Buya Syafii Nilai Belum Saatnya Baliho Tokoh Politik Mejeng di Jalan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif meminta para politisi dan partai politik (parpol) tak buru-buru menyongsong Pemilu 2024. Ia berpesan kepada para politisi yang tergabung di pemerintahan dan para parpol pengusungnya agar mengedepankan empati di tengah situasi negara yang sekarang ini.
"Saya harap partai politik atau politisi ini menahan diri dulu," katanya saat ditemui di kediamannya, Nogotirto, Gamping, Sleman, Jumat (3/9/2021).
1. Belum saatnya pasang baliho
Cendekiawan Muslim yang karib disapa Buya Syafi'i itu menilai baliho bergambar politisi dan beraroma Pilpres 2024 belum saatnya mejeng di berbagai sudut jalan.
Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dipikirkan solusinya. Termasuk oleh sosok yang wajahnya terpampang di baliho.
"Kasihan bangsa ini, utang negara juga makin banyak, keuangan kita juga tidak bagus. Pertumbuhan ekonomi juga begitu, anak yatim yang kematian orang tua karena COVID-19 juga banyak. Mbok itu diperhatikan bersama-sama," papar dia.
Baca Juga: Baliho Puan Maharani Terbalik, Coretan Tulisan Jadi Perhatian
2. Kental syahwat kekuasaan
Apalagi, lanjut Buya Syafii, situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air belum kelihatan ujungnya. Korban masih terus berjatuhan, selain itu varian-varian baru juga bermunculan.
"Rakyat banyak yang ketar-ketir dengan keadaan yang sudah begini. Syahwat kekuasaan terlalu menonjol, kasihan rakyatnya," tegas Buya Syafii.
"Sekarang kita harus konsentrasi dulu ya. Kalau sudah bebas ya bolehlah, kemudian berkompetisi boleh. Tapi, karena keadaan (diklaim) sudah membaik, kan belum jaminan. Kalau gak disiplin lagi, kambuh lagi, ya repot," sambungnya.
3. Buya minta parpol dan politisi tidak tuli kritik
Buya Syafii menilai wajar ketika masyarakat terus menyuarakan kritik atas kinerja pemerintah yang dirasa belum memuaskan. Satu di antaranya lewat mural yang menjamur di berbagai daerah. Dia menganggap cara itu sah dilakukan, asal tak melanggar norma kesopanan dan tetap menjaga estetika ruang publik.
"Dan juga pemerintah mendengar kritik itu. Jadi jangan jor-joran kekuasaan, itu namanya kita tidak punya kepekaan," tandasnya.
Baca Juga: Tak Sampai 24 Jam, Mural 'Dibungkam' di Yogyakarta Dihapus