak, aku anaknya ngantukan".
Fery menjelaskan bahwa ia ingin menghadirkan format baru dalam merayakan perayaan 17 Agustus yang tidak melulu bersifat kompetitif melainkan dengan cara santai, lucu, dan mengundang senyum.
"Lokanusa Kotagede bersama Tamasya Karsa & Life at Kotagede ingin membuat event eksperimental yang menguatkan identitas Lokanusa sebagai tempat ngeteh yang nyaman, bikin rileks, dan pas untuk bengong" ungkap Fery. Acara ini sekaligus menjadi upaya mengenalkan salah satu cagar budaya ikonik di Kotagede, yaitu Bokong Semar atau Benteng Cepuri.
2. Ingin mengajak para peserta untuk melambat dan memberi jeda pada diri sendiri

Fery tak ingin melamun dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Padahal menurutnya, kegiatan ini adalah hal yang dilakukan oleh semua orang, baik sadar maupun tidak.
"Di era yang serba cepat dan penuh tekanan, melamun justru bisa menjadi ruang jeda untuk memproses pikiran, menenangkan hati, dan mengisi ulang energi. Tema ini diangkat untuk memberi pesan bahwa bertahan dengan tenang di tengah 'era ugal-ugalan' juga merupakan bentuk kekuatan," ujar lelaki yang berdomisili di Kotagede tersebut.
Ada pesan yang ingin disampaikan oleh Fery lewat lomba ini bahwa melamun atau melambat, itu tak wajar. "Memberi jeda sejenak dari rutinitas bukanlah kemalasan, melainkan bagian dari menjaga kesadaran," ucapnya.
3. Acara sederhana yang viral karena dirasa sesuai kehidupan sehari-hari

Sejak diunggah empat hari lalu sampai saat artikel ini dituliskan, sudah ada 100 orang yang mendaftar untuk Lomba Melamun. Unggahan di postingan tersebut pun sudah dikomentari lebih dari 2000 kali dan dibagikan ulang sampai 500 kali. Fery melihat bahwa fenomena ini menjadi bukti bahwa di tengah derasnya informasi dan berita negatif, orang ternyata rindu akan aktivitas sederhana yang relatable.
Meski terkesan remeh, justru Lomba Melamun akhirnya memicu rasa penasaran sekaligus memberi kesan hangat, sehingga mudah viral. Nah, nantinya peserta akan mengikuti dua babak, yaitu babak penyisihan dan babak final. Pada babak penyisihan, peserta diuji untuk bertahan melamun sesuai aturan tanpa distraksi.
"Final akan mempertemukan para 'Pelamun Handal' untuk menentukan siapa yang paling ekspresif dan paling tahan lama. Nantinya akan ada perlombaan yang lucu dan menggemaskan bagi peserta yang gagal melewati babak penyisihan." Kata Fery menjelaskan skema Lomba Melamun. Dalam lomba ini tidak ada batasan waktu pasti, tetapi estimasi keseluruhan acara akan selesai sekitar pukul 18.00 WIB.
4. Hadirkan juri hingga hadiah mentereng buat peserta

Tak sekenanya digelar, Lomba Melamun turut mengundang juri untuk menentukan pemenangnya. Mereka adalah Padma Sanjaya selaku praktisi mindfulness dan Ali Ma’ruf yang dikenal sebagai penulis dan pegiat slow living.
Fery membocorkan bahwa nantinya akan ada tiga kategori penilaian yaitu "Si Paling Ekspresionis" atau peserta dengan ekspresi melamun paling unik dan menghibur, "Si Paling Bertahan Lama" atau peserta paling tahan dari gangguan dan distraksi, dan "Si Paling Macak" yang maksudnya adalah peserta paling fashionable serta unik saat melamun.
Hadiah yang dipersiapkan untuk pemenang Lomba Melamun pertama yang diadakan ini pun gak main-main. Apalagi melihat banyaknya peserta yang datang dari luar kota Yogyakarta. "Pemenang akan mendapatkan piala, goodie bag dari Bakpiamu, voucher makan di Lokanusa, KTP atau Kartu Tanda Pelanggan Lokanusa, dan tentu saja—kebahagiaan serta kebanggaan telah menjadi pelamun andal," tutur Fery.
Melihat antusiasme yang besar, Fery mengatakan ingin bisa menjadi fasilitas bagi siapa pun untuk melamun dengan aman. Termasuk jika nantinya, Lomba Melamun dihadirkan di berbagai spot yang asyik lainnya agar pengalaman ini bisa dinikmati di tempat dan suasana berbeda.