Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atau UMY, Rinasa Agistya Anugrah

Intinya sih...

  • Mesin sangrai kopi otomatis dan portabel ciptaan dosen UMY membantu pelaku usaha kecil memproduksi kopi berkualitas tanpa biaya besar.

  • Harga mesin sangrai hanya Rp4,5 juta hingga Rp5 juta, lebih terjangkau daripada mesin baru atau bekas yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.

  • Prototipe mesin roasting ini telah diuji coba di salah satu kafe di Yogyakarta dan mendapat respons positif, dengan cita rasa kopi yang tidak kalah dengan mesin komersial.

Bantul, IDN Times - Maraknya kafe dan warung UMKM yang menyajikan kopi mendorong dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rinasa Agistya Anugrah, untuk menciptakan mesin sangrai biji kopi otomatis dan portabel dengan harga terjangkau. Inovasi ini menjadi alternatif dari mesin sangrai baru atau bekas yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

1. Mesin sangrai kopi yang dijual saat harga cukup mahal

Ilustrasi biji kopi (pexels.com/@marek-kupiec)

Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Otomotif UMY tersebut menjelaskan, alat ini dirancang untuk mempermudah proses sangrai kopi dengan sistem otomatis yang efisien, praktis, dan terjangkau. Harapannya, pelaku usaha kecil tetap bisa memproduksi kopi berkualitas tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

“Selama ini, mesin sangrai kopi yang tersedia ukurannya besar dan harganya mahal, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Ini tentu memberatkan pelaku UMKM atau kafe kecil yang ingin menyangrai kopi sendiri,” jelasnya, Selasa (24/6/2025).

2. Mesin sangrai kopi hanya dijual Rp4,5 juta hingga Rp5 juta

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atau UMY, Rinasa Agistya Anugrah

Rinasa menjelaskan, banyak kafe di Yogyakarta terpaksa membeli mesin roasting bekas dengan harga Rp35 juta hingga Rp50 juta. Sementara mesin baru bahkan bisa menembus angka lebih dari Rp100 juta. Padahal, kebutuhan mereka tergolong kecil, hanya sekitar satu kilogram kopi per proses sangrai.

“Oleh karena itu, kami merancang mesin kecil berkapasitas maksimal satu kilogram, otomatis mati saat kopi matang, dan harganya jauh lebih terjangkau, sekitar Rp4,5 juta hingga Rp5 juta,” lanjutnya.

Mesin sangrai buatan tim UMY ini berukuran ringkas, hanya sekitar 50 cm panjang dan 25 cm lebar, sehingga mudah dipindahkan atau portabel. Dilengkapi pemanas elektrik, tabung sangrai berputar otomatis, serta fitur pengatur suhu dan waktu berbasis mikrokontroler.

“Kalau mesin konvensional harus diawasi terus karena risiko gosong. Tapi dengan alat ini, pengguna cukup mengatur suhu dan waktu, lalu mesin akan berhenti otomatis. Tingkat kematangan pun bisa disesuaikan: Light, medium, atau dark roast,” jelas Rinasa.

3. Mesin roaating kopi sudah diuji coba di salah satu cafe di Yogyakarta

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atau UMY, Rinasa Agistya Anugrah

Untuk menjaga kualitas aroma dan rasa, mesin ini juga dilengkapi sistem pendingin berupa wadah dan kipas otomatis yang berfungsi menurunkan suhu biji kopi setelah proses sangrai.

Prototipe ini dikembangkan selama kurang lebih empat bulan, sekaligus menjadi bagian dari tugas akhir mahasiswa bimbingan Rinasa. Proses perancangannya menggabungkan aspek mekanik dan sistem kontrol elektronik. Meski begitu, tim sempat mengalami tantangan dalam penguasaan sistem otomatisasi.

“Dasar kami teknik mesin, jadi untuk sistem kontrol elektrik kami perlu belajar dan riset terlebih dahulu. Tapi justru dari sinilah kami melihat pentingnya kolaborasi lintas bidang,” ujarnya.

Mesin sangrai ini telah diuji coba di salah satu kafe di Yogyakarta dan mendapat respons positif. Menurut Rinasa, cita rasa kopi yang dihasilkan tidak kalah dengan mesin komersial. Bahkan, beberapa pelaku usaha menunjukkan minat untuk membeli, meski alat ini masih dalam tahap prototipe dan belum diproduksi massal.

4. Ingin menciptakan mesin roasting sesuai karakteristik kopi

Penanaman bibit kopi di Natah Gunungkidul.(Dok.Istimewa)

Ke depannya, Rinasa dan tim berharap dapat mengembangkan versi lanjutan dari mesin ini yang mampu menyesuaikan proses sangrai secara otomatis berdasarkan karakteristik masing-masing biji kopi, seperti kadar air dan jenis varietas.

“Setiap kopi punya karakter unik. Bahkan dari lahan yang sama, kadar airnya bisa berbeda. Itu jadi PR kami berikutnya, yakni bagaimana membuat alat ini semakin presisi dan adaptif tanpa perlu penyesuaian manual,” pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team