Ganti Wajah, Sekaten Tahun Ini Hadir Tanpa Pasar Malam

Diganti dengan upacara dan pameran kebudayaan

Yogyakarta, IDN Times - Gelaran Sekaten yang dihelat tahun ini bakal berganti wajah. Pasar malam yang biasanya diadakan sebulan penuh, diganti dengan upacara dan pameran kebudayaan sepanjang awal 6-12 Mulud atau November 2019 nanti.

1. Alasan tak lagi ada pasar malam

Ganti Wajah, Sekaten Tahun Ini Hadir Tanpa Pasar MalamInstagram@dhian_hardjodisastro

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro menjelaskan, alasan pasar malam tak lagi digelar dalam Hajad Dalem Sekaten tahun ini adalah demi kelangsungan Alun-alun Utara.

"Ngarso Dalem (Sri Sultan Hamengku Buwono X) memang sempat dawuh (berucap), bahwa Alun-alun itu kalau setiap tahun dipakai pasar malam, itu tidak akan pernah bisa bagus," kata Menantu Sri Sultan Hamengku Buwono X itu di Bale Raos, Yogyakarta, Kamis (3/10).

Dia mengatakan, setiap kali Alun-alun Utara dipakai jadi tempat penyelenggaraan pasar malam, kondisinya jadi kian miris. Rumputnya rusak, sampah di mana-mana dan lain sebagainya.

Oleh karenanya, muncul gagasan jika pasar malam ini tak dihelat setahun sekali. "Berarti kemugkinan dua tahun sekali. Kalau tahun depan kondisinya tidak pulih, mungkin tidak ada, dipindah atau gimana. Yang jelas tahun ini break untuk kondisi tahun lalu," kata Pasangan GKR Hayu itu.

Baca Juga: Serunya Ngopi Gratis di Malioboro Coffee Night #3

2. Pasar Malam bukan bagian dari Sekaten

Ganti Wajah, Sekaten Tahun Ini Hadir Tanpa Pasar MalamIDN Times/Tunggul Kumoro

Pasar malam, lanjut Notonegoro, sebenarnya sudah ada sejak zaman awal-awal Kerajaan Mataram berdiri dahulu. Namun, kata dia, itu bukan bagian dari perayaan Sekaten dan merupakan ciptaan penjajah.

"Sejarahnya, waktu dulu sekaten dipakai untuk syiar oleh kerajaan-kerajaan untuk dakwah dan juga kadang-kadang disisipkan semangat perjuangan melawan penjajah. Nah itu memang dulu itu ada ceritanya, Belanda yang mengadakan pasar malam itu untuk memecah perhatian rakyat, supaya tidak terlalu ke sana. Setelah lama tidak ada, baru sekitar 30 tahun lalu diadakan lagi Pasar Malam Sekaten," papar Notonegoro.

3. Dikembalikan ke 'wujud' aslinya

Ganti Wajah, Sekaten Tahun Ini Hadir Tanpa Pasar MalamIDN Times/Tunggul Kumoro

Dengan ditiadakannya pasar malam ini, Kraton Yogyakarta pun memilih menyelenggarakan sebuah acara yang mampu memulihkan Sekaten ke semangat aslinya.

"Intinya kita mengembalikan semangat Sekaten dan makna dari Sekaten itu sendiri, karena sekarang orang sudah mulai melupakan keaslian Grebeg Sekaten sendiri," kata Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendoro.

Hajad Dalem Sekaten diawali pada Minggu (3/11) dengan prosesi Miyos Gangsa atau keluarnya Gamelan Sekati, yakni Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dari keraton. Gamelan tersebut selanjutnya akan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe dan ditabuh.

Kemudian, pada Sabtu (9/11), Gamelan Sekati dikembalikan ke dalam keraton melalui prosesi Kondur Gangsa. Lalu, pada tanggal 10 November nanti, bakal ada Garebeg Mulud pada pukul 07.00 pagi, di mana seluruh rangkaian acaranya dapat disaksikan oleh masyarakat umum.

4. Ada pameran kebudayaan

Ganti Wajah, Sekaten Tahun Ini Hadir Tanpa Pasar MalamIDN Times/Tunggul Kumoro

Bersamaan dengan pelaksanaan Hajad Dalem Sekaten kali ini, keraton turut menggelar pameran budaya yang bertujuan menguatkan akar tradisi.

Pameran Sekaten ini berlangsung selama tanggal 1-9 November 2019 di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran dan Kagungan Dalem Kompleks Sitihinggil Keraton Yogyakarta, dengan tema segala sesuatu yang berkaitan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Pameran ini nantinya menampilkan berbagai catatan sejarah dan karya Sultan pertama dari Keraton Yogyakarta, seperti, biografi, karya, anugerah pahlawan, dan lain sebagainya.

"Kami ada 2 masterpiece yang akan kami taruh di special room, yaitu Kanjeng Kiai Tandhu Lawak dan Kanjeng Kiai Al-Quran. Ini belum pernah dipamerkan sebelumnya. Dan mungkin setelah pameran ini mungkin kami tidak akan memamerkannya lagi untuk beberapa tahun ke depan," kata Bendoro.

Kanjeng Kiai Tandhu Lawak adalah tumpangan Sri Sultan HB I di masa senjanya. Sementara Kanjeng Kiai Al-Quran adalah salah satu dari tiga manuskrip Kesultanan Kraton Yogyakarta yang selamat dari penjarahan Inggris.

Mengenai karya ciptaan Sri Sultan HB I yang ditampilkan, adalah beberapa karya tari yang menunjukkan semangat keprajuritan. Antara lain Beksan Guntur Segara, Beksan Jebeng, dan Beksan Tugu Wasesa.

"Sekaten tahun ini di samping kita tampilkan hal tematik, kita tampilkan konsep experience. Jadi penonton tak hanya sekedar menonton, tapi mengalami. Makanya ada pelatihan tari, gamelan, membatik. Pengunjung dapat kesempatan walaupun sebentar. Ini coba kita tawarkan. Supaya Sekaten itu lebih berkesan dan bermanfaat," tandasnya.

Beberapa agenda lain yang terjadwal dalam Pameran Sekaten 2019 adalah Tur Kuratorial, Pelatihan Seni, Lomba Karawitan, Pertunjukan, Perlombaan Seni, dan Diskusi Film Budaya.

Baca Juga: Selasa Wage, Sepeda Sewaan Berbasis Aplikasi Jadi Rebutan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya