Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Seniman Kritisi Soal Lingkungan lewat Pameran J+ Art Awards: Living Lines

Tiga seniman memamerkan karyanya dalam Pameran “J+ Art Awards: Living Lines”, di ARTOTEL Suites Bianti, Jumat (5/12/2025).
Tiga seniman memamerkan karyanya dalam Pameran “J+ Art Awards: Living Lines”, di ARTOTEL Suites Bianti, Jumat (5/12/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Intinya sih...
  • Oceu Apristawijaya menaruh harapan dibalik karyanya yang mengkritisi lingkungan
  • Karya seniman lainnya, Uce Alamsyah Lubis dan Becky Karina, juga dipamerkan
  • Pameran ini membuka ruang bagi para seniman dan publik untuk merasakan Yogyakarta melalui seni kontemporer
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Tiga seniman memamerkan karyanya dalam Pameran “J+ Art Awards: Living Lines”, di ARTOTEL Suites Bianti, Jumat (5/12/2025). Karya yang dipamerkan hingga 5 Februari 2026 ini turut mengkritisi sikap manusia terhadap lingkungan.

Salah satu seniman, Oceu Apristawijaya memamerkan Tumblrearth beserta tiga karya lain: Urban Forest, Restoration, dan Waiting for the Rain. Karyanya banyak berbicara tentang relasi manusia dengan alam.

“Manusia bagian dari alam ini (tumbuhan/hutan), tapi kadang merasa lebih di atas. Seperti sekarang ini akibatnya banjir di Sumatra,” ujar Oceu.

1. Taruh harapan dibalik sesuatu yang kelam

Seniman, Oceu Apristawijaya.
Seniman, Oceu Apristawijaya. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Meski banyak mengkritisi kondisi ketidakpedulian terhadap lingkungan, namun dalam karyanya, Oceu menaruh sebuah harapan. Warna-warna yang muncul dalam karyanya menegaskan harapan itu. “Secara makna, setiap yang kelam ada harapan. Ada warna itu (dalam karya Oceu),” ungkap Oceu.

Pameran ini dipelopori oleh Connected Art Platform. Karya-karya yang dihadirkan di Jogja sebelumnya juga dipamerkan di Jakarta. Masing-masing seniman membawa pendekatan yang berbeda.

2. Karya dua seniman lainnya

Seniman, Uce Alamsyah Lubis.
Seniman, Uce Alamsyah Lubis. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Selain karya Oceu juga ada karya Uce Alamsyah Lubis yang menghadirkan The Mind of Attraction dan Fatamorfosa, yang menawarkan pengalaman visual penuh resonansi emosional. Karya dari seniman yang lebih dikenal dengan nama Oetje Lamno ini juga pernah menghiasi lobi ARTOTEL Suites Bianti - Yogyakarta, menjadikannya satu-satunya seniman yang memamerkan karyanya di lobi hotel bintang lima kota Yogyakarta ini.

“Kesulitannya tentang pemahaman spiritualisme, saya butuh waktu sekitar 2 tahun. Spiritualisme sebelum orang menyebut agama sudah eksis dulu. Itu yang saya kumpulkan untuk membuat karya seni,” ujar Oceu.

Selain itu ada karya Becky Karina, ia memperkenalkan ‘Resting Where Imagination Blooms’. Karya yang lahir dari ruang keheningan membuahkan proses kreatif yang personal. “Proses ini banyak melihat unsur daun, bunga, kalau kita mikroskop detail. Itu saya coba tuangkan,” ujarnya.

3. Buka ruang untuk para seniman

Seniman, Becky Karina.
Seniman, Becky Karina. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

General Manager ARTOTEL Suites Bianti – Yogyakarta, Reza Farhan menyatakan bahwa pembukaan J+ Art Awards: Living Lines menjadi momen penting bagi hotel.

“Kami sangat senang dapat membuka ruang ini untuk para seniman dan publik. Kegiatan hari ini menegaskan kembali komitmen kami untuk menjadikan seni sebagai bagian dari pengalaman para tamu. Pembukaan pameran ‘Living Lines’ menghadirkan kesempatan bagi semua yang hadir untuk merasakan Yogyakarta melalui perspektif seni kontemporer,” ujarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest Travel Jogja

See More

5 Rekomendasi Kampung Wisata di Kota Yogyakarta untuk Liburan Nataru

05 Des 2025, 08:54 WIBTravel