Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Japanese Film Festival 2025 Yogyakarta: Jadwal, Lineup, dan Info Lengkapnya

Japanese Film Festival (JFF) 2025
Japanese Film Festival (JFF) 2025 (jpf.go.jp)
Intinya sih...
  • JFF 2025 Yogyakarta berlangsung pada 13–14 Desember di CGV Pakuwon Mall Jogja
  • Lineup film mencakup drama, romansa, animasi klasik, dan film kontemporer dengan harga tiket Rp20.000
  • Program Merchandise Hunt memungkinkan penonton untuk mengumpulkan stempel dan mendapatkan hadiah menarik setelah menonton film
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Japanese Film Festival (JFF) kembali digelar di Yogyakarta pada 13–14 Desember 2025. Festival tahunan yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation, Jakarta ini memang rutin menghadirkan film-film Jepang pilihan sejak 2016. Tujuannya sederhana: memperluas akses penonton Indonesia pada sinema Jepang sekaligus memperkenalkan ragam tema, cerita, dan gaya penyutradaraannya. Selain hadir secara offline, JFF juga memiliki versi daring sejak 2020 untuk menjangkau penonton dari berbagai daerah.

Untuk tahun ini, seluruh pemutaran di Yogyakarta berlangsung di CGV Pakuwon Mall Jogja. Harga tiketnya sendiri dipatok Rp20.000 untuk seluruh film. Semua film ditayangkan dalam bahasa Jepang dengan subtitle bahasa Inggris atau Indonesia. Jika kamu perlu merencanakan tontonan, jadwalnya pun sudah dirilis dari awal sehingga mudah memilih film yang ingin disaksikan.

Lineup film JFF 2025 di Yogyakarta

Japanese Film Festival (JFF) 2025
Japanese Film Festival (JFF) 2025 (jpf.go.jp)

Festival tahun ini menghadirkan enam judul yang mewakili berbagai genre dan periode produksi. Pilihan filmnya cukup beragam, mulai dari drama kontemporer, romansa dewasa, hingga dua karya klasik yang sudah lama dikenal dalam dunia perfilman Jepang. Setiap film juga dilengkapi dengan informasi umur penonton, sehingga mudah disesuaikan dengan preferensi masing-masing.

Selain itu, lineup ini mempertemukan karya sutradara generasi berbeda—mulai dari Mamoru Oshii yang sudah melegenda, Zeze Takahisa yang dikenal lewat drama serius, hingga Ueda Shinichiro yang populer dengan pendekatan komedi kriminal. Dengan variasi seperti ini, penonton punya kesempatan merasakan pengalaman menonton yang cukup lengkap dalam dua hari festival.

1. Angry Squad: The Civil Servant and the Seven Swindlers (2024, Drama, 120 menit, 13+)

poster Angry Squad: The Civil Servant and the Seven Swindlers
poster Angry Squad: The Civil Servant and the Seven Swindlers (jpf.go.jp)

Film ini mengikuti Kumazawa, pegawai negeri yang terkenal kaku dan jujur, namun tiba-tiba menjadi korban penipuan dari Himuro. Saat berusaha membalas, ia justru menemukan dirinya masuk ke dalam rencana baru ketika Himuro menawarkan kerja sama untuk menjatuhkan seorang pengemplang pajak besar. Bersama tujuh orang dengan latar belakang unik, mereka membentuk Angry Squad untuk mengambil kembali aset tersembunyi sang koruptor.

Sutradara Ueda Shinichiro menghadirkan kisah kriminal yang ringan namun penuh momen komedik, sehingga film ini cocok bagi penonton yang ingin menikmati drama heist bernuansa santai. Dengan pesan sosial yang cukup jelas tetapi tidak terasa menggurui, film ini menjadi salah satu pilihan menarik di hari kedua penayangan.

2. The Boy and The Dog (2025, Drama, 128 menit, 17+)

poster The Boy and The Dog
poster The Boy and The Dog (jpf.go.jp)

Film drama ini mengikuti perjalanan Kazumasa, pria yang kehilangan pekerjaan beberapa bulan setelah Gempa Besar Jepang Timur. Hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan seekor anjing liar bernama Tamon yang membuat suasana di sekitarnya menjadi lebih hangat. Namun, ketika Tamon tiba-tiba menghilang, Kazumasa justru dipaksa menghadapi luka lamanya dan memulai pencarian yang mempertemukannya dengan orang-orang baru, termasuk Miwa yang juga terbeban oleh masalah keluarga.

