Seni Mencegah Gratifikasi di ISI Yogyakarta, Dorong Anak Muda Berintegritas

- Wakil Rektor ISI Yogyakarta, M. Kholid Arif Rozaq, menegaskan pentingnya integritas tinggi dalam berkarya dan berkegiatan profesional.
- ACFFEST 2025 meningkatkan kesadaran publik melalui film, dengan diskusi panel tentang interpretasi isu antikorupsi dalam sinema.
- Live Podcast “Benar-Benar” dipandu oleh Andovi dan Jovial Da Lopez, mengajak mahasiswa berdialog santai mengenai budaya antikorupsi.
Yogyakarta, IDN Times - Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan “Biasakan Yang Benar Goes To Campus”, program kampanye nasional antikorupsi yang digelar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2025. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari penuh dan menjadi ruang dialog penting bagi civitas academica ISI Yogyakarta untuk memperkuat integritas melalui pendekatan seni, edukasi, film, dan komunikasi publik yang lebih inklusif.
Kegiatan dihadiri oleh civitas academica ISI Yogyakarta, LLDIKTI V, BPBJ se-DIY, mitra, lintas sektoral serta perguruan tinggi lainnya. Kegiatan dilangsung di Gedung Concert Hall ISI Yogyakarta, Senin (8/12/2025). Pelaksanaan kegiatan di ISI Yogyakarta juga menegaskan peran strategis institusi seni dalam mendorong budaya antikorupsi di Indonesia.
1. Seni mencegah gratifikasi

Wakil Rektor ISI Yogyakarta, M. Kholid Arif Rozaq, dalam sambutannya menegaskan bahwa kampus seni harus menjadi ruang yang tidak hanya melahirkan kreator berbakat, tetapi juga pribadi-pribadi berintegritas tinggi. “Yang mampu menghargai etika, transparansi, dan tanggung jawab dalam proses berkarya maupun berkegiatan profesional,” ucapnya.
Bagian utama pada sesi pertama adalah sosialisasi antikorupsi yang disampaikan langsung oleh Pimpinan KPK, Johanis Tanak, dengan materi berjudul “Seni Mencegah Gratifikasi di Perguruan Tinggi”. Dalam paparannya, Tanak menekankan bahwa perguruan tinggi merupakan “benteng terakhir akal sehat”, tempat lahirnya pemikiran jernih dan kritis.
Tanak mengingatkan bahwa berbagai survei integritas pendidikan masih menunjukkan adanya pelanggaran etika akademik seperti plagiarisme, penyalahgunaan kewenangan, hingga gratifikasi yang dianggap wajar. Karena itu, kampus perlu memperkuat ekosistem integritas sejak dini.
2. Pemutaran film dan diskusi

Memasuki sesi kedua, KPK menghadirkan Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2025, sebuah program nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran publik melalui kekuatan medium film. Pemutaran film ACFFEST berlangsung selama 50 menit, disusul diskusi panel bersama para narasumber sutradara film How to be an Actor, Dimas Juju; Program Director ACFFEST 2024–2025, Medio Venda; Dosen Prodi Film & Televisi ISI Yogyakarta, Endang Mulyaningsih, selaku moderator sekaligus dosen dari Prodi Desain Komunikasi Visual, FSRD, ISI Yogyakarta, Febriyanti Pratiwi.
Dalam diskusi, para narasumber menjelaskan bagaimana isu-isu antikorupsi dapat diinterpretasikan melalui bahasa sinema. Film dinilai memiliki kemampuan menyentuh kesadaran emosional penonton tanpa kesan menggurui, sehingga efektif menjadi medium kampanye integritas di kalangan generasi muda.
Kegiatan ini turut dimeriahkan oleh penampilan stand-up comedy oleh Mukti Entutz, yang menghadirkan perspektif humor terhadap fenomena sosial dan nilai-nilai integritas.
3. Edukasi anti korupsi melalui live podcast

Program kemudian memasuki segmen yang paling dinanti, yakni Live Podcast “Benar-Benar” yang dipandu oleh Andovi dan Jovial Da Lopez. Bersama perwakilan KPK, Alfiana Rachmawati dan M. Indra Furqon, podcast ini mengajak mahasiswa berdialog santai mengenai kebiasaan-kebiasaan kecil yang dapat melahirkan budaya antikorupsi, mulai dari kejujuran sehari-hari hingga keberanian menolak gratifikasi.
Dengan format interaktif dan gaya komunikasi yang dekat dengan kultur mahasiswa, podcast ini berhasil menghadirkan edukasi antikorupsi dalam atmosfer yang ringan, menyenangkan, dan mudah dipahami generasi muda.
Program “Biasakan Yang Benar Goes To Campus” merupakan bagian dari strategi KPK untuk memperkuat pendidikan antikorupsi melalui kolaborasi dengan institusi pendidikan tinggi. Kegiatan di ISI Yogyakarta tidak hanya menjadi momentum peringatan Hakordia 2025, tetapi juga menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk menumbuhkan karakter mahasiswa sebagai agen perubahan.
Pelaksanaan rangkaian kegiatan di ISI Yogyakarta menunjukkan bahwa seni memiliki potensi besar sebagai medium perubahan sosial. Melalui film, pertunjukan, komedi, dan dialog publik, nilai-nilai integritas dapat disampaikan lebih dekat, relevan, dan berdampak pada generasi muda.


















