Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wisuda jenjang sarjana Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Desa, Kabupaten Bojonegoro di Performance Hall Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY, Minggu (17/9/2023). (Dok. Istimewa)

Sleman, IDN Times - Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mewisuda sarjana Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Desa, Kabupaten Bojonegoro di Performance Hall Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY, Minggu (17/9/2023). Program ini dinilai menjadi investasi yang penting untuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Investasi sumber daya manusia mahal bisa diukur dengan material, namun bila diukur dengan nilai yang akan diraih dan masa yang akan ditempuh dengan investasi itu maka tidak ada kata mahal," ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) RI Prof. Abdul Halim Iskandar.

1. Sarjana tidak sekedar duduk di bangku kuliah

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) RI Prof. Abdul Halim Iskandar. (Dok. Istimewa)

Abdul Halim meminta pada Bupati Bojonegoro untuk menganggarkan biaya studi lanjut S2 bagi para alumni RPL Desa UNY. “Saya menyaksikan sesuatu yang luar biasa, bukan hanya sekedar satu inventasi bangsa, namun sebuah langkah bagus yang diambil Bupati Bojonegoro yang didukung Rektor UNY dan jajarannya sehingga hal ini terwujud. Saya berani menyatakan bahwa hal ini tak hanya pertama kali di Indonesia, tapi juga di dunia,” ujar Abdul Halim Iskandar.

Menteri Desa PDTT mengisahkan dalam KTT Asean di Bali menyepakati dibentuknya Asean Villages Network yang ditindaklanjuti dengan pertemuan kepala desa se-Asean. Indonesia diwakili sembilan kepala desa yang terbagi atas tiga kategori yaitu desa digital, desa wisata dan desa dengan produk unggulan. Menurut pria kelahiran 14 Juli 1962 tersebut, yang paling banyak berbicara dalam pertemuan itu adalah kepala desa dari Indonesia, karena banyaknya keberhasilan pembangunan desa yang telah diraih.

Alumni Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY tersebut menegaskan, pengabdian pada warga masyarakat yang tidak pernah dibayangkan bisa dikonversi menjadi perkuliahan dan dibuktikan bahwa mengabdi pun bisa menjadikan sarjana dengan tidak banyak tambahan. “Hal ini penting diglorifikasi untuk mengubah paradigma berpikir kita bahwa sarjana hanya duduk di bangku kuliah selama 4 tahun,” ujarnya.

Bojonegoro menjawab bahwa aparat desa juga bisa menjadi sarjana. Menteri Desa PDTT juga menegaskan pentingnya sikap, perilaku, etika bagi aparat desa yang sekarang telah memiliki tambahan atribut gelar sarjana.

2. Puluhan miliar untuk menunjang pendidikan

Editorial Team

Tonton lebih seru di