Cerita film ini mengalir tenang, dengan fokus pada hubungan manusia dan hewan sebagai penggerak emosinya. Sutradara Zeze Takahisa menampilkan dinamika karakter yang lebih dewasa, sehingga penonton bisa merasakan proses pemulihan para tokohnya secara bertahap. Film ini cocok untuk penggemar drama yang menyentuh dan berlapis.

3. Teasing Master Takagi-san (2024, Romance, 120 menit, 13+)

poster Teasing Master Takagi-san
poster Teasing Master Takagi-san (jpf.go.jp)

Dua sahabat lama, Nishikata dan Takagi-san, kembali bertemu setelah terpisah sepuluh tahun. Nishikata kini bekerja sebagai guru olahraga di sebuah SMP di pulau kecil, sementara Takagi-san tinggal di Paris sebelum akhirnya muncul tiba-tiba di hadapannya. Pertemuan tak terduga itu mengembalikan suasana masa sekolah mereka—suasana yang dulu penuh keusilan, tetapi kini berubah menjadi hubungan yang lebih dewasa.

Sutradara Imaizumi Rikiya menghadirkan nuansa romansa sederhana yang bertumpu pada nostalgia. Interaksi keduanya tetap terasa ringan, namun menyimpan dinamika emosional yang perlahan berkembang sepanjang film ini. Bagi yang pernah mengikuti versi animenya, film ini memberikan pendekatan yang jauh lebih realistis dan hangat.

4. Ghost in the Shell (1995, Animation, 90 menit, 17+)

poster Ghost in the Shell
poster Ghost in the Shell (jpf.go.jp)

Karya klasik Mamoru Oshii ini dibangun dalam latar futuristik tahun 2029 ketika dunia sudah dipenuhi teknologi siber yang membuat batas antara manusia dan mesin semakin kabur. Mayor Motoko Kusanagi, pemimpin tim Section 9, berhadapan dengan peretas misterius bernama Puppet Master yang beroperasi dari kedalaman jaringan digital. Konflik ini memunculkan pertanyaan filosofis tentang identitas dan kesadaran manusia.

Walaupun dirilis tiga dekade lalu, film ini tetap relevan dan sering dipuji karena visual, tema, dan atmosfernya yang khas. Ghost in the Shell juga menjadi salah satu referensi besar bagi banyak karya fiksi ilmiah modern, sehingga kehadirannya di JFF memberikan kesempatan bagi penonton untuk menonton ulang atau mengenalnya untuk pertama kali di layar lebar.

5. Seven Samurai (1954, Classic, 207 menit, 13+)

poster Seven Samurai
poster Seven Samurai (jpf.go.jp)

Seven Samurai karya Akira Kurosawa adalah salah satu film Jepang terpenting sepanjang masa. Film ini berkisah tentang sebuah desa yang mempekerjakan tujuh ronin untuk melindungi tempat mereka dari para bandit yang datang setiap musim panen. Dalam prosesnya, hubungan antara penduduk desa dan para samurai terbangun dengan nuansa yang kompleks—antara saling membutuhkan, saling curiga, dan saling menghormati.

Dengan durasi panjang dan struktur cerita yang kuat, film ini menampilkan lapisan konflik yang mendalam serta karakter-karakter memorable. Penayangannya di JFF memiliki keunikan tersendiri: penonton Seven Samurai akan mendapatkan dua stempel dalam program merchandise hunt karena durasinya yang jauh lebih panjang dibanding film lainnya.

6. A Girl Named Ann (2024, Drama, 113 menit, 17+)

poster A Girl Named Ann
poster A Girl Named Ann (jpf.go.jp)

Film drama ini mengikuti kisah Ann, seorang remaja yang melalui pengalaman hidup yang sangat keras. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kekerasan dan dipaksa masuk prostitusi sejak usia dini. Pertemuannya dengan Tatara, seorang detektif yang memimpin kelompok rehabilitasi narkoba bernama Salvage Tokyo, perlahan mengubah hidupnya. Tatara tidak menanyakan hal-hal yang biasanya ditanyakan polisi, melainkan mengajaknya mencari jalan hidup baru.

