Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dimulai Hari Ini, Suadesa Festival 2025 Digelar di Magelang

Jumpa pers Suadesa Festival 2025. (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • PGN akan menyelenggarakan Suadesa Festival 2025 di Gasblock PGN Karangrejo, Magelang pada 10-11 Mei 2025.
  • Festival ini merupakan perwujudan program Desa Energi Berdikari Pertamina dengan harapan dapat menggerakkan perekonomian desa melalui UMKM dan potensi lokal.
  • Pasar Suadesa menampilkan produk UMKM lokal, tema kepedulian lingkungan, panggung seni budaya, serta Workshop Suadesa untuk melestarikan warisan budaya.

Yogyakarta, IDN Times – PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) akan menyelenggarkan Suadesa Festival 2025 di Gasblock PGN Karangrejo, Magelang, pada 10 – 11 Mei 2025. Festival ini merupakan perwujudan program Desa Energi Berdikari Pertamina di mana Desa Karangrejo, Borobudur merupakan desa binaan PT PGN.
 
Melalui program CSR PGN, Festival Suadesa 2025 diharapkan mampu menggerakkan perekonomian desa dengan mempromosikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan menggali potensi lokal seperti destinasi wisata, kesenian dan budaya setempat.
 
“Suadesa Festival diharapkan dapat menjadi pesta rakyat untuk memantik ruang-ruang ekonomi baru, dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara maksimal. Selain itu, partisipasi masyarakat sekitar diharapkan dapat memperkuat ikatan sosial dengan PGN dan komunitas-komunitas budaya lokal yang terlibat,” ujar Sekretaris Perusahaan PGN, Fajriyah Usman, Jumat (9/5/2025).
 
Fajriyah mengatakan PGN menjalankan prinsip sosial dan kemasyarakatan melalui program CSR. Suadesa Festival menjadi salah satu wujud perhatian PGN dalam rangka memajukan ekonomi desa dengan menggali potensi lokal. “Desa Karangrejo memiliki banyak potensi besar dalam sektor UMKM, pariwisata dan ekonomi kreatif. Semoga, Suadesa Festival memberikan manfaat bagi Desa Karangrejo untuk terus berkembang dan dapat menjadi festival desa tahunan yang selalu dinantikan di tahun-tahun mendatang,” kata Fajriyah.

1.Keterlibatan masyarakat menjadi fokus utama

Jumpa pers Suadesa Festival 2025. (Dok. Istimewa)

Keterlibatan masyarakat setempat menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan festival. Dengan harapan, hal ini dapat membentuk kemandirian untuk penyelenggaraan festival serupa di tahun mendatang."Kemandirian Desa artinya desa harus semangat untuk membiayai diri sendiri untuk berdikari dan mendapatkan hasil dari upaya yang diusahakan," ujar Kepala Desa Karangrejo, Borobudur, M. Hely Rofikun.
 
Di festival Pasar Suadesa, UMKM lokal akan berkumpul untuk menjajakan produk. Sejumlah 40 tenant UMKM Desa Karangrejo dan Desa Wringin Putih Borobudur yang terbagi menjadi UMKM kuliner dan UMKM craft, menyajikan produk beragam seperti makanan tradisional, jajanan pasar, dan berbagai kerajinan kayu, pahat batu, anyaman, batik, aksesoris Borobudur, pecel, angkringan, jetkolet, jajanan pasar, dan jamu. "Suadesa menjadi wahana promosi Pemerintah Desa untuk destinasi wisata bagi Balkondes di Borobudur untuk lebih dikenal lebih luas,"imbuhnya.

2. Komitmen memanfaatkan energi ramah lingkungan

Jumpa pers Suadesa Festival 2025. (Dok. Istimewa)

Tidak hanya menampilkan produk UMKM lokal yang unik, Pasar Suadesa juga mengusung tema kepedulian lingkungan. Pasar Suadesa tidak menyediakan kantong plastik untuk belanja bagi pengunjung dan menyarankan pengunjung agar membawa tas belanja sendiri yang berbahan non plastik. Hal ini sebagai langkah nyata untuk mengurangi sampah plastik dan menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

 

3.Berbagai kemeriahan dihadirkan

Jumpa pers Suadesa Festival 2025. (Dok. Istimewa)

Untuk menambah kemeriahan Suadewa Festival, terdapat panggung seni dan budaya untuk menampilkan berbagai bentuk seni serta budaya lokal. Komunitas dan seniman budaya yaitu Shaggydog, Irta Amalia, Om Janema, akan memeriahkan acara festival.
 
Acara yang tak kalah menarik dan sarat manfaat adalah Workshop Suadesa, kegiatannya mengajarkan teknik dan tradisi menciptakan kerajinan khas desa di antaranya anyaman, tenun, ukiran dan keramik. Bahan yang digunakan pun berasal dari material alami, sehingga lebih ramah lingkungan namun tetap sesuai dengan teknik tradisional yang diwariskan.
 
Produk yang diciptakan melalui workshop juga bagian dari sumber daya dan tradisi daerah, sehingga memberikan pembelajaran bagi peserta untuk ikut melestarikan warisan budaya tersebut di era modern.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us