Peak: Game Co-op Panjat Gunung Penuh Tawa, Tantangan, dan Kekacauan

- Peak adalah game co-op survival climbing yang viral di Steam
- Konsep mendaki gunung dengan drama dan bahaya, sistem voice chat lucu, pentingnya kerja sama dan dinamika tim
- Peralatan aneh yang jadi penyelamat atau masalah baru, visual ceria dan map yang selalu berubah
Kalau kamu sering lihat potongan video kocak pemain teriak "Grab my hand!" di TikTok atau Instagram Reels, besar kemungkinan itu adalah cuplikan dari Peak, game co-op survival climbing yang kini sedang viral di Steam. Dengan review keseluruhan Very Positive lebih dari 60 ribu pemain dan harga yang terjangkau, Peak berhasil menarik perhatian gamer global, terutama yang suka main bareng sambil tertawa-tawa sendiri karena kejadian absurd dalam game.
Di balik visualnya yang lucu dan warna pastel yang menenangkan, Peak menyimpan pengalaman multiplayer yang menantang dan penuh kejutan. Dirancang untuk dimainkan hingga empat orang, kamu dan tim harus mendaki gunung yang terus berubah setiap harinya, melawan alam, rasa lapar, dan kekacauan yang muncul dari keputusan aneh temanmu sendiri. Berikut ini adalah alasan kenapa Peak layak jadi game co-op terfavorit di 2025.
1. Konsep mendaki gunung, tapi penuh drama dan bahaya

Peak menempatkan kamu dalam situasi ekstrem: mendaki gunung raksasa dengan medan berbeda, mulai dari tropis, alpine bersalju, hingga lava bergejolak. Setiap bioma memiliki tantangan unik. Kamu harus pintar-pintar mengatur stamina, menghindari tanaman beracun, dan melawan badai salju atau semburan api.
Yang bikin mendaki gunung di Peak makin menegangkan adalah stamina yang terus menurun karena kelaparan, luka, atau status efek dari makanan aneh. Bayangkan kamu sudah susah payah manjat, tapi tiba-tiba pingsan karena makan jamur sembarangan dan temanmu cuma bisa tertawa karena dia juga makan buah yang bikin dia muntah.
2. Sistem voice chat dan fisika yang bikin segalanya lebih lucu

Proximity voice chat adalah fitur yang jadi bumbu kekacauan dalam Peak. Saat satu orang jatuh ke jurang sambil teriak panik, suara mereka akan perlahan hilang—efek yang secara tak sengaja jadi salah satu komedi terbaik di game ini.
Banyak momen absurd terjadi karena sistem fisikanya: temanmu bisa terpental karena kena semak beracun, jatuh karena salah pasang piton, atau tertidur di tepi jurang karena efek lollipop. Semua kejadian ini bukan cuma memancing tawa, tapi menciptakan kenangan yang sulit dilupakan.
3. Pentingnya kerja sama dan dinamika tim

Tidak seperti game climbing solo macam Getting Over It, Peak didesain untuk kolaborasi. Pemain bisa saling bantu—baik dengan menarik teman naik, berbagi makanan, atau bahkan menghidupkan kembali anggota tim yang sudah tumbang.
Namun, kebebasan juga berarti kamu bisa menyabotase tim sendiri, baik sengaja atau tidak. Mulai dari memberi makan buah beracun, tidak sengaja meledakkan semak, sampai menjerumuskan teman ke jurang demi bahan candaan. Peak menciptakan dinamika sosial yang kompleks sekaligus menyenangkan.
4. Peralatan aneh yang jadi penyelamat (atau masalah baru)

Berbagai item dalam Peak punya fungsi menarik dan kadang lucu. Kamu bisa menemukan chain launcher untuk melompati celah besar, energy drink untuk boost stamina, atau bahkan kompor portabel untuk menghangatkan tubuh saat badai salju datang.
Namun setiap kelebihan bisa berbalik jadi masalah. Lollipop, misalnya, bisa meningkatkan stamina tapi bikin karakter tidur mendadak. Tidak jarang, pemain jatuh dari tebing karena tertidur di tengah memanjat. Item dalam game ini seperti lotere: penuh potensi, tapi juga risiko.
5. Visual ceria dan map yang selalu berubah

Peak tampil dengan gaya visual kartun pastel yang mengingatkan pada game buatan Landfall sebelumnya. Bioma-nya dibuat unik, dari tropis beracun hingga kawah vulkanik berasap. Semuanya bukan hanya cantik, tapi juga memengaruhi strategi dan arah pendakian.
Dengan map baru setiap 24 jam, pengalaman bermain selalu segar. Ini membuat Peak cocok jadi game co-op harian yang bisa dimainkan berulang-ulang tanpa rasa bosan. Bahkan ketika kamu sudah ahli, tantangan tetap berubah, memaksa pemain terus beradaptasi.
Dengan kombinasi antara tantangan mendaki, kekacauan fisik, dan interaksi sosial penuh tawa, Peak sukses menciptakan pengalaman co-op yang jarang ditemui di game lain. Ia bukan hanya soal mencapai puncak, tapi bagaimana kamu dan tim bisa bertahan, berimprovisasi, dan tertawa di tengah kegilaan itu semua.
Kalau kamu lagi cari game co-op baru yang murah tapi penuh cerita, Peak wajib masuk wishlist kamu. Terutama buat kamu yang suka Chained Together atau Human: Fall Flat, game ini punya semua unsur kekacauan dan kehangatan yang bikin naik gunung (virtual) jadi petualangan yang tak terlupakan.