Cerita film ini bergerak melalui hubungan yang terjalin antara kedua karakter tersebut. Konflik menjadi semakin kompleks ketika beredar rumor negatif tentang Tatara, sehingga membayangi proses pemulihan Ann. Film ini lebih gelap dibanding judul lain di JFF, namun menawarkan eksplorasi mendalam mengenai penyembuhan dan kepercayaan.

Jadwal penayangan lengkap JFF 2025 Yogyakarta

Japanese Film Festival (JFF) 2025
Japanese Film Festival (JFF) 2025 (jpf.go.jp)

Jadwal pemutaran berlangsung dua hari:

Sabtu, 13 Desember 2025

  • 12.00 — Seven Samurai

  • 16.00 — Teasing Master Takagi-san

  • 18.30 — A Girl Named Ann

Minggu, 14 Desember 2025

  • 11.00 — Angry Squad

  • 13.30 — The Boy and The Dog

  • 16.10 — Ghost in the Shell

Tiket bisa dibeli lewat website dan aplikasi CGV, atau langsung di ticket box mulai 5 Desember 2025 pukul 16.00 WIB.

Merchandise Hunt: Cara ikut dan syaratnya

Merchandise JFF 2025 Yogyakarta (jpf.go.jp)
Merchandise JFF 2025 Yogyakarta (jpf.go.jp)

JFF menghadirkan program Merchandise Hunt yang dapat diikuti dengan sistem stamp card. Setiap tiket yang dicetak dan ditunjukkan setelah pemutaran film berakhir akan mendapatkan satu stempel, selama tiket tersebut digunakan pada hari yang sama dengan penukaran stempel. Jika ada beberapa nomor kursi dalam satu tiket, stempel diberikan sesuai jumlah penonton yang hadir. Hadiah yang bisa dikumpulkan melalui Merchandise Hunt meliputi lanyard, kalender, totebag, dan kaus.

Ada beberapa batasan tambahan. Penonton harus menyelesaikan film hingga selesai dan tidak bisa menukarkan tiket dengan jadwal yang bertabrakan. Khusus untuk Seven Samurai, peserta akan menerima dua stempel karena durasinya lebih panjang dari film lainnya. Stempel dikumpulkan sampai pemutaran terakhir di masing-masing hari.

Dengan rangkaian film yang cukup lengkap, JFF 2025 di Yogyakarta memberi kesempatan bagi penonton untuk menonton karya klasik sekaligus film Jepang terbaru dalam satu tempat. Jadwalnya padat tetapi teratur, sehingga penonton mudah mengatur film mana yang ingin diikuti. Jika kamu berencana hadir, pastikan menyesuaikan dengan jadwal serta memanfaatkan program merchandise hunt yang tersedia sepanjang festival.

FAQ seputar JFF 2025 Yogyakarta

1. Di mana lokasi dan kapan JFF 2025 Yogyakarta berlangsung?

JFF 2025 di Yogyakarta diselenggarakan pada 13–14 Desember 2025 dan seluruh penayangan berlangsung di CGV Pakuwon Mall Jogja.

2. Berapa harga tiket dan bagaimana cara membelinya?

Harga tiket untuk seluruh film di JFF Yogyakarta adalah Rp20.000. Pembelian tiket dapat dilakukan melalui website CGV, aplikasi CGV, atau langsung di ticket box CGV Pakuwon Mall Jogja mulai 5 Desember 2025 pukul 16.00 WIB.

3. Apa itu Merchandise Hunt dan bagaimana cara ikut?

Merchandise Hunt adalah program pengumpulan stempel menggunakan stamp card, yang bisa ditukar setelah menonton film. Setiap tiket yang kamu cetak dan tunjukkan setelah film selesai akan mendapat 1 stempel, kecuali Seven Samurai yang bernilai 2 stempel karena durasinya panjang. Stempel hanya berlaku untuk tiket yang digunakan pada hari yang sama, dan penonton harus menonton film hingga selesai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest Travel Jogja

See More

5 Rekomendasi Kampung Wisata di Kota Yogyakarta untuk Liburan Nataru

05 Des 2025, 08:54 WIBTravel