Festival Lampion di Pantai Goa Cemara Sisakan Sejumlah Masalah

- Festival Lampion di Pantai Goa Cemara Bantul menarik ribuan wisatawan, namun meninggalkan masalah seperti video viral “hujan api”, tumpukan sampah, dan retribusi yang tak maksimal.
- Ketua Desa Wisata Goa Cemara menegaskan insiden lampion terbakar dibesar-besarkan dan tidak menimbulkan kebakaran serius.
- Dinas Pariwisata Bantul mengakui penarikan retribusi sulit dilakukan karena perubahan lokasi festival dilakukan secara mendadak.
Bantul, IDN Times - Festival Lampion Terbang Jogja “Lanterne Festival de Paris” yang digelar di Pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul, pada Sabtu (25/10/2025) sore hingga malam hari berhasil menarik ribuan wisatawan. Namun, di balik kemeriahan itu, sejumlah masalah muncul mulai dari video viral di media sosial hingga persoalan retribusi dan sampah yang menumpuk.
Video yang diunggah akun Instagram @jogjanewss dengan caption "Ngeri Banget Festival Lampion di Jogja Ini Berubah Menjadi Festival Hujan Api" memperlihatkan momen menegangkan saat lampion yang diterbangkan pengunjung menimpa payung pedagang bakso tusuk hingga terbakar. Tak hanya itu, puluhan lampion yang masih menyala juga tampak tersangkut di pohon cemara udang dan menimbulkan kobaran api di beberapa titik.
1. Video hujan api hanya kejadian yang dibesar-besarkan

Ketua Desa Wisata Pantai Goa Cemara, Bayu Sujaka, menanggapi video viral yang memperlihatkan insiden lampion terbakar saat Festival Lampion Terbang Jogja “Lanterne Festival de Paris”. Menurutnya, video tersebut dibesar-besarkan dan tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi di lapangan.
"Itu benar kejadiannya ada, namun terlalu dibesar-besarkan. Tidak sesuai kenyataannya," kata Bayu saat ditemui di Pantai Goa Cemara, Senin (27/10/2025).
Ia menjelaskan, hanya satu payung milik pedagang bakso tusuk yang terbakar karena tertimpa lampion yang gagal terbang. Kerusakan pun hanya sebagian kecil, dan panitia sudah memberikan ganti rugi.
"Pedagang tersebut sudah diberi uang ganti rugi yang bahkan bisa untuk membeli dua payung baru," ujarnya.
Terkait lampion yang tersangkut di pohon cemara udang, Bayu membenarkan hal itu, namun menegaskan tidak ada kebakaran. Kondisi daun cemara yang basah usai diguyur hujan membuat api tidak menyebar.
"Dari pagi sampai sore hujan turun di kawasan Pantai Goa Cemara, bahkan saat penerbangan lampion juga masih gerimis," jelasnya.
Bayu menambahkan, beberapa lampion gagal terbang karena wisatawan tidak mengikuti instruksi panitia. Ia memastikan panitia sudah menyiapkan langkah antisipasi jika lampion jatuh di area berisiko. "Kami sudah antisipasi kemungkinan lampion jatuh ke atap warung atau area parkir yang berpotensi memicu kebakaran," katanya.
Ia pun menyayangkan adanya narasi negatif di media sosial. "Tidak ada hujan api seperti di video itu. Lampion memang harus dibakar agar bisa terbang, tapi semua dalam kondisi terkendali," tegasnya.
2. Sisakan sampah dari ribuan wisatawan festival lampion

Sementara itu, terkait banyaknya sampah yang tersisa usai festival, Bayu Sujaka mengakui pihaknya telah menurunkan belasan warga untuk melakukan pembersihan di kawasan Pantai Goa Cemara.
"Memang hari ini kami agendakan kegiatan bersih-bersih sampah," ujarnya.
Bayu menjelaskan, kegiatan pembersihan baru bisa dilakukan hari Senin karena pada Minggu sebelumnya warga masih disibukkan dengan agenda kunjungan wisatawan.
"Hari Minggu kemarin kami juga ramai, ada sekitar 1.500 wisatawan yang datang untuk senam bersama," tandasnya.
3. Penyebab penarik retribusi wisatawa tidak maksimal

Terkait penarikan retribusi di objek wisata yang belum maksimal, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Muda Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo Adi, tidak membantah hal tersebut.
"Ya itu memang benar, petugas kesulitan untuk menarik wisatawan sebab jumlahnya ribuan dan terkadang wisatawan tahun bayar tiket lampion sudah masuk tiket retribusi," katanya.
Menurut Markus, festival lampion seharusnya digelar di Pantai Parangkusumo, namun mendadak dipindah ke Pantai Goa Cemara karena ada hal yang tidak bisa ditolak oleh panitia. Biasanya, saat festival digelar di Pantai Parangkusumo, penarikan retribusi dilakukan di TPR Parangtritis atau TPR lainnya. Namun, setelah lokasi acara dipindah ke Pantai Goa Cemara, muncul kendala karena wisatawan diturunkan di JJLS dan berjalan kaki menuju lokasi festival.
"Nah ini jadi masalah ketika petugas harus menarik retribusi ratusan wisatawan tentu kewalahan. Beda ceritanya ketika wisatawan masih dalam mobil atau bus, petugas bisa menarik retribusi dengan mudah. Namun ketika sudah ratusan wisatawan kemudian jalan kaki, tentunya petugas juga kesulitan," ungkapnya.
"Ketika kemudian tiket retribusi menjadi satu dengan tiket festival lampion juga terkendala tiket sudah terjual. Kan pindah lokasi festival lampion sifatnya dadakan. Namun kejadian itu menjadi evaluasi kita sebab festival lampion akan terus digelar di Pantai Goa Cemara," tandasnya.
















