Fahrul, Ilmuwan Muda Dorong Hilirisasi Riset Bahan Alam Indonesia

- Fahrul Nurkolis, ilmuwan muda asal Madiun dengan lebih dari 105 publikasi jurnal internasional dan pemegang hak paten senyawa antikanker dan antidiabetes.
- Delegasi termuda di Nordic Nutrition Conference di Finlandia, aktif membangun jejaring global, Fahrul menekankan pentingnya sains berdampak nyata bagi masyarakat.
- Melalui penelitiannya, Fahrul terus meneliti potensi bahan alam Indonesia sebagai kandidat obat masa depan, serta menyoroti pentingnya dukungan regulasi dan pendanaan bagi peneliti muda.
Yogyakarta, IDN Times – Tidak banyak anak muda yang mampu menembus dunia penelitian internasional di usia belia. Namun, Fahrul Nurkolis, mampu membuktikan kiprahnya dengan mendorong hilirisasi riset bahan alam.
Lahir dan besar di Madiun, Jawa Timur, Fahrul kini dikenal sebagai ilmuwan muda dengan lebih dari 105 publikasi jurnal internasional bereputasi, serta pemegang hak paten untuk senyawa antikanker dan antidiabetes.
1.Penelitian harus menjawab permasalahan di masyarakat

Sejak mahasiswa, ia aktif mengikuti konferensi internasional dan membangun jejaring global. Kerja kerasnya membawanya menjadi delegasi termuda di Nordic Nutrition Conference di Finlandia, serta mendapatkan penghargaan dari Ikatan Dokter Indonesia atas inovasi risetnya. Baginya, sains bukan sekadar teori, tetapi juga harus berdampak nyata. “Penelitian harus bisa menjawab permasalahan yang ada di masyarakat,” ujarFahrul, Minggu (2/3/2025).
Mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menjadi bukti, bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di kancah global. "Jangan takut bermimpi besar. Kerja keras dan ilmu pengetahuan bisa membawamu ke mana saja," katanya.
2.Teliti potensi bahan alam Indonesia

Kini, Fahrul terus meneliti potensi bahan alam Indonesia sebagai kandidat obat masa depan. Mengingat potensi bahan alam Indonesia sebagai sumber inovasi farmasi masih belum tergarap maksimal.
Sebagai editor dan reviewer jurnal Scopus Q1 & Q2, ia memahami tantangan penelitian Indonesia di level global. "Kolaborasi akademik dan industri sangat penting untuk memastikan penelitian tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bisa menjadi produk inovatif yang berdampak," ujarnya.
3.Pentingnya dukungan regulasi dan pendanaan

Fahrul juga menyoroti pentingnya dukungan regulasi dan pendanaan bagi peneliti muda. "Indonesia memiliki banyak ilmuwan berbakat, yang kita butuhkan adalah ekosistem riset yang mendukung hilirisasi agar riset bisa masuk ke industri dan bermanfaat bagi masyarakat luas," tambahnya.
Dengan langkah-langkah inovatifnya, Fahrul berharap Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam pengembangan obat berbasis bahan alam di masa depan.