Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Batik Paku, Kerajinan Asli Jogja yang Cuma Satu-Satunya di Indonesia

Perajin batik paku, Wistrimantoro.
Perajin batik paku, Wistrimantoro. (IDN Times/Paulus Risang)
Intinya sih...
  • Wistrimantono, perajin asal Purwokinanti, ciptakan batik paku sejak 1995 dengan teknik unik menggunakan paku.
  • Meski prosesnya lama hingga 3–4 minggu, harga batik paku relatif terjangkau, mulai Rp200 ribu–Rp500 ribu.
  • Kampung Wisata Purwokinanti promosikan batik paku lewat pameran dan paket wisata budaya, termasuk pengalaman membuat batik paku.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Memperingati Hari Batik Nasional, 1O1 Style Hotel Yogyakarta Malioboro bersama Kampung Wisata Purwokinanti, Kemantren Pakualaman, menyelenggarakan Batik & Breakfast di Amerta Restaurant, Kota Yogyakarta, Kamis (2/10/2025). Acara ini menghadirkan karya perajin batik paku dari Purwokinanti, Wistrimantono.

Jika batik biasanya dilukis dengan canting, teknik membatik yang satu ini menggunakan paku untuk menggores malam pada kain. Cara pembuatannya tak hanya unik, tetapi juga menghasilkan karya batik lukis yang autentik.

1. Prosesnya masih dikerjakan sendiri

Perajin batik paku, Wistrimantoro.
Perajin batik paku, Wistrimantoro. (IDN Times/Paulus Risang)

Teknik batik paku bukanlah teknik yang diajarkan turun-temurun, melainkan hasil inovasi dari Wistrimantono. Wistri mengatakan dirinya mulai membatik sejak tahun 90-an. Ia awalnya menggunakan canting, tetapi pada 1995 ia mulai mencoba teknik lain, yaitu menggunakan paku.

Prosesnya pun diakuinya tidak langsung jadi. Wistri perlu bereksperimen dengan teknik merebus malam demi mendapatkan hasil yang diinginkan. "Saya cari terus (teknik yang tepat) sehingga akhirnya bisa seperti sekarang ini," tuturnya.

Dalam sekali pengerjaan, Wistri biasanya membuat per 10 kain. Waktu pengerjaannya mencapai 3-4 minggu karena semua proses ia kerjakan sendiri.

"Batik paku ini prosesnya dua kali direbus. setelah dipaku, kemudian diwarna, dipaku lagi, itu terus baru digodok. Kemudian setelah kering, baru kita mulai diwarna lagi. Itu semua 6 kali (pewarnaan)," ujarnya menjelaskan tahapan pengerjaan.

Karya batik paku yang dihasilkannya mulai dari ukuran seperempat meter. Namun, ia juga bisa membuat hingga ukuran 2 meter untuk bahan pakaian sesuai pesanan.

2. Harga yang relatif terjangkau untuk proses pengerjaan yang panjang

Demonstrasi salah satu proses batik paku.
Demonstrasi salah satu proses batik paku. (IDN Times/Paulus Risang)

Meski prosesnya panjang, harga yang dibanderol Wistri untuk karyanya tidaklah mahal. Untuk bahan pakaian misalnya, batiknya hanya dibanderol sekitar Rp500 ribuan, tidak termasuk harga kainnya. Sementara, kain yang untuk pajangan dihargai Rp200 ribu-Rp300 ribuan.

Pemangku Kamwis Purwokinanti, Dara Ninggar Dini Widasari, mengatakan harga tersebut bisa berkali-kali lipat ketika sudah dijual di toko-toko. "Mereka membeli dengan harga segini di Pak Wistri, mereka jual lagi dengan harga Rp1 juta-Rp1,5 juta," ujar Dara.

Oleh karena itu, Dara yang juga Ketua Forum Komunikasi UMKM ini juga terus mengupayakan agar batik paku yang unik ini lebih dikenal dan dihargai dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satunya dengan menyambungkan karya batik paku dengan dinas terkait, serta meningkatkan eksposurnya lewat paket wisata.

"Kami carikan pameran-pameran yang difasilitasi oleh pemerintah dan Pak Wistri bersedia mengikuti. Yang terakhir pada bulan September lalu Pak Wistri mengikuti pameran UMKM lokal di Ambarrukmo Plaza," kata dia.

3. Kamwis Purwokinanti hadirkan beragam paket wisata

kerajinan batik paku
Salah satu demonstrasi proses batik paku. (IDN Times/Paulus Risang)

Selain memperkenalkan batik paku, Dara mengatakan Kamwis Purwokinanti juga menawarkan sejumlah paket wisata. Di antaranya adalah paket History, yang menceritakan sejarah dari Pakualaman, di mana wisatawan akan diajak menjelajahi heritage building di sekitar Pakualaman, terutama di wilayah Purwokinanti untuk memahami ikatan sejarahnya.

"Kemudian juga ada paket experience di mana tamu bisa ikut membuat jamu, keramik, hingga batik paku. Lalu di Kampung Kepatihan juga ada urban farming, bagaimana di tengah kota tetap bisa berkebun. Jika suka dengan kesenian, ada pula sanggar tari yang bisa diikuti wisatawan," terang Dara.

Sementara, Erica, pengunjung asal Jerman yang mencoba salah satu tahapan pembuatan batik paku, mengaku menikmati pengalaman tersebut. "Ini seperti meditasi buat saya," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest Travel Jogja

See More

Batik Paku, Kerajinan Asli Jogja yang Cuma Satu-Satunya di Indonesia

02 Okt 2025, 17:53 WIBTravel